Keputusan Paman Arif

# Arisan Bodong Keluarga Suami

Pov Novia

" Wajarlah kalau harus bayar uang sewa, rumah itu kan memang untuk dikotrakan bukan untuk di isi gratis " timpal amah. Paman memelototkan matanya mendengar ucapan amah dannnn

braaakkk

Paman menggebrak meja di depannya, sampai sampai semua terlonjak kaget. Ayu sampe menggeserkan posisi duduknya makin merapat pada robi dan mereka berpegangan tangan dengan wajah pucat. Amah mengusap dadanya. Sedangkan bapak dan a'diki makin menundukan wajah mereka.

Aku tidak pernah melihat paman sampai semarah itu. Jangankan mereka aku saja yang sudah lama mengenalnya juga kaget.

" Malu saya mendengarnya, diki anak ibu dan novia istrinya yang otomatis menjadi anak ibu juga. Tapi kenapa ibu begitu perhitungan sampai sampai rumah yang mereka tempati juga harus membayar sewa tiap bulan apa itu tidak berlebihan? sementara uang gaji diki lebih banyak diberikan pada ibu" paman berkata dengan suara keras. Kemudian paman menarik nafasnya mungkin untuk meredakan amarahnya.

" Saya sudah faham sekarang bagaimana perlakuan keluarga ini pada novia dan saya juga baru tau masalah yang novia hadapi. Novia tidak pernah bercerita masalah rumah tangganya jadi saya fikir semua baik baik saja.

Sebagai pengganti orang tua novia terus terang saya sangat kecewa. Terlebih pada diki dulu dia datang meminang novia dengan baik baik dan berjanji akan menjaganya dan memperlakukannya dengan baik. Tapi saya lihat diki tidak bisa memenuhi janjinya.

Apalagi dengan beraninya diki menampar novia. Apa pantas diki menjadi seorang pemimpin rumah tangga " Suaranya terdengar mulai pelan namun tetap tegas.

" Anda tidak berhak menilai anak saya pantas atau tidaknya menjadi kepala rumah tangga, anda saja belum berumah tangga.

Apa anda merasa lebih baik dari anak saya " amah berucap tanpa rasa malu, walaupun ketika dia berucap tidak berani memandang wajah paman.

" Cukup mah jangan bicara lagi, saya sebagai suami malu. kamu hanya tambah mempersulit keadaan " ujar bapak sambil memeloti amah, tumben bapak berani sama amah biasanya cuma iya iya saja.

Paman memandang amah kemudian beralih pada bapak " Rasanya sudah cukup saya berbicara dan tidak akan ada gunanya karena saya lihat tidak ada rasa penyesalan.

Saya hanya minta penyelesaian bagaimana uang arisan itu kembali pada novia karena novia yang sepenuhnya berhak atas uang itu. Apalagi uang itu akan digunakan untuk membeli rumah bukan untuk biaya pernikahan saudara suaminya " selintas paman melirik robi dan ayu.

" Dan harusnya ibu berterima kasih pada novia karena sudah berniat membeli rumah membantu diki mengurangi bebannya sebagai kepala keluarga karena harus menyiapkan tempat berteduh untuk anak istrinya.

Bahkan kalau rumah tangga diki masih baik baik saja kedepannya diki pasti ikut bersama novia dan diki tidak perlu membayar uang sewa setiap bulannya. Saya berani menjaminnya karena novia tidak sepicik itu " paman berkata panjang lebar, mendengar hal itu ibu hanya mencebikkan bibirnya.

" Iya saya faham pak arif, sebagai kepala keluarga di sini saya benar benar minta maaf atas kejadian ini dan kami akan berusaha untuk mengganti uang novia yang sudah dipakai oleh robi "

" Pak, kenapa.." ibu berucap tapi di potong bapak " Sudah kamu diam jangan bicara lagi kalau hanya memperkeruh suasana "

Ibu mendelikan wajahnya karena teguran dari bapak.

