^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^tout va dans son axe, l'amour aussi^^^
^^^(semua berjalan dengan porosnya, begitupun cinta)^^^
...----------------...
Suara deringan bel pulang sekolah membuat kelas Azza jadi heboh sendiri. Azza juga segera memasukan setumpuk buku di tas ranselnya sebelum memakainya di punggung.
"Tumben cepet-cepet." Linda, teman sebangku sekaligus sahabat Azza mengernyitkan dahinya melihat tingkah Azza yang terkesan terburu-buru.
Azza tersenyum dan berdiri dari duduknya.
"Aku ada perlu, duluan ya Lin."
"Oh, oke."
Linda hanya menatap sahabatnya keluar dari kelas dengan berlari kecil.
Menggeleng pelan, sebelum keluar dari kelas dengan langkah santai.
Azza menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok laki-laki yang sudah ingin ia temui. Hingga matanya menangkap sosok itu yang berjalan santai menuju ke parkiran.
"Kak Alister!" Teriaknya berlari menyusul Alister dan memegang lengan Alister yang di masukan ke saku celananya.
Alister menaikkan alisnya saat melihat lengannya di pegang oleh Azza, tetangganya sekaligus orang yang mengatakan cinta padanya.
Alister berhenti sambil menatap Azza yang gugup.
"Aku mau,"
Alister mengerjapkan matanya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, sekelilingnya masih ramai oleh siswa dan siswi yang pulang sekolah.
Tangannya menggenggam tangan Azza sebelum menyeretnya kearah tempat yang sepi.
"Mau? Maksudnya?"
Azza meremas ujung seragamnya yang terlihat sekali bahwa ia gugup.
"Soal kemarin sore," ungkapnya malu dan menunduk.
Alister menganggukkan kepalanya mengerti apa yang dimaksud 'mau' tadi.
"Kamu yakin?"
Azza memberanikan menatap mata tajam Alister dan mengangguk.
"Yakin kak. Tapi... Kakak janji jadi pacar aku ya,"
Alister menghela nafas kasar.
"Ayo ikut aku." Tangan Alister menggenggam kembali tangan Azza dan berjalan menuju kearah mobilnya berada.
Azza tertegun melihat tangan hangat Alister yang pertama kali menggenggamnya. Mereka berdua masuk ke mobil Honda jazz putih milik Alister.
"Telepon sopirmu kalau kamu sama aku," ucap Alister tanpa melihat Azza yang duduk di sampingnya karena fokus mengemudi.
"Ah, oh iya." Azza segera mengambil ponselnya di tas dan menelpon sopirnya agar tidak menjemputnya lalu mengatakan bahwa ia bersama Alister.
Jantung Azza berdetak lebih cepat, ia gugup dekat dengan Alister karena ini pertama kalinya Azza duduk bersama Alister apalagi di mobilnya.
Mobil Alister berhenti di pinggir jalan depan Apotik, Azza tak tahu kenapa Alister berhenti di sini.
Alister melepaskan seragam yang ia pakai dan menyisakan kaos putih melekat pada tubuhnya.
"Kamu tunggu di sini, aku keluar sebentar," ucapnya memakai masker sebelum turun dari mobil.
Azza mengangguk dan membiarkan Alister keluar dari mobil yang berjalan menuju kearah apotik itu. Tak lama kemudian Alister kembali dengan kresek hitam kecil di tangannya.
Azza melirik kearah kresek hitam itu tapi Azza tak tahu apa isinya atau mungkin Alister hanya membeli obat biasa.
"Kita kemana kak?" Bibir Azza gatal ingin berbicara, berdua dengan Alister di mobil hanya ada keheningan saja, radio mobil juga tidak menyala apalagi yang punya. Tidak akan bicara kalau tak penting.
Alister melirik kearah Azza dan menyeringai.
"Ke apartemen."
Tangan Azza saling meremas bahkan berkeringat, jantungnya berdetak lebih cepat dan perutnya terasa mulas.
Mobil Alister terhenti di gedung apartemen mewah yang Azza yakini harganya tak murah.
"Kamu pikir sekali lagi, Za. Jangan sampai keputusanmu ini membuatmu menyesal," peringat Alister mencoba untuk merubah pikirkan Azza.
Azza menggelengkan kepalanya.
"Aku tak akan menyesal kalau aku bisa terus sama kamu kak," Azza menolak mundur karena ini kesempatannya agar bisa jadi pacar Alister dan kalau bisa itu untuk selamanya.
Azza sudah mencintai laki-laki ini begitu lama, selagi ada kesempatan Azza tak ingin melewatkan meski ia harus membayar dengan harta berharganya.
Bodoh memang tapi inilah cinta yang membutakan Azza sehingga ia tak tahu bagaimana di kemudian harinya.
"Ayo!" Alister keluar dari mobilnya sesudah memarkirkan tak lupa membawa kresek hitam di tangannya.
Azza mengikuti langkah kaki Alister yang masuk ke dalam lift. Selama di lift Alister juga tetap diam sehingga membuat Azza berpikir apakah mungkin saat melakukan 'itu' Alister hanya diam saja.
Semburat merah terlihat di wajah Azza saat pikiran kotor memenuhi isi kepalanya.
Ting!
Alister keluar dari lift dan diikuti Azza di belakang hingga berhenti di depan unit apartemen. Jari Alister menekan tombol sandi dan pintu itu langsung terbuka.
"Ayo," ajaknya masuk kedalam.
Azza melihat keseliling ruang yang begitu sangat rapi, Azza melangkah mengikuti Alister yang masuk kedalam kamar laki-laki itu. Kamar didominasi abu abu dengan bau yang harum. Kamar terlihat luas dengan ranjang king size, meja belajar, rak buku dan Play Station. Apakah Alister suka bermain game seperti para cowok lainnya?
"Aku kasih kesempatan buat kamu untuk memikirkan lebih baik lagi." Alister berdiri menjulang di depan Azza yang mendongak menatap wajah tampan Alister.
Jarak di antara mereka begitu dekat, apalagi Azza bisa menghirup aroma tubuh Alister.
"Aku tak mau mundur kalau Kak Alister bisa aku miliki." Ungkapnya jujur, Azza benar-benar tak ingin mundur.
Tangan Alister terulur merapikan rambut Azza sebelum membisikan kata-kata yang membuat tubuh Azza meremang.
"Kamu tahu kenapa perempuan dan laki-laki tak boleh dalam satu ruangan apalagi belum ada ikatan? Dan sebenarnya aku ingin kamu pulang karena kamu harus tahu, Azzana. Aku laki-laki dan sangat normal apalagi kamu sudah masuk ke kandang singa yang kapan saja bisa memakan mu."
Jemari Alister mencubit dagu Azza sehingga mereka saling menatap.
"Jadi pikirkan lagi, kurang baik apa lagi aku?"
"Aku tidak mau mundur!" Tekatnya dan keras kepala.
Alister menganggukkan kepalanya melangkah mundur untuk memberi jarak.
"Buka semua pakaianku."
"Maksudnya?"
"Aku ingin melihat kamu berinsiatif sendiri, Azza."
Mata Azza membulat sehingga membuatnya bergetar. Azza masih mematung di tempat. Bukan apa-apa sebenarnya, hanya saja Azza tak tahu bagaimana harus memulai, ini pertama kali untuknya. Bagaimana bisa ia harus berinsiatif sendiri.
Alister yang sudah duduk di pinggir ranjang menatap lurus kearah Azza yang masih berdiri. Senyum kecil terukir di bibir Alister yang pasti tahu bahwa Azza tak mungkin melakukannya.
"Aku beri waktu 30 detik. Kamu bisa mundur jika tidak bisa."
Azza menatap kearah Alister yang tersenyum kearahnya, senyum yang terlihat mengejek. Tangan Azza mengepal, ia sudah mencintai Alister sejak umur 13 tahun hingga ia sudah berusia 17 tahun. Begitu lama ia hanya memendam perasaan yang makin lama makin bertambah. Apalagi ia sudah pernah ditolak sama laki-laki di depannya ini.
Bagaimana bisa ia mundur sekarang. Dengan tekatnya yang begitu kuat, Azza berjalan pelan menuju kearah Alister yang duduk di ranjang.
Senyum Alister membeku saat Azza berjalan menuju ke arahnya. Apakah Azza tak mau mundur?
"Za," panggilnya pelan.
"Aku tidak mau mundur kak," ucapnya lirih. Meletakan tasnya di atas ranjang, tangan Azza terulur menuju kaos Alister dan membukanya. Tangannya bergetar saat akan membuka kancing celana seragam Alister dan menarik resletingnya.
Alister menelan ludah susah payah saat melihat betapa nekat Azza hanya karena ingin jadi kekasihnya. Tangan Alister menangkap tangan Azza yang sudah menarik resletingnya.
Mata mereka bertemu saat Azza merasakan remasan yang kuat tapi tak menyakitkan di tangannya.
"Kak—"
...----------------...
Jangan lupa dukungannya, wajib loh perintah Pangeran Atlantis!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sheng
azza udah bulol 🥹🥹
2023-10-25
0
viva vorever
azza uda dibutakan oleh cintanya,gadis seusia dia mkn blom tahu akibat fatal dari kenekatannya,jadi miris membayangkan azza yg menyerah pda alizer☹☹
2023-01-05
0
Muhamad Rafli
Ditunggu kelanjutannya kak
semanagat
2022-12-28
1