^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^le bonheur est simple^^^
^^^(kebahagiaan itu sederhana)^^^
...----------------...
Azza memasuki kamarnya dengan lesu, melempar tasnya kesembarang arah dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Tangannya ia rentangkan dan kakinya dibiarkan menggantung.
Azza tadi sudah di apartemen Alister namun orangnya tidak ada. Dan Azza malu kalau mencari Alister di rumah orang tuanya.
Meskipun dulu ia suka mengikuti Alister di manapun berada, sekarang sudah berbeda. Apalagi hubungan mereka sudah tak sama dulu, Azza yang genit dan tak pernah putus asa mengungkapkan perasaannya yang berakhir ditolak, sudah sedikit berubah meski tetap saja Azza terus ingin bersama Alister.
Azza bangun dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi, membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya dan melempar pakaian itu ke dalam ranjang pakaian kotor.
Dalam kucuran air, mata Azza terpejam membayangkan saat ini Alister berada di belakangnya dan memeluknya. Terlalu rindu Azza dengan Alister, laki-laki cuek tapi banyak ekspresi ketika di ranjang.
"Dasar otak mesum!" Pikirnya, segera menyudahi mandinya. Azza tak ingin berlama-lama di kamar mandi yang katanya para setan sangat suka di tempat seperti ini.
Setelah berpakaian, Azza keluar dari kamar dan berjalan menuju kearah ruang makan berada. Tadi ia ketiduran sehingga tak sadar bahwa sudah hampir jam 7 malam dan waktunya makan malam.
"Malam Pa, Ma," sapanya dan duduk di kursi.
"Malam Sayang," sapa balik Papa dan Mamanya secara bersama.
Aluna menatap putri semata wayangnya yang terlihat lesu.
"Kenapa hm? Ujiannya sulit?"
Azza menggelengkan kepalanya dan mengambil nasi dan lauk ke piringnya.
"Tidak kalau sulit Ma, kan Azza belajar."
"Terus kenapa lesu?"
"Siapa yang lesu," elak Azza dan memakan makanannya cepat.
Kelihatan banget ya lesunya, batin Azza yang langsung menundukkan wajahnya.
Daffa tersenyum dan ingin menjahili putrinya.
"Papa tahu, pasti Alister kan?"
"Ih, Papa!" Sebalnya yang begitu tepat menebaknya. Azza segera menghabiskan makannya agar bisa langsung ke kamar.
"Mukanya jangan di tekuk begitu dong, nanti anak Mama tak cantik lagi."
"Biarin jelek!" Apalagi tubuhnya menurun Papanya. Kenapa tak menurun Mamanya coba, biar cantik dan langsing. Tidak berisi begini yang Azza yakin Alister menerimanya karena kasihan.
Lagi dan lagi Alister. Laki-laki yang tak sudi chat dirinya duluan.
"Azza selesai, ke kamar dulu ya Pa, Ma,"
***
Azza menggenggam ponsel di tangannya. Inginnya mau kirim pesan untuk Alister tapi takut tak dibalas. Ingin dengar suaranya takutnya tak diangkat. "Kenapa sih aku begitu suka sama kamu?” tanyanya pada layar ponselnya, foto Alister dan dirinya.
"Bukan suka, tapi cinta. Cintanya ngenes lagi."
"Untung ganteng, kalau jelek udah aku tinggalin kamu."
Azza menghempaskan tubuhnya di ranjang, menatap atap yang bergambar langit biru. Rindunya dengan Alister memang berat, lebih berat rindunya Dylan pada Millea.
Saat ini sudah jam 11 malam dan Azza tak bisa tidur. Azza hanya berguling di atas ranjang tanpa bisa memejamkan matanya.
Tok tok tok
Azza langsung menoleh ke samping mendengar ketukan pada jendelanya. Tiba-tiba tubuhnya merinding seketika membayangkan kalau itu adalah setan yang mengganggunya.
Azza menutup tubuhnya dengan selimut tebal, merinding saat ketukan itu tak kunjung berhenti.
"Si..siapa?" tanyanya memberanikan diri tanpa mau membuka tirai. Takut nanti kalau muncul wajah menyeramkan.
"Aku."
Mata Azza membelalak tak percaya mendengar suara yang sudah ia rindukan. Segera, Azza membuka tirai dan pintu balkon kamarnya.
"Kak Alister,"
"Boleh masuk?"
"Boleh," boleh banget malahan.
Alister tersenyum tipis dan masuk kedalam, Azza menutup pintu dan berjalan menuju ke arah Alister yang sudah duduk di atas ranjang Azza.
Ingin sekali Azza memeluk Alister sekarang juga, tapi ia takut Alister malah risih dan ilfil padanya. Makanya saat ini ia hanya duduk di samping Alister sambil meremas kedua tangannya.