" Baiklah silahkan pak imam dan keluarga berembuk, saya tunggu pertanggungjawabannya dan saya harap harap hasilnya tidak mengecewakan. Kasihan keponakan saya sudah berjuang sendirian untuk keinginannya membahagiakan keluarga kecilnya yang seharusnya itu tanggung jawab suaminya " paman menjawab sambil menatap tajam pada a'diki. Dan yang dipandang terlihat salah tingkah.

" Satu lagi pak imam, saya akan membawa novia pulang novia kembali ke rumah saya sampai masalah ini ada penyelesaian "

" Tidak bisa begitu dong paman novia kan istri saya, kalau dia mau pergi harus seizin saya " tiba tiba a'diki mengeluarkan suaranya.

" Iya, benar anda jangan seenaknya, mengambil keputusan sebelah pihak " amah ikut membenarkan ucapan anaknya.

" Tidak perlu saya minta izin padamu diki, apa selama disini kamu bisa menjaga novia dengan baik. Lagipula saya tidak mau novia mendapat tekanan selama masalah ini belum ada solusinya " jawab paman.

" Maksud anda apa berbicara seperti itu, kenapa anda berfikir buruk pada kami? " amah berbicara kembali.

" Ya saya sudah tidak bisa lagi menitipkan novia disini, wajar saja saya berfikir buruk setelah tau bagaiman perlakuan keluarga ibu pada novia. Akan lebih baik novia dibawa pulang terlebih dahulu " paman menjawab dengan tegas.

" Baiklah pak arif saya faham maksud bapa, kalau sekiranya itu baik saya akan mendukungnya. Secepatnya kami akan memberi kabar pada anda atau novia " ujar bapak.

" Baiklah saya permisi pulang. Novia dan anak anak serta ibu novia akan ikut bersama saya malam ini juga. Dan 1 lagi bu murni, saya memang belum menikah tapi saya tahu arti tanggung jawab sebagai seorang laki laki.

Sudah menikah bukanlah suatu ukuran seorang laki laki dibilang layak menjadi pemimpin keluarga. Seperti halnya orangtua, walaupun sudah berumur belum tentu bisa bersikap bijak dan adil. Assalammu alaikum "

Amah mendelikan matanya dan memalingkan mukanya, sepertinya amah merasa tertampar dengan ucapan paman. selepas bicara paman langsung berdiri dan menarik tanganku.

Aku pun berdiri dan juga mengucap salam " Assalammu alaikum "

" Vi tolong jangan pergi kasian anak anak, maafkan aku vi aku berjanji akan berubah dan memperbaiki semuanya " a'diki berucap dan meraih tanganku dan kulihat matanya berkaca kaca. Kini tanganku di pegang 2 orang. Tangan kananku di tarik paman untuk pergi sedang tangan kiriku di genggam a'diki.

Aku memandang a'diki, tapi hatiku sudah kebas sekebas pipiku yang tadi ditamparnya. Lalu kuhempaskan tangannya tanpa menjawab ucapannya sambil berlalu mengikuti pamanku.

Kami keluar rumah amah, dan ternyata diluar ada beberapa orang yang berkumpul. Mereka memandangku dan paman, kulihat dari mata dan bahasa tubuh mereka seakan bertanya 'ada apa?'

Ah mereka seperti itu aku yakin bukan karena peduli, tapi lebih ke ingin tahu dan akan dijadikan bahan ghibah saja. Dasar tetangga ya beginilah kalau kita hidup di gang hal kecil saja orang pasti tau.

Walau gak semua orang kepo seperti itu sih. Tapi aku tak peduli, aku dan paman menerobos kumpulan mereka tak lupa mengucapkan permisi.

Sesampainya di rumahku, ibu langsung menyambutku dan memberondong dengan pertanyaan " bagaiman rif hasilnya, syukurlah kamu buru buru datang. Tadi teteh khawatir klo si neng harus melawan mereka sendirian "

" Sudah teh semua sudah beres, teteh jangan khawatir lagi. Semua baik baik saja, sekarang teteh beresin baju teteh dan bantu novi untuk beresin baju anak anak " jawab paman.

" Loh kok kita beres beres baju, emang ada apa ini? " ibu kembali bertanya.

