Pov Arif
Selesai mengemas pakaian novia, anak anak dan teh atikah aku segera menggiring mereka keluar tak kuhiraukan permintaan diki untuk berbicara dengan novia.
Aku orang terakhir keluar dari pintu rumah dan kulirik sekilas diki duduk di kursi hanya termenung melihat kami pergi, sepertinya matanya berkaca kaca. Ku ucapkan salam padanya walaupun aku kesal tetap saja kulakukan.
Turun dari tangga aku melihat novia sedang memeluk wanita paruh baya, dia terlihat sangat menyayangi novia. Mungkin itu tetangganya yang paling akrab dengannya.
Akupun ikut bersalaman, selesai berpamitan aku mengajak novia untuk segera ke depan gang karena mobil online yang kami pesan sudah menunggu. Aku membawa barang bawaan mereka menggunakan motorku sebagian.
Didepan gang sudah ada mobil online pesanan menunggu, Novia aku suruh duduk didepan bersama sopir dan teh atikah duduk dibelakang bersama anak anak.
Aku memasukan barang barang ke bagasi belakang. Setelah aku selesai aku menyuruh mereka berangkat terlebih dahulu kemudian aku menyusul menggunakan motor.
Hanya dalam waktu 20 menit aku sudah sampai di rumah emah karena sudah malam jalanan jadi lancar . Rumahku berada di perbatasan kota, disebuah komplek perumahan sederhana.
Rumahnya tidak besar tapi juga tidak kecil dengan halaman yang dipenuhi bunga yang cukup teduh karena terdapat pohon mangga dan jambu.
Disinilah aku tumbuh bersama orang tuaku, kakakku teh atikah dan a' riki serta adikku nania. Bapakku meninggal beberapa tahun yang lalu beliau pensiunan sebuah BUMN, sekarang rumah ini di isi emah ibuku, aku, nania dan 2 orang anaknya.
Sedangkan a'riki tinggal diluar kota dan sudah menikah. Dia punya usaha disana dan lumayan sudah maju. Dulu sebelum novia menikah dia dan teh atikah juga tinggal disini.
Setelah menikah diki memboyong ke rumahnya. Kemudian althaf lahir akhirnya teh atikah tinggal bersama novia karena ingin menjaga cucu cucunya.
Aku sempat menyarankan pada novia supaya mencari pengasuh saja, novia pun setuju tapi teh atikah menolak.
Dia ingin dekat dengan cucu cucunya dan tidak berkeberatan untuk menjaganya. Sedangkan untuk pekerjaan rumah masih di handlle novia.
Selain itu salah satu alasan teh atikah bersedia tinggal dengan novia karena nania si bungsu tinggal di rumah ini bersama ke 2 anaknya jadi teh atikah berfikir emah akan tetap ada yang menjaga dan tidak akan kesepian walau di tinggal olehnya.
Suami nania bekerja diluar kota dan hanya pulang sebulan sekali. Aku pun tak keberatan nania tinggal disini agar emah ada yang menjaga dikala aku kerja. Sedangkan rumah nania dikontrakan daripada kosong khawatir akan cepat rusak karena tidak dirawat.
10 menit kemudian mobil online yang membawa novia sudah sampai, aku sengaja menunggunya diluar. Bergegas kuturunkan barang barang novia dibantu pak sopir setelah selesai segera ku bayar sopir mobilnya.
Kami melangkah menuju pintu rumah, ku ketuk pintu dan yang membuka nania. Dia terlihat kaget melihat aku kembali ke rumah beserta teh atikah, novia dan anak anaknya.
" Ada apa ini, kenapa kalian membawa tas sebanyak ini? " nania bertanya sambil membantu membawakan tas bawaan.
" Gak ada apa apa sudah biarkan novia istirahat dulu. Teh atikah bisa isi kamar yang biasa di tempati disini kan ada beberapa kamar kosong.
Kita bicarakan semuanya besok pagi biar fikiran kita lebih fresh. Oh ya emah udah tidur ni? " aku menjawab pertanyaan nania dan mencari tau emah.
" Baiklah, kamar udah rapih teh tiap hari aku bersihkan. Istirahatlah dulu. Kalau emah udah tidur dari selepas isya a' seharian tadi emah main sama anak anakku mungkin emah lelah " Setelah nania menjawab aku berlalu ke kamar dan menunaikan sholat isya yang tertunda karena masalah tadi.
Selesai sholat aku menuju ke ruang tv untuk menonton. Biasanya kalau sedang ada masalah aku akan menonton tv sambil merokok karena akan terasa sedikit relax.
Sampai di depan tv aku menyalakannya sambil mengambil sebatang rokok. Kutiup asapnya perlahan sambil mengingat perjalanan hidup novia.
Novia keponakanku anak kedua dari teh atikah, Novia mempunyai kakak yaitu manda sama halnya seperti aku dia belum menikah katanya dia ingin menikmati hidup dulu tidak mau seperti novia yang menikah muda.
Kalau aku sebenarnya sudah punya kekasih dan secepatnya akan segera menikah. Hanya saja ada hal yang harus kuselesaikan.
Dulu ketika diki datang ke rumah terus terang aku kurang sreg, kuperhatikan dia kurang tegas baik dalam bicara ataupun bersikap. Apalagi ibunya terlihat lebih mendominasi.
Dia terlihat tidak tegas entah karena dia segan padaku atau memang karakternya.