Gugup yang melanda.
"Kak Alister malam-malam begini ada apa ya?" Kangen sama aku ya.
"Tidak boleh?"
"Boleh kok. Boleh banget," ucapnya terburu-buru, Azza tidak mau Alister nanti berubah pikiran dan pergi dari kamarnya padahal Azza sudah rindu berat, ingin memeluk tubuh hangatnya. Tapi terlalu malu untuk melakukannya meski Azza memang sudah malu-maluin.
Alister memposisikan duduknya menghadap kearah Azza. Tangannya terulur mengelus rambut sebahu Azza dan menyelipkan di telinganya. Wajah mereka dekat hingga tanpa sadar Azza menutup matanya rapat menanti Alister mencium bibirnya.
"Happy birthday," bisiknya dan meniup wajah Azza yang langsung membuka matanya.
Mata Azza melihat benda melingkar di lehernya dan menatap Alister tak percaya. Azza kembali menatap kalung yang melingkari di lehernya dengan liontin huruf A².
"Kak ini?" tanyanya bergetar, tak pernah Azza menduga diam-diam Alister romantis juga!!
"Meski tidak mahal tapi itu untuk kamu. Selamat ulang tahun yang ke 17."
Azza langsung memeluk tubuh Alister dengan erat. Azza menangis bahagia. Apakah Alister sudah mencintainya?
"Aku sendiri tidak ingat ulang tahunku. Tapi kak Alister... Terima kasih kak," Alister membalas pelukan Azza.
"Rindu," Rengeknya tak mau melepaskan pelukannya. "Udah hampir seminggu tidak bertemu,"
Alister terkekeh dan mengelus rambut halus Azza.
"Biar fokus buat ujian, Azza."
Azza melepas pelukannya dan menatap wajah tampan Alister. Azza memberanikan diri mencium bibir Alister dan mengulumnya lembut.
Azza langsung menyudahi saat Alister sama sekali tak membalas ciumannya dan akan meringsut menjauh memberi jarak pada mereka. Azza terlalu malu begitu lancang mencium Alister.
"Maaf."
"Untuk?"
"Mencium kamu," lirihnya tanpa mau melihat kearah Alister.
Alister mendekat kearah Azza untuk memangkas jarak mereka, menangkup kedua pipi Azza dan mencium bibir yang sudah jadi candunya.
Alister menggerakkan bibirnya mencium dan mengulum bibir Azza. Tangan Alister melingkar di pinggang Azza hingga dada mereka saling menempel.
Mata Azza menutup, membalas ciuman Alister. Menikmati setiap cumbuan yang dirasakan. Tangan Azza melingkar di leher Alister, dengan satu tangan meremas rambut tebal Alister menekan semakin dalam.
Kepala Alister miring ke kanan, terus menikmati bibir Azza tanpa mau melepaskan. Azza mengerang di sela-sela ciuman panas itu akibat tangan Alister merayap dibalik piyama yang ia pakai dan meremas gundukan kenyal miliknya hingga mengeras.
"Kak Ali," bisiknya terengah-engah saat ciuman mereka terlepas. Mata sayunya memandang Alister yang tersenyum tipis padanya.
"Aku tidak mau kebablasan apalagi ini di kamarmu," ucapnya membenahi kancing piyama Azza yang ternyata terlepas.
"Kalau di apartemen kakak?"
"Bisa di pikirkan,” jawab Alister berdiri dari duduknya.
"Aku balik dulu ya,"
Alister mencium kening Azza dan membalikkan tubuhnya untuk keluar dari kamar Azza. Tentunya lewat balkon kamar Azza yang jaraknya tak jauh. Dalam sekali lompat Alister bisa masuk keluar dari kamar Azza.
Azza yang melihat Alister akan melompat segera memeluk laki-laki itu dari belakang. Masih tak rela berpisah meski saat ini sudah jam 1 malam.
"Temani aku tidur ya," pintanya setengah memohon.
"Aku tidak bisa tidur."
Melihat wajah memelas Azza membuatnya tak tega. "Baiklah."
Azza tidur dalam pelukan Alister, menikmati tangan Alister yang mengelus rambutnya. Betapa bahagia menikmati momen kebersamaannya dengan yang dicintai.
"Kak Ali,"
"Ya?"
"Ayo kita nikah muda!"
...____...
jangan lupa para reader's tersayang!!! D U K U N G A N N Y A ! ! !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
viva vorever
alister diam2 romantis juga...gak nyangka😀😀,berarti boleh dong readers menyimpulkan alister juga punya rasa yg sama seperti azza,mereka saling mencintai 😍😍
2023-01-05
1