" Sudah sudah nanti kita ngobrol lagi kita ke rumah mak haji malam ini, sementara kita tinggal disana ya. Sudah ayo siap siap, biar kita pesan mobil online untuk kesana "

Kulihat paman membuka hp nya mungkin akan memesan mobil online untuk ke rumah mak haji. Mak haji adalah panggilan dari cucu cucu dan cicitnya untuk nenek dari ibuku.

Aku segera mengemas bajuku, tak lupa aku ambil surat surat penting seperti ijazah, kk, buku nikah, buku tabungan dan bpkb motor yang motornya dipakai a'diki.

BPKB itu aku ambil karena motor itu aku yang mengkreditnya ketika althaf baru lahir. Waktu itu aku berniat ingin kerja dengan membawa motor sendiri.

Tapi aku salah ambil keputusan ternyata setelah membeli motor, atas desakan amah motor a'diki malah diambil bapak dengan alasan untuk dipakai robi sebab sayang di rumahku ada 2 motor sedangkan robi belum memiliki motor.

Aku mengiyakan karena tak bisa menolaknya, sebab setiap ketemu pasti membahas motor kapan diberikan pada robi. Terlihat terbalik seperti kita yang meminjam motor pada robi.

Selagi membereskan baju samar samar aku mendengar paman berbicara dengan a'diki " paman izinkan saya berbicara dengan novia sebentar saja. Saya ingin meminta maaf "

" Sudahlah diki jangan membuat saya emosi lebih baik kamu pulang ke rumah ibumu, bukannya seperti itu kebiasaan kamu?.

Jangan menghalangi kami, ini sudah malam kasian anak anak di perjalanan " lanjut paman. A' diki pun terdiam.

" Ayo paman aku sudah siap " aku keluar dari kamar, ternyata ibu pun sudah siap. Ibu menggendong althaf dan keyla di tuntun ibu.

" Bu kita mau kemana, keyla ngantuk " keyla bertanya padaku dengan mata yang tampak sayu.

" kita ke rumah mak haji ya sayang, mak haji kangen ingin bertemu keyla " tapi paman yang menjawab pertanyaan keyla.

A' diki memeluk keyla dan mencium keningnya " Ayah sayang keyla, disana jangan nakal ya. Nanti ayah jemput keyla dan de althaf " keyla pun mengangguk lalu mencium tangan a'diki.

Kami segera keluar dari rumah dan menuruni tangga sedang a'diki masih di dalam. Di bawah kulihat ada bu siti yang menungguku.

Aku pun memeluknya, bu siti mengelus punggungku seraya berkata agar aku kuat dan sabar. Bu siti pun bersalaman dengan paman dan ibuku.

Kami segera berpamitan karena mobil yang kami pesan sudah menunggu di depan gang.

Terpopuler

Comments

nayra senia

nayra senia

makasih kak

2023-02-03

0

nayra senia

nayra senia

makasih kak, salam kenal. ini juga novel pertama saya. kita sama sama belajar ya kak