Namun karena kesungguhannya untuk meminang novia aku jadi menyetujuinya lagipula saat itu novia terlihat membuka diri.
Salah satu alasan novia menerima diki sepertinya dia kehilangan sosok teman laki lakinya bernama adrian.
Aku sudah memastikan pada novia supaya menerima diki karena memang novia mencintainya bukan karena mencari pengganti adrian.
Dan novia pun meyakinkan aku dia menerima diki karena anak itu baik dan berfikir dapat bertanggung jawab atas diri novia.
Novia gadis ceria, aku sangat menyayanginya begitupun pada kakaknya sudah ku anggap seperti anak sendiri.
Mereka tidak pernah merasakan sosok seorang ayah dari manda berusia 2 tahun dan novia berusia 10 bulan suami teh atikah pergi dengan alasan bekerja. Tapi dia tak pernah kembali.
Bapak dan a'riki sudah mencarinya bahkan sudah datang ke keluarganya dan menanyakan keberadaannya. Tapi mereka selalu menjawab tidak tahu. Entah itu benar atau sekedar menutupi keberadaanya.
Bahkan ketika novia menikah ayahnya tetap tidak ada sehingga memakai wali hakim, dengan terpaksa kami mengatakan pada penghulu kalau ayahnya sudah tiada.
Bukannya tanpa usaha karena sebelumnya aku sudah mencoba untuk datang ke keluarga ayahnya supaya keluargaku tidak disalahkan dikemudian hari dengan mengatakan ayahnya tiada.
Dari keluarga ayahnya sendiri pun tidak ada yang bersedia untuk menjadi wali nikah, tapi biarlah tanpa ayah nya pun novia dan kakaknya tercukupi kebutuhannya dan tidak kekurangan kasih sayang.
Sedang asiknya melamun tiba tiba novia datang dan duduk di sebelahku " Kenapa neng, sudah sholat isya? "
" Udah paman, aku sengaja kesini karena ingin membicarakan masalah tadi " kata novia.
" Apa gak sebaiknya besok saja, jangan terlalu memforsir diri. apalagi dalam keadaan fikiran panas seperti sekarang " aku mencoba membujuk novia.
" Gak paman, aku kalau ada masalah gak akan bisa tidur. Besok aku bekerja pasti akan ketemu a'diki jadi aku harus punya solusi untuk menghadapinya " jawab novi.
" Maaf neng bukan bibi kepo, kalau bibi boleh tau sebenarnya ada apa? mungkin bibi bisa bantu " nania datang dari arah kamarnya, novia memandangku meminta pendapatku.
" Novia ada masalah rumah tangga, aa harap kamu rahasiakan dulu dari emah. Kasian emah sudah berumur jangan sampai nambah beban fikiran.
Memang masalah ini gak akan bisa ditutupi kalaupun mau cerita aa harap nanti kamu ceritakan pelan pelan pada emah dan kasih pengertian ya " lalu aku pun menceritakan secara detail kejadian yang kami alami.
" Neng kenapa kamu tidak pernah bercerita pada kami kalau sudah mendapat perlakuan seperti itu. Kamu itu masih memiliki keluarga jangan semua ditelan sendiri " Nania terlihat menarik nafasnya dan melanjutkan ucapannya
" Apa lagi yang belum kamu ceritakan, coba ceritakan sekarang jangan ada yang ditutupi. Terus selain uang arisan masih ada barang milik kamu yang tertinggal disana? "
Novia tertunduk kemudian bercerita " maafkan neng ya bi, paman. Bukan maksud neng menutupinya hanya saja neng malu dan nggak mau merepotkan keluarga selagi neng bisa hadapi sendiri.
Neng juga malu sudah mengabaikan peringatan paman soal a'diki yang terlihat tidak tegas. Ternyata kekhawatiran paman terjadi.
Kalau mengenai barang paling cuma motor yang dipakai a'diki saja sih lagian itu atas nama neng bpkb nya juga sudah neng bawa tadi "
" Syukurlah kalau bpkb nya kamu bawa soal motor itu nanti gampang, cuma saran paman besok kamu izin dulu bekerja.
Istirahat dulu fikirkan langkah yang harus diambil.
Lihat dari berbagai sisi, setiap keputusan yang kamu ambil pasti ada dampaknya dan itu harus dipertimbangkan.
Jangan fikirkan soal yang sudah lalu, lagi pula sekarang ada anak anak jadi tidak perlu menyesalinya yang terpenting sekarang kita cari solusi terbaik saja.
Paman juga minta maaf tadi mengambil keputusan untuk membawamu pulang kemari secara tiba tiba.
Khawatir kalau kamu masih disana ibunya diki akan terus menekanmu belum lagi tindakan kdrt yang tadi diki lakukan, paman gak mau ambil resiko itu " aku memberi saran pada novia dan memberitahukan alasanku membuat keputusan untuk membawanya kemari.
" Apa si diki nampar kamu? kurang ajar biar nanti bibi yang balas. Mau macam macam dia tuh. Gak terima bibi neng kamu digituin " aku dan novia tersenyum melihat tingkah nania yang terlihat geram.
" Sudah sudah gak usah dibahas dulu sekarang kita tidur saja dulu ya, besok aku harus kerja.
Ingat pesan paman besok kamu izin dulu gak usah masuk karena si diki pasti mencarimu " aku mematikan rokokku dan bergegas ke kamar di ikuti nania dan novia ke kamar masing masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments