^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^la luxure éclate dans tous les coins de l'amour^^^
^^^(nafsu bergejolak dalam setiap sudut rasa cinta)^^^
...----------------...
"Buka seragam mu," perintah Alister yang suaranya sudah mulai serak.
Alister laki-laki normal dan di sini hanya ada mereka berdua.
Azza menyilangkan kedua tangannya ke dadanya saat mata Alister menelusuri tubuhnya. Sesungguhnya Azza sangat malu sekali, tapi demi cinta ia menekan rasa malunya.
Alister menggeser duduknya lebih dekat dengan Azza, jemarinya mengangkat dagu Azza sehingga wajah mereka berdekatan. Nafas hangat terasa di wajah Azza ketika wajah Alister makin lama makin dekat hingga membuat Azza membeku sejenak ketika bibir Alister menempel di bibirnya.
Alister menciumnya!
First kiss Azza, Oh Tuhan!
Alister terus mencium bibir Azza yang terasa manis di bibirnya. Lidah Alister menerobos masuk ke dalam mulut Azza, mengajak lidah gadis itu menari bersama.
"Kamu tak ingin mundur kan?" Bisiknya serak. Menatap Azza yang sudah terbakar gairah. Mata Azza mengangguk dengan mata berkabut gairah.
Saat ini, Azza merasa keenakan ketika sentuhan-sentuhan Alister berikan membuatnya melayang terbang.
Percintaan tanpa ikatan itupun terjalin, Alister dan Azza terus meneguk kenikmatan dunia.
"Azzaa!" Erangnya semakin memperdalam miliknya. Menumpahkan cairan hingga tak tersisa dan menyusut, sebelum melepaskan lalu menghempaskan tubuhnya di samping Azza yang tidur kelelahan.
Azza merapatkan selimut yang ia pakai pada tubuhnya, Azza tak menyangka bahwa dirinya dan Alister melakukan hubungan layaknya suami istri. Jejak percintaan terlihat jelas di matanya di mana pakaian mereka berdua berserakan di lantai, bau khas percintaan juga tercium di hidungnya.
Azza meringis merasakan perih dan juga ngilu pada miliknya. Suara gemericik di kamar mandi membuat Azza tahu bahwa di dalamnya ada Alister yang sedang mandi.
Azza meremas ponselnya saat melihat beberapa panggilan dari mamanya dan menunjukan pukul 7 malam.
Ada rasa ketakutan kalau Mamanya tahu ia bersama Alister melakukan itu. Tapi Azza mencoba menepiskan pikirannya karena Azza tahu mamanya tak mungkin berpikir yang tidak-tidak padanya. Meski sebenarnya memang ia melakukannya.
"Maaf Ma, Azza sudah jadi anak nakal," bisiknya lirih, karena ia sudah mengecewakan orang tuanya terutama Mamanya.
Menyesal?
Entahlah, dilain sisi ia merasa gagal karena tak bisa menjaga dirinya!
Namun.
Dia bahagia dapat memiliki pujaan hatinya, Alister Lazuardi.
Demi seorang Alister.
Sebutir air mata menetes di pipinya yang segera ia hapus. Inilah yang ia pilih untuk bisa bersama yang ia cintai, mengorbankan keperawanannya yang seharusnya ia kasih untuk suaminya. Dan Azza berdoa semoga Alister-lah yang kelak menjadi pendamping hidupnya.
Bisa dikatakan iya atau tidak, tapi semua sudah terjadi dan percuma untuk menyesal sebenarnya.
Azza menatap kearah Alister yang sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, laki-laki itu hanya memakai boxer dan membiarkan tubuh bagian atas terbuka memperlihatkan otot yang mulai terbentuk. Azza tahu Alister suka gym, maka tak heran jika memiliki tubuh yang sempurna dengan perut empat kotak.
"Kamu udah bangun?" Alister mendekat kearah Azza yang masih duduk di atas ranjang dengan selimut yang membungkus tubuhnya dan Azza tahu di dalamnya ia tak memakai apa-apa.
Sial!
Membayangkan saja membuat milik Alister di bawah sana mulai menegang. Menghela nafas pelan agar bisa tenang, Alister berjalan menuju kearah Azza dan duduk di pinggir ranjang. Menatap Azza yang menurunkan kepalanya.
Malu.
Azza menunduk malu dan mengencangkan selimutnya pada tubuhnya, Semburat merah tercetak di wajah Azza bahkan leher juga.
"Kamu mandi dulu, nanti ada yang aku bicarakan dengan kamu,"
"Iya kak,"
Azza mengangguk patuh dan segera turun dari ranjang dengan pelan sesekali meringis menahan rasa sakit.
"Apakah sakit? Mau aku bantu?"
" Tidak usah kak," Azza segera menolak, la masih terlalu malu sama Alister.
Berjalan tertatih-tatih Azza masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri juga.
Azza memakai seragamnya kembali dan menyisir rambutnya yang basah. Matanya melirik kearah Alister yang memainkan ponselnya, raut wajah Alister terlihat serius entah apa yang dilakukan Alister.
Apakah dia mengirim pesan dengan perempuan lain? Azza tersenyum kecut dengan pikirannya ini, jika benar, betapa bahagianya perempuan itu.
"Kak," panggilnya pelan namun bisa didengar oleh Alister.
Alister melihat Azza yang sudah berpakaian dan meletakan ponselnya.
"Sini," Alister melambaikan tangannya kearah Azza sehingga dirinya berjalan mendekat dan duduk di samping Alister.
Alister membuka kresek hitam kecil yang dibeli di Apotik dan mengeluarkan obat itu lalu meletakan di tangan Azza.
"Apa ini kak?"
"Pil pencegah kehamilan."
Mata Azza membulat langsung menatap wajah tenang Alister. "Pil?"
Alister mengangguk.
"Iya, kamu minum pil itu. Kita masih muda Za dan aku tak ingin punya anak dulu."
Terbesit rasa kecewa ketika Alister mengatakan tak ingin punya anak bersamanya, tapi jika dipikir lagi memang benar, mereka masih muda dan tak mungkin punya anak sedini mungkin. Azza pun membuka pil itu dan meminumnya.
"Ayo aku antar pulang," ajaknya berdiri memegang tangan Azza.
Azza berjalan pelan dengan kaki yang mengangkang, ada rasa tak nyaman di antara kedua kakinya namun Azza mencoba untuk melangkahkan kaki seperti biasa. Safa tak mau ketahuan bahwa ia sudah tidak per**an dan yang mengambilnya adalah laki-laki yang berjalan di sampingnya.
Selama perjalanan hanya ada keheningan saja, Azza menatap keluar jendela dan melihat jalan yang ramai dengan lampu-lampu kota berkedip.
"Makan dulu atau pulang?"
...----------------...
Jangan lupa like, koment, dan vote ya!!! Wajib loh, perintah penulis!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
bunga cinta
ngeri, pergaulan anak sekrang
2023-01-06
0
viva vorever
sepertinya alister sdah berpengalaman diusianya yg masih belia,atau jangan2 dia sering melakukan dgn cewek2 yg menggandrunginya seperti azza🤔🤔
2023-01-05
0
Isn't Aurora!!💫
yok
2022-12-28
1