2023-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Drama Arisan
2 Prolog
3 Sarapan pagi
4 Bahan gosip di pagi hari
5 Serba Salah
6 Bertemu mantan
7 Bertemu Mnatan 2
8 Novia Nabila
9 Minta Bantuan
10 Oh Ternyata...
11 Kedatangan Paman
12 Keputusan Paman Arif
13 Keputusan Untuk Novia
14 Rencana Amah
15 Rencana Yang Jadi Bencana
16 Kabar dari Lori
17 Status WA Ayu
18 Kelakuan Keenan
19 Bertemu Diki
20 Rapat Darurat
21 Keputusan Rapat Keluarga
22 Kedatangan Manda
23 Rombongan Keluarga Diki
24 Novia Menolak Pulang
25 Kesedihan Diki
26 Ide Licik Ayu
27 Mengecek Kondisi Warung
28 Mendatangi Bu Ningsih
29 Perasaan Iri Ayu
30 Uang Sewa Ningsih
31 Bertemu di Toko Kelontong Ningsih
32 Manda VS Ayu
33 Ancaman Penjara
34 Ancaman Balik
35 Ide Robi
36 Panik
37 Meluluhkan Hati Novia
38 Kekecewaan Pak Imam
39 Kegigihan Bu Murni
40 Amah dan Ayu Meminta Maaf
41 Gosip Novia
42 Usaha Perdamaian
43 Tidak Ada Titik Temu
44 Keresahan Cantika
45 Pertengkaran Cantika Dan Keenan
46 46. Rencana Menjual Warung
47 Cerai
48 Tetangga Julid
49 Bertemu Rival
50 Pesta Kejutan
51 Diki Membuat Ulah
52 Pertengkaran Di Pabrik
53 Bersimpati
54 Masalah Bertubi
55 Hot Gosip
56 Diki VS Robi
57 Rebutan Motor
58 Demi Gengsi
59 Kabar Dari Bu Siti
60 Panas Panas Panas
61 Motor Baru
62 Rencana Usaha
63 Restu Amah
64 Diki Selingkuh?
65 Kepergok Manda
66 Pamer Motor Baru
67 Dasar Riya
68 Janda Muda
69 Acara Lamarankah?
70 Acara Pengajian
71 Opening Keyla Fashion
72 Keyla Collection
73 Keluarga Lebay
74 Kencan Terpaksa
75 Jadi Beneran?
76 Surat Dari Pengadilan
77 Final
78 Tuntutan Di Sidang Perceraian
79 Bujukan Amah
80 Sidang Pertama
81 Gosip Cerai
82 Fokus Novia
83 Sama Sama Julid
84 Rengekan Ayu
85 Bersaing Dengan Novia
86 Merayu Amah
87 Akhirnya Ada Kucuran Dana
88 Sidang Perceraian Kedua
89 Cari Perkara
90 Keributan Di Tempat Parkir
91 Masih Di Lapang Parkir
92 Kalah Perang
93 Mencari Tahu
94 Tentang Nuri
95 Gagal
96 Kejutan Dari Amah
97 Melepas Novia
98 Mencari Karyawan
99 Makan Malam
100 Kecewa
101 Manda Dan Candra
102 Sidang Terakhir
103 Kalung Ayu
104 Curiga
105 Pembagian Nasi Kotak
106 Gara Gara Nasi Kotak
107 Nasib Nasi Kotak
108 Kejutan Tentang Adrian
109 Opening Cantik Fashionable
110 Modal Toko
111 Status Di Facebook
112 Membalas Komentar
113 Melabrak Tetangga
114 Siapa Yang Mulai
115 Ganti Rugi
116 Hukuman
117 Ide Siapa?
118 Persaingan Novia Dan Cantika
119 Jalan Tikus
120 Mencari Pemilik Toko
121 Lamaran Adrian
122 Membalas Novia
123 Drama Robi
124 Bertemu Pemilik Bangunan Toko
125 Bukti Kebohongan Robi
126 Perjanjian Robi Dan Warso
127 Cantika Mengamuk
128 Ayu Jadi Sandera
129 Cantika Mengamuk
130 Ayu Jadi Sandera
131 Robi Terusir
132 Tangisan Bu Murni
133 Diki Bertemu Adrian
134 Adrian Melamar Novia
135 Diki Patah Hati
136 Obrolan Di Meja Makan
137 Pesona Mantan
138 Bagai Luka Di Siram Garam
139 Hadiah Dari Adrian
140 Ancaman Nuri
141 Kasihan Diki hahaaa
142 Mencoba Motor Baru
143 Rumah Untuk Novia
144 Pilihan Adrian
145 Ngeri Ngeri Sedap
146 Dapat Ganti Sultan
147 Mantan Aneh
148 147. Kedatangan Keluarga Adrian
