^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^la distance donne l'impression d'être ballotté ^^^
^^^(jarak membuat sebuah perasaan terombang-ambing)^^^
...----------------...
Tak terasa waktu telah berlalu, pengumuman kelulusan juga sudah terpasang di mading yang telah di kerumuni oleh semua para siswa kelas 12 untuk melihat hasilnya.
LULUS !!!
100% lulus semua membuat para siswa memekik bahagia begitu pula dengan Azza dan Linda yang berpelukan karena sebentar lagi mereka akan memasuki bangku perkuliahan.
"Meskipun kita tidak masuk 10 besar. Lulus saja sudah bahagia."
"Bener banget, tak terasa sudah 3 tahun berlalu dan kita juga bakal pergi dari sekolah ini."
Azza mengangguk dan tersenyum. matanya melihat nama Alister yang masuk dalam 5 besar. Tak dapat di pungkiri kalau Alister itu memang pintar.
Azza berjalan beriringan dengan Linda menuju kearah kelasnya berada. Sesekali Linda mengajak Azza berbicara dan di jawab dengan adanya.
"Tidak ke kelas Alister?"
Azza menatap Linda yang duduk di kursi sampingnya.
"Tidak."
"Kenapa? Biasanya kamu semangat banget kalau tentang Alister,"
Azza tersenyum kecut, sebenarnya Azza ingin mendatangi kelas Alister dan mengucapkan selamat pada laki-laki itu tapi seketika Azza mengurungkan niatnya saat mengingat bagaimana ketidakpedulian Alister padanya yang membuat hatinya berdenyut sakit.
Apa yang diharapkan dari Alister? Tidak ada. Alister begitu acuh tak acuh dengan hubungan mereka. Kadang Azza merasa Alister mencintainya kadang juga ia merasa Alister hanya kasian padanya. Perilaku Alister padanya seperti semu yang tak bisa dibedakan mana yang kenyataan!
Inginnya Azza berhenti mencintai laki-laki itu, tapi ternyata tidak bisa. Tidak semudah itu apalagi ia sudah mencintainya selama bertahun-tahun.
Begitu sulit untuk membuat Alister mencintainya. Ternyata kebersamaan mereka terutama di ranjang, masih tak bisa membuat Alister jatuh cinta padanya, Seperti Azzana Clarissa yang selalu mencintai laki-laki itu.
Linda dapat melihat wajah mendung Azza. Linda tahu apa yang di rasakan sahabatnya ini. Cinta bertepuk sebelah tangan dan Linda tahu rasanya juga sangat sakit.
Linda dan Azza tak ada bedanya. Sama-sama jatuh cinta pada orang yang seharusnya tak di cintai. Tapi mungkin Azza masih ada peluang untuk bisa memiliki Alister, sedangkan dirinya? Begitu mustahil mendapatkan yang di cintainya karena memang dia bukan untuknya.
Begitu miris perjalan cinta mereka berdua.
Azza tersenyum ke arah Linda sebelum pandangannya kembali ke depan, dimana ia bisa melihat luar kelas yang lewati para siswa lewat.
"Lagi tidak ingin kesana. Mungkin kak Alister tak ada di sana juga," jawabnya tersenyum tipis.
Azza masih belum bisa melihat wajah Alister untuk saat ini. Azza tak mau teringat lagi tentang betapa jahatnya Alister dengannya. Bukan berhenti, karena memang ia tak bisa berhenti mencintai Alister. Tapi ia menghindar dulu sambil menenangkan hatinya yang sudah di patahkan oleh laki-laki itu.
Mungkin Azza akan berhenti saat ia sudah tak sanggup lagi.
***
"Alister selamat ya." Naomi tersenyum kearah Alister dan langsung memeluk tubuh tegap Alister. Naomi tersenyum ketika ia bisa memeluk laki-laki yang di sukainya.
