Pov novia
Setelah beres mandi aku segera ke meja makan, kulihat keyla dan althaf baru beres sarapan dan merea sedang bersiap berangkat sekolah.
Akupun duduk menikmati sarapan, baru selesai sarapan belum juga membereskan piring kotor tiba tiba aku mendengar teriakan amah sambil mendorong pintu dengan kencang sampai membentur tembok rumah. Berhubung rumahku kecil teriakannya sampai menggema ke seluruh ruangan ibu dan anak anak sampe terlonjak kaget bahkan althaf sampai menangis
" Hei dasar mantu kurang ajar udah numpang masih saja gak tau diri. Kenapa anakku tidak dikasih masuk hah?"
Aku menggendong althaf dan menyerahkannya pada ibu. Aku gak mau anak anak melihat keributanku dengan amah. Takutnya jadi contoh buruk untuk mereka. Aku segera menyuruh ibuku keluar agar membawa anak anak dan mengantarkan mereka sekolah. Semoga saja althaf bisa ditenangkan ibu, kalau untuk keyla mungkin sudah agak besar jadi dia tak terlalu kaget apalagi dia udah tau bagaimana karakter neneknya itu.
"Amah tolong ya bicaranya yang tenang aku gak mau anak anak melihat kejadian seperti tadi itu gak baik buat keyla dan althaf" aku berusaha sabar sampai anak anak berangkat sekolah.
Bukannya amah sadar malah tambah mengencangkan suaranya "Tau apa kamu soal mengurus anak anak, sudah merasa benar kamu jadi istri? tidak bisa mengurus suami jangan karena uang segitu kamu udah merasa hebat itu juga uang dari anakku"
Melihat keadaan yang tambah panas membuat ibuku mengerti beliau langsung membawa keyla dan althaf kebawah untuk pergi sekolah keyla dan althaf pun tak lupa mencium tanganku tapi sepertinya anak anak takut untuk mencium tangan amah sehingga mereka langsung.
Setelah melihat mereka keluar aku merasa sudah tenang dan menyiapkan tenaga untuk adu mulut dengan amah, untung tadi aku sudah sarapan hahaha. Ok amah akan aku layani sekarang mau sampai kemana hah sudah lelah aku menghadapi sifatmu.
"Oh jadi amah mau membahas soal arisan bodong itu ya?wajar dong aku marah. buat aku itu bukan uang sedikit 3 juta sebulan harus aku sisihkan dari uang belanjaku dan amah harus ingat tidak sepeser pun a'diki membantu aku untuk membayar arisan tersebut. Apa amah lupa kalau uang aa lebih banyak diberikan pada amah dengan alasan berbakti?" Aku sengaja menjawab dengan berteriak karena aku yakin ibu ibu pasti sedang berkumpul belanja sayuran di warung rumah sebelah. Biar mereka tau siapa sebenarnya yang menghabiskan uang gaji suamiku.
Amah mendelikan matanya "wajar dong kalau diki memberikan uangnya untukku aku sudah mengurusnya dari kecil sampe dia bisa sukses begini. Kalau kamu hanya orang lain, enak sekali kamu mau menikmati hasil kerja diki".
Aku sampe mengusap dada dengan kesal dan menahan emosi lalu kujawab "Mah aku istrinya sudah kewajiban a'diki untuk menafkahiku apalagi ada keyla dan althaf anak kandung a'diki. Memang wajar a'diki memberi pada amah tapi dia juga harus adil pada kami istri dan anak anaknya. Aku pun bekerja mah agar kebutuhan kami tercukupi. Aku ikut arisan keluarga yang diadakan bi dina itu karena berharap dengan uang yang kudapat aku bisa membeli rumah minimal untuk dp perumahan agar kami tidak menjadi beban untuk amah seperti yang amah bilang pada tetangga kalau aku hanya numpang. Padahal tiap bulan bayar sewa rumah ini ditambah listrik dan air" aku sengaja menekankan kata bayar tiap bulan agar amah sadar bahwa aku tinggal tidak gratis.