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Drama Arisan
2
Prolog
3
Sarapan pagi
4
Bahan gosip di pagi hari
5
Serba Salah
6
Bertemu mantan
7
Bertemu Mnatan 2
8
Novia Nabila
9
Minta Bantuan
10
Oh Ternyata...
11
Kedatangan Paman
12
Keputusan Paman Arif
13
Keputusan Untuk Novia
14
Rencana Amah
15
Rencana Yang Jadi Bencana
16
Kabar dari Lori
17
Status WA Ayu
18
Kelakuan Keenan
19
Bertemu Diki
20
Rapat Darurat
21
Keputusan Rapat Keluarga
22
Kedatangan Manda
23
Rombongan Keluarga Diki
24
Novia Menolak Pulang
25
Kesedihan Diki
26
Ide Licik Ayu
27
Mengecek Kondisi Warung
28
Mendatangi Bu Ningsih
29
Perasaan Iri Ayu
30
Uang Sewa Ningsih
31
Bertemu di Toko Kelontong Ningsih
32
Manda VS Ayu
33
Ancaman Penjara
34
Ancaman Balik
35
Ide Robi
36
Panik
37
Meluluhkan Hati Novia
38
Kekecewaan Pak Imam
39
Kegigihan Bu Murni
40
Amah dan Ayu Meminta Maaf
41
Gosip Novia
42
Usaha Perdamaian
43
Tidak Ada Titik Temu
44
Keresahan Cantika
45
Pertengkaran Cantika Dan Keenan
46
46. Rencana Menjual Warung
47
Cerai
48
Tetangga Julid
49
Bertemu Rival
50
Pesta Kejutan
51
Diki Membuat Ulah
52
Pertengkaran Di Pabrik
53
Bersimpati
54
Masalah Bertubi
55
Hot Gosip
56
Diki VS Robi
57
Rebutan Motor
58
Demi Gengsi
59
Kabar Dari Bu Siti
60
Panas Panas Panas
61
Motor Baru
62
Rencana Usaha
63
Restu Amah
64
Diki Selingkuh?
65
Kepergok Manda
66
Pamer Motor Baru
67
Dasar Riya
68
Janda Muda
69
Acara Lamarankah?
70
Acara Pengajian
71
Opening Keyla Fashion
72
Keyla Collection
73
Keluarga Lebay
74
Kencan Terpaksa
75
Jadi Beneran?
76
Surat Dari Pengadilan
77
Final
78
Tuntutan Di Sidang Perceraian
79
Bujukan Amah
80
Sidang Pertama
81
Gosip Cerai
82
Fokus Novia
83
Sama Sama Julid
84
Rengekan Ayu
85
Bersaing Dengan Novia
86
Merayu Amah
87
Akhirnya Ada Kucuran Dana
88
Sidang Perceraian Kedua
89
Cari Perkara
90
Keributan Di Tempat Parkir
91
Masih Di Lapang Parkir
92
Kalah Perang
93
Mencari Tahu
94
Tentang Nuri
95
Gagal
96
Kejutan Dari Amah
97
Melepas Novia
98
Mencari Karyawan
99
Makan Malam
100
Kecewa
101
Manda Dan Candra
102
Sidang Terakhir
103
Kalung Ayu
104
Curiga
105
Pembagian Nasi Kotak
106
Gara Gara Nasi Kotak
107
Nasib Nasi Kotak
108
Kejutan Tentang Adrian
109
Opening Cantik Fashionable
110
Modal Toko
111
Status Di Facebook
112
Membalas Komentar
113
Melabrak Tetangga
114
Siapa Yang Mulai
115
Ganti Rugi
116
Hukuman
117
Ide Siapa?
118
Persaingan Novia Dan Cantika
119
Jalan Tikus
120
Mencari Pemilik Toko
121
Lamaran Adrian
122
Membalas Novia
123
Drama Robi
124
Bertemu Pemilik Bangunan Toko
125
Bukti Kebohongan Robi
126
Perjanjian Robi Dan Warso
127
Cantika Mengamuk
128
Ayu Jadi Sandera
129
Cantika Mengamuk
130
Ayu Jadi Sandera
131
Robi Terusir
132
Tangisan Bu Murni
133
Diki Bertemu Adrian
134
Adrian Melamar Novia
135
Diki Patah Hati
136
Obrolan Di Meja Makan
137
Pesona Mantan
138
Bagai Luka Di Siram Garam
139
Hadiah Dari Adrian
140
Ancaman Nuri
141
Kasihan Diki hahaaa
142
Mencoba Motor Baru
143
Rumah Untuk Novia
144
Pilihan Adrian
145
Ngeri Ngeri Sedap
146
Dapat Ganti Sultan
147
Mantan Aneh
148
147. Kedatangan Keluarga Adrian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!