Naomi mundur kebelakang ketika tangan Alister melepas tangannya dari leher Alister dan juga mendorongnya. Untung saja Naomi bisa menahan bobot tubuhnya. Kalau tidak, Naomi pasti terjatuh di atas lantai dan menyakiti bokong seksinya itu.
"Maaf, aku seneng kamu mendapat ranking 3 di mading tadi." Naomi salah tingkah dan menahan rasa malu.
Untungnya di kelasnya tak terlalu banyak orang hingga Naomi tak terlalu malu saat didorong oleh Alister.
Alister berjalan menuju kebangkunya berada.
"Lain kali jangan begitu, aku tidak suka!" Ujarnya secara terang-terangan.
Tangan Naomi mengepal erat. Tak ada yang menolak kecantikannya, bahkan laki-laki di sekolah ini begitu memuja dirinya.
Bahkan Naomi dengan mudah dapat membuat pria manapun bertekuk lutut di kakinya agar bisa bersamanya. Tapi.. penolakan Alister membuatnya merasa tertantang untuk mendapatkan laki-laki cuek dan pendiam seperti Alister ini.
Bukan hanya tertantang, tapi juga menyukai Alister. Meski ditolak kedua kali, Naomi tak bisa menyerah begitu saja. Ada pada diri Alister yang membuatnya tak bisa mundur begitu saja meski masih banyak laki-laki yang tak ada bosannya mengungkapkan cinta padanya.
"Mending kamu jangan ganggu Alister deh, Mi. Dari tadi suasana hatinya sedang buruk, seperti perempuan lagi PMS."
Naomi melirik kearah Faiz yang berdiri di sampingnya. Faiz memang tampan tapi tak setampan Alister yang diam-diam bikin penasaran.
"Memang dia ada masalah apa?"
Faiz mengedipkan kedua bahunya.
"Aku juga tidak tahu,"
"Kami kan temannya!"
"Temen tapi bukan berarti aku tahu segalanya. Udah! Lebih baik kamu jangan ganggu dia dulu. Bagaimana kalau denganku?" tawarnya tersenyum mesum membuat Naomi mendengus kesal.
"Aku akui kamu itu tampan Iz," Faiz langsung tersenyum sumringah mendengar ucapan Naomi.
"Nah kalau gitu___"
"Tapi aku maunya Alister bukan kamu!" Naomi mengibaskan rambut panjangnya dan mengenai wajah Faiz lalu melangkah menuju bangkunya.
"Untung cantik. Kalau jelek aku tendang tuh bokongnya!"
Naomi duduk di bangkunya dengan wajah kesal. Masih tak terima kalau Alister seperti tak berminat padanya.
"Kenapa lagi sih." Athena, teman bangku Naomi sekaligus sahabatnya merasa heran dengan tingkah Naomi.
"Sulit banget untuk dapatkan Alister," kesalnya tanpa mau menatap Athena.
"Stok pria kamu tidak cuma satu tapi banyak. Kadang aku heran deh sama kamu Mi, ngebet banget untuk bisa sama Alister."
"Kamu tidak tahu At, Alister tuh buat aku tertantang untuk taklukkan tuh pria. Tidak ada sejarahnya Naomi ditolak."
"Dan ternyata kamu ditolak!"
Tangan Naomi mengepal erat.
"Dan aku benci bagian itu. Yang tidak habis aku pikir, kenapa si buruk rupa bisa bersama Alister tapi aku?"
"Karena kamu sama dia, berbeda!"
"Jelaslah berbeda. Aku cantik dan dia jelek."
Athena menggelengkan kepalanya. Kenarsisan Naomi memang tidak bisa dikatakan lagi, memang Athena akui Naomi sangat cantik dan bertubuh ramping tapi... Azza itu cantik dengan tubuh berisinya. Dan mungkin tipe Alister seperti Azza itu dan jika benar, sampai kapanpun Naomi bakal sulit untuk memiliki Alister.
Naomi tersenyum licik.
"Di acara promnight aku bakal dapatkan Alister, bagaimanapun caranya Alister akan jadi milikku."
"Dan aku harap jangan yang aneh-aneh."
***
Alister menatap ke arah Azza yang seolah menjauhinya. Alister tahu kenapa Azza begitu tapi ia sengaja membiarkannya, karena Alister masih belum bisa menjawab permintaan Azza yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Menikah muda mungkin Alister bisa menghidupi Azza entah itu makan atau membelikan sesuatu yang diinginkan gadis itu. Tapi menikah juga bukan solusi bagus pada usia masih di bawah 20 tahun.
Berumah tangga tak seindah apa yang terlihat, pasti ada masalah dan juga ujian yang harus di hadapi. Apalagi ketika salah satu dari pasangan yang egonya tinggi dan tak ada yang mengalah pastinya berujung dengan perceraian. Makanya pernikahan harus sama-sama ada niat untuk berumah tangga bukan asal menikah saja.
"Kalau rindu samperin sana!" Faiz berdecak saat melihat tatapan Alister ke arah Azza yang tak jauh dari sana. Faiz tahu keduanya pasti ada apa-apanya. Pulang bareng, kadang Azza mengahampiri Alister di kelas dan Alister menggandeng tangan Azza. Dan fix, mereka memang pacaran!
Alister menoleh kesamping dan mendapati Faiz yang menyegir.
"Bukan urusanmu!"
"Males aku bicara sama kamu Al, untung kita temen."
"Memang kita temen?"
"Sialan kau ya!!"
Alister terkekeh dan berjalan menjauhi Faiz.
"Jangan terlalu dekat sama aku. Aku tidak mau dikira gay."
Mata Faiz berkedut dan terus melihat Alister yang sudah menjauh.
"Apalagi aku!! Sialan tuh Alister!"
Alister menghampiri Azza dan menepuk pelan pundak gadis itu. Azza langsung menoleh dan terlihat terkejut saat melihatnya.
"Pulang sama siapa?" Alister memilih menghampiri Azza setelah mereka hanya diam-tanpa saling menyapa. Ralat__maksudnya Azza tak menghampirinya setelah kejadian itu.
Azza tak mau menatap mata ataupun wajah Alister. Setiap kali melihat wajah santai tanpa merasa bersalah sedikitpun, begitu kian menyakitkan.
"Dijemput," jawabnya masih tak mau menatap Alister.
Linda tersenyum canggung saat berada di tengah-tengah Alister dan Azza. Linda merasa ia jadi pihak ketiga dan lebih baik ia pergi saja.
"Aku duluan ya Za, kakakku udah jemput. Bye."
Azza memberi jarak antara dirinya dan Alister.
"Kak Ali sedang apa disini?"
"Kamu dijemput?" Bukannya menjawab Alister malah bertanya dan terus menatap Azza.
"Ya."
"Oke." Alister mengangguk dan melangkah meninggalkan Azza yang sudah berkaca-kaca menatap punggung Alister memasuki mobilnya.
"Apa yang kamu harapkan, Za. Berharap dia minta maaf sama kamu?" Azza menggeleng miris.
"Jangan terlalu bermimpi!"
..._____...
Sedih banget!!! Bingung banget akhir nya mau gimana, soalnya jujurly kalau aku menulis novel langsung tulis tanpa bikin kerangka dulu. Soalnya kadang ribet gitu, langsung yang ada di otak tulis aja. Jadi soga alurnya nyambung sama bagus ya, tapi aku malas sih kalau ujung-ujungnya begini. Terlalu baper sih, hehehe!!!
Alister emang ga peka banget ya? Mau di gimanain guys?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sesye Pattiasina
lanjut say
2023-05-25
0
viva vorever
lgsg nulis tpi hasilnya bagus pakai banget 🙄 ..keren kamu thor👏👏👏
2023-01-05
0
viva vorever
nyesek mmg diposisi azza,tpi memang begitulah cinta deritanya tiada akhir😀😀
2023-01-05
0