"Cukup novi amah pagi pagi sudah saling berteriak apa kalian tidak malu tetangga dibawah sudah berkumpul mendengar kalian ribut" tiba tiba bapa datang sambil terengah engah, mungkin dia lelah karena menaiki tangga sambil setengah berlari.
"Maaf pak bukan saya tak sopan, amah yang datang terlebih dahulu dan menggebrak pintu sampai anak anak takut mendengar teriakan amah. Lagipula aku masih penasaran pak dari kemarin amah sama aa belum menjawab kemana uang arisan yang seharusnya aku dapat bulan ini. Itu uang yang sangat besar pak seharusnya bulan ini aku dapat uang 72 juta rencana nya aku ingin membeli tanah atau kalau uangnya cukup ingin membeli atau mencicil rumah sederhana".
Amah dan bapa terdiam lalu bapa berkata "Ya sudah kita bicarakan ini nanti malam di rumah bapa. Lagian kamu juga mau berangkat kerja kan apa tidak takut kesiangan. Soal uang arisan kita bereskan nanti malam"
"Baiklah pak saya pegang janji bapak ya, benar yang bapa bilang aku harus buru buru bekerja aku harap bapa lebih bijaksana. Dan lebih mengerti antara hak dan kewajiban" Tiba tiba amah mendorongku "apa maksudmu bicara seperti itu dasar mantu kurang ajar".
" Sudah sudah mah malu sama tetangga mereka sedah berkumpul di bawah. Amah mau jadi bahan gosip ibu ibu" Bapa melerai dan Amah langsung terdiam. Bapa langsung menarik amah turun untuk pulang ke rumah. Hahaaa lucu banget liatnya masih punya malu juga mereka ya. Tapi gak malu ambil uang aku menantu yang dibilang pemalas, boros dan numpang ini.
Selepas mereka pulang aku terduduk dan menarik nafas dalam dalam dan memejamkan mata "Ya Allah kok gini amat ya, kalau gini caranya lebih melelahkan daripada lari keliling lapangan hahaaa" Sedang asiknya memejamkan mata melepas lelah setelah adu mulut hp ku berbunyi.
kring kring kring
kulihat nama fitri yang menelpon
[hallo?]
[heh kerja gak udah siang nih?]
Aku melihat jam, ya ampuun aku telat
[masuk lah, ok aku otw sekarang]
Duh gara gara ribut sama amah sampe lupa liat jam untuk aku udah beres dandan. lalu aku menyambar tas yang biasa aku pakai bekerja.
Aku jadi teringat a'diki sepertinya dia gak ganti baju deh seingatku kemarin dia masih pakai seragam kerja karena pulang dari kantor kami langsung pulang ke rumah amah sambil menyimpan motor yang kami titip di amah, berhubung posisi rumah kami di lantai 2 jadi gak ada tempat untuk parkir motor semua dikuasai teh ani aku hanya diberi jalan untuk tangga lewat saja. Tapi biarkan sajalah a'diki gak ganti salahnya dia juga bukannya minta maaf mungkin aku mau bukain pintu kamar ini malah ngadu sama emaknya dasar anak manja apa apa gimana emak.
Aku segera memesan ojol untuk mengantar kerja. Biasanya aku berangkat bareng a'diki kebetulan kami satu pabrik. Aku bergegas turun ke bawah sambil menunggu ojol.
Nyampe bawah aku menunggu di luar pagar kulihat ibu ibu diwarung sebelah berbisik bisik sambil melihat ke arahku. "Huh dasar emak emak gosip seneng banget dapat bahan gosip di pagi hari. Untung aku kerja jadi mengurangi dosa gak ikut ngumpul ibu ibu yang senengnya ghibah"
Tak lama datang ojol pesananku. "atas nama ibu novia" mang ojol bertanya sambil menyerahkan helm.
"ya pak" lalu aku melirik rumah seberang kulihat bu siti mengacungkan jempol kanan dan kirinya sambil tersenyum, hahaa dia pasti mendengar keributan tadi rupanya dia senang aku sudah mulai mau membela diri.
Aku acungkan jempol tanganku membalas acungan jempolnya lalu tanganku melambai sebagai tanda aku berangkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments