^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^tiens ma main, naviguons ensembl^^^
^^^(pegang tanganku, mari berlayar bersama)^^^
...----------------...
Alister memasukan mobilnya ke garasi, saat ini dia berada di rumah orang tuanya.
Mama Amber meminta datang ke rumah karena sang Kakak, Kakak ipar dan juga anak mereka berkunjung ke rumah. Tentu saja Alister mengiyakan permintaan Mamanya karena Alister juga ada kepentingan dengan Papa Abas.
Alister tersenyum ketika keponakannya berusia 1 tahun itu digendong oleh Mamanya. Balita perempuan itu begitu mirip dengan Ayahnya. Alister menghampiri mereka dan duduk di sofa kosong.
"Kamu terlambat satu jam!"
Alister memutar bola matanya ketika Adeena, sang kakak duduk di sebelahnya.
Ternyata meski sudah punya anak tingkah Adeena tetap sama, seenaknya!
"Hanya satu jam saja, bukan sehari," Balas Alister malas.
Adeena cemberut dan mencubit lengan Alister.
"Lama-lama aku tampol nih,"
"Heran sama kakak, udah tua kayak anak kecil, iya kan Sayang." Alister mengambil anak kakaknya dari gendongan Mama Amber.
"Kakak itu masih muda. Mana ada cantik begini dibilang tua." Kesal Adeena pada Alister. Untung tampan kalau tidak sudah Adeena pukul itu wajah.
"Kamu tahu, yang tua itu suami kakak," bisik Adeena melirik kearah suaminya yang berbincang dengan Papanya.
Alis Alister menyatu dan terkekeh geli saat mendengar kakaknya mengatakan bahwa suaminya sudah tua.
"Meski udah tua, kakak cinta kan?"
Wajah Adeena tersipu tetapi langsung berubah cemberut.
"Siapa yang suka. Kakak 'kan terpaksa," elaknya tak mau mengakui.
"Percaya kok, saking percayanya sampai Kakak punya anak."
"Ih, Alisterrr!!"
Alister tertawa dan mencium pipi gembul keponakannya.
"Cantik banget sih, lebih cantik daripada Mamanya."
"Sama-sama cantik, Al," koreksinya.
"Eh ngomong-ngomong, kamu udah cocok jadi Papa."
"Masa?"
"Benar, makanya wajah kamu jangan boros, seperti kakak dong masih lucu begini." Pujinya pada dirinya sendiri. Memang, Adeena masih cantik apalagi usianya masih 23 tahun.
"Kakak punya kaca? Kalau tidak punya, di kamar Mama ada."
"Kamu kok begitu sih, Al. Aku doain kamu nanti dapat istri lebih tua darimu!" Adeena merebut anaknya dari pangkuan Alister, tapi sayang balita kecil itu malah memegang erat kaos yang di kenakan Alister.
"Sayangnya itu tidak akan terjadi."
"Yah, namanya jodoh siapa tahu kan. Dan kalau itu benar terjadi, kakak yang akan tertawa lebih dulu."
***
"Semua lancar kan?" Saat ini Alister sedang bersama kakak iparnya. Mereka duduk berdua karena anak Sony bersama Abas dan Adeena membantu Amber memasak.
"Lancar kak, 1 bulan ini aku di sana terus dan ternyata cukup ramai sih,"
"Maklum kan baru, beda yang satunya udah dari kamu 16 tahun kan."
"Iya, bersyukur bisa balikin modal yang kakak pinjamkan,"
Sony terkekeh mendengar penuturan adik iparnya.
"Kamu sudah aku anggap adik sendiri, sebenarnya tidak usah dikembalikan kakak ikhlas kok tapi kamu keras kepala sih,"
"Kalau kerja keras sendiri kan bisa bangga. Tanpa ada yang ikut campur, tapi ya gitu, modal hutang dulu."
Sony tertawa membuat Alister menautkan alisnya. Padahal Alister hanya berbicara yang sejujurnya kenapa di ketawakan.
"Lama-lama kamu hampir mirip sama kakak kamu," Kekeh Sony mencoba menghentikan tawanya.
"Masih hampirkan, setidaknya tidak cerewet dan mengatakan suami tua."
"What? Dia masih bilang begitu?"
"Ya,"
Senyum Sony tercetak di bibirnya membuat Alister merasa kakak iparnya sama-sama aneh dengan kakaknya itu.
Yang tidak Alister ketahui adalah Sony membayangkan bagaimana dia menghukum istri nakalnya itu. Senyum Sony makin melebar, saat di rumah nanti ia akan membuat istri kecilnya itu jera.
Hingga tak terasa waktu berlalu, rumah diisi dengan canda tawa, apalagi Alice tak ada hentinya menggoda sang ponakan membuat balita kecil itu menangis.
"Kalian tidak menginap?" tanya Amber pada putri dan juga menantunya. Jujur saja Amber masih ingin bersama cucunya.
"Kapan-kapan saja ya Ma, besok Mas Sony mau keluar kota." Sesal Adeena merasa tak enak pada Ibunya.
Amber sedih namun tak mau memaksa jadi dirinya hanya mengangguk saja. Toh Amber dan Abas sering mengunjungi cucunya itu.
Abas merangkul pinggang istrinya itu dan tersenyum kearah putrinya dan sang menantu.
"Hati-hati di jalan."
"Pamit dulu Pa, Ma," ucap Sony dan Adeena secara bersamaan.
Mobil mereka sudah menjauh dan Abas menggiring istrinya masuk kedalam rumah.
"Jangan sedih, kita bisa mengunjunginya sewaktu-waktu."
"Iya Mas,"
"Pa, ada waktu? Alister ingin bicara berdua." Alister menghentikan langkah kedua orangtuanya yang berjalan masuk ke rumah.
"Ada, di ruang Papa ya."
"Oke,"
"Mama tak boleh ikut? Pada main rahasia dengan Mama?"
Alister terkekeh dan memeluk Ibunya erat.
"Maklum Ma, laki-laki." Amber mengangguk.
"Ya udah sana, Mama juga mau bersih-bersih."
Di ruang kerja Abas, Alister duduk di depan Papanya. Tangannya saling bertaut dan meremas entah bagaimana Alister memulai pembicaraan.
"Kenapa Al?"
"Alister mau meminta, bukan sih maksudnya ini kemauan Alister sendiri." Alister langsung mengungkapkan apa yang diinginkannya. Apa yang dikatakan anaknya cukup membuat Alister tak percaya.
"Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan barusan?" tanyanya untuk memastikannya. Abas masih tak mengerti kemauan putranya ini.
"Yakin Pa,"
"Itu tak semudah yang kamu kira loh," Abas masih ragu dengan keputusan anaknya.
"Alister tak akan minta kalau belum yakin."
"Baiklah, nanti Papa yang akan urus semua."
"Makasih Pa," Alister tersenyum lega.
...______...
Wah wah, makin ke inti cerita ya guys!!! Yuk jangan lupa dukungannya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
viva vorever
nikah muda ya alister....
2023-01-11
0
Syarifah
mau melamar azza semoga
2022-12-31
0