# Arisan Bodong Keluarga Suami
Pov Novia
Hanya butuh beberapa menit sudah sampai ke rumah amah karena memang dekat. Sebelum membuka pagar rumah aku berucap bismillah karena berasa masuk kandang macan saja.
Kebetulan gorden rumah belum di tutup full dari kaca aku bisa melihat ada a'diki, amah, bapak dan robi beserta istrinya. Aneh juga kok mereka rame rame gitu ya. Apa robi tidak sengaja berkunjung.
Dalam hatiku muncul sedikit pertanyaan. Oke baiklah aku segera mengetuk pintu karena bagaimana pun harus aku hadapi agar masalahnya segera terselesaikan.
Tok tok tok..
"Assalammu alaikum"
Aku segera membuka pintu, karena rasanya tidak mungkin ada yang membukakan pintu untukku layaknya seorang tamu yang ada aku disambut wajah amah yang ditekuk dan mata yang mendelik, wajah wajah datar yang lainnya.
Namun yang paling mencolok adalah wajah sinis ayu istrinya robi. Aku merasa heran dan bertanya tanya apa aku punya masalah dengannya? seingatku minggu kemarin kami bertemu biasa biasa saja.
Aku memang tidak terlalu dekat dengan ayu ataupun keluarga a'diki yang lain karena aku kurang merasa cocok bersama mereka. Sebisa mungkin aku suka menghindar kalau ada acara yang tidak terlalu penting.
Bukannya aku sombong tapi aku sering merasa gak nyaman saja dengan cara hidup mereka. Sering sekali mereka pamer di grup WA keluarga besar ataupun di sosmed nya.
Cantika dan ayu sering pergi shopping bareng dan berlibur bareng tapi jarang sekali aku lihat amah diajak mereka. Terakhir kulihat ayuk memposting ketika liburan bersama teman temannya. Sedangkan cantika sedang berlibur bersama keluarga suaminya.
Dan amah sering bercerita atau memamerkan apa yang sudah diberikan Ayu dan Cantika di grup WA keluarga. Belum acara live nya di warung kala berkumpul bersama dengan tetangga sering kali amah membanding bandingkan aku dan ayu sebagai menantu.
Kadang apa yang diberikan mereka pada amah tak seberapa dibandingkan dengan apa yang sudah aku dan a'diki berikan. Tapi entah mengapa itu semua seakan tak terlihat atau bahkan tak di rasa oleh amah.
Kadang dalam hatiku ada rasa kesal, kenapa amah selalu membanggakan mereka. Sering aku merasa amah tak pernah menganggapku ada kecuali kalau lagi butuh duit saja. Mertua oh mertua..
" Lama banget sih kamu datangnya sengaja bikin kami nunggu ya " baru juga membuka pintu sudah disambut ucapan amah dengan wajah mendelik lagi.
" Iya udah berasa orang penting saja kulihat " timpal ayu.
" Iya, maaf amah setelah sholat aku makan dulu, tadi pulang kerja sore karena mampir dulu ke indomei. Lagipula aku naik angkot jadi lama kena macet " aku tekankan kata kata terakhir sambil melihat a'diki untuk melihat reaksinya. Kulihat dia sekilas membuang muka.
" Lagipula dari obrolan kemarin kan membicarakan uang arisan yang harusnya kudapatkan, yang uang arisannya itu selalu aku titip pada amah terus apa hubungannya ayu menungguku. Apa uang arisanku di pakai ayu? " lanjutku.
Seusai aku berbicara seperti itu kulihat wajah mereka kaget. Aku pun jadi curiga kalau mereka sudah kompak untuk membohongiku.
" Sudah sudah gak usah ribut, kamu duduk dulu vi kita bicarakan ini baik baik. Malu sama tetangga rumah kita di gang jangan sampai mereka berfikir kalau keluarga kita ada masalah " ucap bapak.
Ya wajarlah kalau tetangga berfikir keluarga kita ada masalah itu juga gara gara amah yang tadi pagi bikin keributan di rumahku.
Kalau kulihat di antara orang yang duduk berkumpul disini hanya bapak yang masih keliatan biasa saja tidak menampakan wajah kesal dan tidak suka. Bapak memang cukup baik, tapi terkadang terbawa oleh amah.
Mungkin bapak merasa tidak enak atau bisa dibilang bapak itu ISTI alias ikatan suami takut istri.
" Iya pak " kujawab sambil duduk karena berusaha menghargai bapak. Posisi dudukku terpisah mereka berkumpul di kursi panjang setengah melingkar.
Sedangkan aku duduk sendirian di kursi sofa bulat kecil yang berada di tengah tengah mereka. Kalau kuperhatikan posisi seperti ini layaknya sedang disidang saja.
Bapak memandangku " Ehemmm, gini vi soal uang arisan kamu. Bapak tau itu uang via yang seharusnya via dapatkan tapi "
" Uang dia darimana pak? jelas jelas itu uang diki kok bisa dibilang uang dia " belum beres bapak berucap tapi dipotong amah.
Ugghhh dasar mertua gak jelas, masih saja itu yang diomongkan uang diki uang diki gak inget apa uang anaknya yang dipakai tiap bulan sedangkan aku dapat sisanya. " maaf mah sudah berapa kali via bilang uang arisan itu pure uang gajian via. Apa amah lupa kalau uang gajian a'diki paling besar di ambil amah dan aku dapat sisa "
" Sudah sudah coba tenang dulu bukannya niatnya kita berkumpul untuk bicara baik baik? " ujar bapak dengan suara agak meninggi karena melihat amah yang sudah berdiri dan marah.
Aku dan amah langsung terdiam, tapi kulihat amah mencebikan bibirnya sambil duduk di kursinya kembali.
" Begini vi sebenarnya uang arisan itu seharusnya udah kamu dapatkan dari setahun lalu. Waktu itu amah menukar nomor nya dengan saudara yang lain dengan alasan untuk biaya nikah robi " lanjut ayah. " Sebentar pak, maksud bapa setaun lalu via udah menang arisan dan uangnya di pakai biaya nikah robi?" aku memperjelas ucapan bapak.
" Iya vi, bapak minta maaf gak bilang sama kamu dulu " jawabnya.
Seketika emosiku langsung naik dan aku berdiri " Oh jadi gitu, kalian pakai uangku tanpa izin dulu padaku, dan uang itu di pakai untuk biaya menikah robi. hahaaa yang benar saja " aku tertawa ku pandangi mereka satu persatu.
Kulihat a' diki dan robi menundukan wajahnya sedangkan amah wajahnya memerah terlihat marah melihatku tertawa.
" Apa maksudmu tertawa? " ujar amah. Sebenarnya aku tertawa untuk apa aku tidak tau. Apakah tertawa karena melihat gaya hidup mereka yang selalu ingin dilihat waahh tapi sebenarnya zonk atau aku menertawakan diri sendiri yang terlalu naif dan jadi sangat bodoh?
Aku menghentikan tawaku " Jelas saja aku tertawa, bukankah lucu kalian memakai uangku tanpa izin terlebih dahulu. Yang lebih lucunya lagi dipakai untuk biaya menikah. Hey apa kalian gak malu menikah memakai uang hasil keringatku hanya karena ingin dilihat orang lain hebat banyak duit. Kenapa kalian gak nabung terlebih dahulu jangan pakai hak orang dong apalagi gak minta izin " ucapku seraya memandang kearah robi dan ayu.
Kulihat wajah robi dan ayu memerah menahan marah. " Dan 1 lagi aku tekankan itu uangku yang kalian pakai "
Tiba tiba amah langsung berdiri dan berucap sambil berteriak " Aturan darimana itu uangmu, tak pernah kamu hargai keringat suamimu. Wajarlah kalau robi memakai uang kakaknya karena mereka bersaudara ".
Mendengar itu rasanya aku ingin muntah " Apa gak salah amah bicara seperti itu, apa perlu aku hitung dan catat berapa pengeluaran rumah tangga kami setiap bulan dan berapa gaji yang a'diki berikan padaku.
Setiap bulan a' diki memberi uang pada amah 4 juta karena alasan harus bantu biaya ikbal sekolah dan biaya untuk rumah ini. 1 juta untuk bensin 2 juta diberikan padaku. Aku memang mendapat 2 juta setiap bulan tapi uang itu sering di minta kembali dengan banyak alasan "
" Halahhh baru gitu saja perhitungan, aku juga suka ngasih sama amah. Apa perlu aku bilang " ayu menjawab ucapanku.
Pandanganku langsung beralih pada ayu, kesal sekali rasanya dia ikut menjawab karena status kami sama sama menantu apalagi dengan tidak ada rasa bersalahnya sudah memakai uangku " Oh ya berapa uang yang kamu kasih pada pada amah, apa sebesar uang yang telah diberikan olehku "
" Jangan sombong kamu teh, baru segitu saja sudah besar kepala. Benar yang amah bilang wajar saja kalau aku memakai uang itu karena aku adik a'diki " Tiba tiba saja robi ikut bicara. bBaguss ternyata semua ikut bicara, sudah kuduga mereka pasti mau main keroyokan.
Disaat seperti ini aku berharap paman segera datang bukan karena takut tapi setidaknya kalau 2 kepala untuk menghadapi mereka akan lebih baik.
" Hahaaa ya wajar, tentu saja sangat wajar andai yang kamu pakai itu benar benar uang kakakmu. Apa kamu tidak dengar dari awal aku bilang kalau itu uang hasil keringatku.
Uang kakakmu sudah di pakai untuk memenuhi kebutuhan di rumah ini. Apa masih kurang jelas? " dengan lantang aku bicara. Aku sudah tidak peduli dengan tetangga andai mereka mendengar keributan kami. Biar saja mereka tau hal sebenarnya.
" Dasar menantu kurang ajar dibiarkan malah ngelunjak " amah hendak menghampiriku dengan mengangkat tangannya. Tapi baru 2 langkah bapak sudah menghalangi.
" Lalu kamu a' jangan diam saja dong harusnya kamu menjelaskan pada semua terutama adikmu agar dia tau uang siapa sebenarnya yang dia pakai. Dengan aa diam saja seakan membenarkan apa yang dilakukan mereka. Mana tanggung jawab kamu sebagai suami " aku beralih bicara pada a'diki dan berharap akan ketegasannya.
" Heh kamu tidak sopan berani bicara lantang pada suami, dasar anak kurang didikan. Apa ibumu tidak mendidikmu untuk bicara sopan agar bisa menghargai orang lain. Masih untung aku mau merestui kalian menikah " amah menunjukku dengan penuh amarah.
" Jangan bawa bawa nama ibuku. Dan apa amah tidak salah bicara, karena aku tidak pernah merasa kurang didikan ibuku dan pamanku selalu mendidikku dengan baik penuh kasih sayang.
Justru aku lihat amah yang tidak bisa mendidik anak anak amah yang seenaknya dan tidak bertanggung jawab memakai uangku bahkan suamiku tidak bisa bersikap tegas layaknya seorang suami jangan merasa amah lebih baik dari ibuku " aku pun ikut berdiri dan bicara lantang tapi tiba tiba
Plaaakk..
" Jaga ucapanmu novia"
Tiba tiba pipi kiriku terasa perih dan kebas karena ditampar..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments