^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^même le ciel nous témoigne ensemble ^^^
^^^(bahkan langit menjadi saksi kita bersama)^^^
...----------------...
Alister memasuki rumah kedua orangtuanya setelah memarkirkan mobilnya kedalam garasi. Harusnya di hari Sabtu kemarin, Alister pulang ke rumah tapi nyatanya Alister punya kesibukan sehingga hari Minggu inilah ia pulang meski sudah sore.
Ya tentu saja karena ada Azza di apartemennya sehingga harusnya Minggu pagi jadi Minggu sore.
Alister tersenyum ketika Papanya bermanja ria dengan Mamanya dan di bawah dengan alas karpet Alice, sang adik yang sudah berusia 14 tahun sedang menonton televisi.
"Ma, Pa," panggilnya mencium tangan keduanya dan duduk di samping mamanya. "Tumben pulang hari ini?" Amber menatap putranya yang melepas jaket di tubuhnya.
"Ada kesibukan Ma,"
"Mama kamu ini selalu khawatir sama kamu, udah Papa bilang kalau kamu ini udah besar tapi tetap ngeyel," ujar Abas menggelengkan kepalanya ketika istrinya ini masih saja menghawatirkan Alister. Padahal Alister ini sudah besar dan udah tau apa yang dia lakukan. Abas dulu saja tinggal sendiri di apartemen, Mamanya biasa aja, tidak menghawatirkan sama sekali. Beda dengan istri cantiknya ini.
"Aku khawatir apa salahnya sih Mas, Alister kan jauh dari kita," jawab Amber lembut dan menatap putranya yang tersenyum padanya.
"Bener kata Papa, Ma. Alister sudah besar kok."
Amber mengangguk, Amber akan kalah jika putranya ini yang menjawab.
"Bentar lagi ujian kelulusan kan Al?"
"Iya Pa. Mungkin 1 bulan lagi,” jawabnya.
"Mau kuliah di mana?"
"Maunya sih di Australia, tapi ..."
"Papa setuju kalau kamu di sana. Papa dulu kuliahnya juga di Australia," Abas mengangguk puas ketika anaknya di tanya kuliah dimana dan langsung menjawab.
Tak seperti anak sulungnya yang sudah jadi istri orang. Adeena itu kadang plin-plan sehingga Abas memutuskan bahwa dia kuliah di Indonesia saja. Di universitas terdekat.
"Pa, kalau mau mesra-mesraan di kamar saja. Kasian Alice harus disuguhkan pemandangan seperti itu," ucap Alister merasa Papanya ini tak berubah sama sekali. Cium-cium di depan kedua anaknya.
"Ya begini Al, saking cintanya Papa sama Mamamu. Hawanya ingin cium saja, gemes deh udah tua tapi masih cantik aja."
Wajah Amber memerah digoda oleh suaminya di depan putranya yang sudah remaja.
"Makanya cari pacar sana, biar ngerasain apa yang dirasakan Papa."
Alister menggelengkan kepalanya. Sudahlah, memang Papanya begitu. Mau gimana lagi ya tetap saja mengumbar kemesraan di depan anak-anaknya. Untung semua anaknya memaklumi.
"Pacar itu apa sih Pa?"
Abas melempari Alister dengan bantal sofa, namun sayangnya langsung ditangkap oleh Alister.
"Hebat tak mengerti pacar Al. Tuh tetangga sebelah diresmikan dulu, kasian calon mantu Papa di gantung terus."
"Memang boleh nikah muda?" Alis Alister naik sebelah, Menanggapi omongan Papanya.
"Nikah muda? Memang kamu udah siap?" tanyanya menatap anaknya serius.
Alister menggeleng dan berdiri dari duduknya.
"Tidak tahu." Melangkah pergi meninggalkan kedua orangtuanya dan adiknya yang serius menonton televisi menuju ke kamarnya.
"Ditanya serius malah pergi. Anakmu itu Ber,"
***
Azza mengintip kamar sebelahnya mencoba mencari keberadaan Alister. Meski tadi ia agak dongkol tapi tak dapat dipungkiri bahwa Azza tak bisa berlama-lama marah begini.
Terlalu cinta dan takut kehilangan. Itulah yang selalu ia rasakan. Cintanya pada Alister tak mampu jadi benci bahkan ia begitu takut kehilangan sosok laki-laki yang sudah bertahta di hatinya bertahun-tahun.
Mencintai itu mudah tapi melupakannya itu sulit, Azza sudah berusaha untuk tak memikirkan dan mencoba menghilangkan rasa pada Alister saat ditolak dulu, namun tetap saja tak bisa. Cintanya malah semakin berkembang setiap waktunya.
Membuang rasa malunya yang telah ditolak berkali-kali hingga menyerahkan satu-satunya yang berharga untuk yang ia cintai. Namun sepertinya Alister hanya terpaksa menerimanya.
Mata Azza berbinar ketika kamar Alister menyala dan bisa melihat Alister berdiri sambil melepaskan kaosnya dan juga celana jeans-nya. Azza mengigit jarinya pelan saat Alister hanya memakai celana pendek ketat meski ia tak bisa melihat begitu jelas bagian depan yang cembung.
"Seksi banget sih pacarku tuh," gumamnya tak henti-hentinya memuja sosok Alister yang sudah jadi miliknya.
Alister. Laki-laki itu miliknya kan?
Menghela nafas, memang bahagia bisa memiliki Alister tapi masih belum bisa sepenuhnya bahagia jika hati pria itu saja belum bisa ia raih.
Azza naik keatas ranjangnya dan melihat ponsel yang terdapat foto Azza dan Alister yang dijadikan wallpaper.
"Kamu tahu kak, cintaku padamu begitu besar meski aku tahu kamu tak akan mungkin bisa mencintai aku." Bisiknya mengusap layar ponselnya.
Lebih baik Azza tidur saja dari pada galau tak jelas seperti ini. Mungkin Azza harus bersabar lagi sebelum indah pada waktunya.
***
"Alister," Alister menatap perempuan yang memanggilnya dengan suara lembut.
Naomi, teman sekelasnya yang begitu populer di sekolah.
"Ya?"
Naomi menggigit bibirnya dan mengulas senyum cantiknya.
"Ini buat kamu, aku yang bikin. Nanti di makan ya." Naomi meletakan kotak makan di meja Alister malu-malu. Segera, dia membalikan tubuhnya berjalan menuju kearah bangkunya berada.
"Memang susah ya jadi orang ganteng. Dikit-dikit ada yang kasih ini dan itu. Bikin iri aku aja." Faiz teman sebangku Alister kembali nyinyir ketika melihat Alister di beri kotak makan oleh gadis tercantik di sekolahnya.
"Kalau mau, kamu makan aja."
"Busyet dah, kamu kalau jadi playboy masih cocok Al. Para wanita datang bergantian, kalau bosan hempas datang lagi, hempas datang lagi. Orang ganteng mah bebas, kalau aku jadi kamu udah aku seret tuh para cabe di ranjang." Faiz menggelengkan kepalanya namun tetap mengambil kotak makan itu dan membukanya.
"Hah, sandwich? Mana kenyang aku, cuma satu lagi."
Alister mengambil sandwich itu dan memasukan ke mulut Faiz yang selalu banyak bicara.
"Tuh makan biar tidak mengoceh saja!"
Faiz mengunyah sandwich itu dan menelannya.
"Sialan Al! Parah nih. Tidak ada minum lagi!" Faiz berdiri dan keluar dari kelas untuk membeli minuman sambil mengumpati Alister yang keterlaluan.
Faiz mengumpati Alister yang beruntung di sukai oleh Naomi tanpa melihat bahwa Azza yang akan pergi ke kelas Alister terdiam di tempat.
Memang Azza tak bisa dibandingkan dengan Naomi yang cantik dan populer. Berbeda dengannya cantik saja enggak, jelek iya.
Alister tampan dan Naomi cantik, nama mereka juga hampir sama. Azza bagikan upik abu yang mengharapkan sang pangeran.
Apakah mungkin karena Naomi, Alister tak mencintainya? Seketika hatinya tercubit ketika pikirannya berkelana yang tidak-tidak.
Meremas kotak makan yang ia bawa, Azza tak jadi ke kelas Alister. Azza tak mau melihat kemesraan Alister dan Naomi. Azza tak mau sakit hati.
"Loh Za, balik lagi?"
Azza menatap Linda yang duduk di bangkunya sambil membaca novel di tangannya.
"Aku tidak jadi kesana."
"Kenapa?"
Azza menggelengkan kepalanya dan menghempakan bokongnya di atas kursi.
"Tidak kenapa-kenapa sih,"
Linda meletakan novelnya di atas meja menatap sahabatnya yang tampak mendung.
"Aku tahu kamu cinta sama dia, tapi lihat Za, dia bahkan tak merespon kamu. Aku tidak mau kamu nanti sakit hati,"
Azza menatap wajah cantik Linda. Azza baru tahu bahwa tak ada seorangpun yang mengetahui bahwa Alister dan dirinya pacaran.
Pacaran?
Sepertinya cuma Azza saja yang terlalu antusias dengan hubungan mereka. Bahkan Alister tak pernah menunjukan sisi romantisnya selama mereka pacaran dan juga Alister sama sekali tidak pernah mengucapkan bahwa dia mencintainya selama ini.
Hubungan mereka hampir berjalan 1 bulan tapi kenyataannya Azza masih belum bisa membuat Alister mencintainya.
"Aku..." inginnya Azza mengatakan pada Linda bahwa ia sebenarnya sudah pacaran sama Alister. Namun bibirnya terasa kelu dan tak mampu bicara ketika bayangan di mana Alister tak menganggapnya ada. Jangankan pacaran, Alister mungkin hanya ingin melakukan **** dengannya saja.
***
Selama pelajaran dan pulang sekolah, Azza hanya diam aja dengan pikiran melayang kemana-mana. Azza sudah menyerahkan segalanya namun Alister masih tak mencintainya. Lalu ada Naomi yang menyukai Alister dan pastinya dirinyalah yang kalah telak. Azza tak ada apa-apanya dibandingkan Naomi, yang pasti tipe pria manapun dan mungkin Alister menyukainya juga.
"Za?!"
Azza menoleh ke arah Alister yang berjalan beriringan dengan Naomi. Keduanya tampak serasi sekali, bisa dikatakan Alister rajanya dan Naomi ratunya. Kalau dirinya?
Hanyalah upik abu yang bermimpi mendapatkan sang raja.
"Hai Azza," sapa Naomi padanya. Azza tersenyum kikuk ketika Naomi menyapanya begitu saja. Padahal mereka pernah melihat tapi tak pernah saling menyapa.
"Oh, hai Naomi." Sapanya Kembali.
Alister menatap Azza dan menggenggam tangannya. Menoleh kearah Naomi yang tersenyum manis kearah Alister.
"Duluan ya."
Setelah mengatakan itu, Alister membawa Azza menuju kearah mobilnya. Azza menoleh ke arah Naomi yang menatapnya tajam sehingga membuat matanya membelalak tak percaya.
Azza tahu itu bentuk permusuhan!
"Kamu tidak jadi pulang dengan Alister?" Sahabat Naomi menghampiri Naomi dan bertanya.
Mata Naomi menatap lurus kearah dimana mobil Axel keluar dari sekolah.
"Maunya begitu, tapi si pengacau datang dan berdiri di samping Alister seperti lintah."
"Oh si Azza?"
Naomi berdecih sinis.
"Siapa lagi kalau bukan dia? Jangan panggil namanya, nama Azza terlalu cantik buatnya, nama Ozo lebih pantas buat dia." Sinisnya dengan tangan mengepal erat.
Azza memang tak secantik dirinya, Tapi sialnya Azza-lah rival yang sesungguhnya. Gadis itu, si buruk itu, telah lancang bermimpi bersanding dengan Alister . Hanyalah seorang Naomi yang pantas untuk Alister dan itu bukan teruntuk Azza. Gadis yang membosankan.
..._____...
Bagaimana? Vous pensez la même chose ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yeti Kusmiati
thor tolong ya jangan sampai Alister..mendua dari azza sakit rasanya hati ini ..
2023-05-09
1
Rieny Sartika
cantik tp ular + hati busuk ngapain...
2023-02-12
1
viva vorever
entah authornya yg pinter atau aku yg kelewat baper,sampai hatiku ikut merasakan nyeri saat naomi berdekatan dgn alister,seperti ada tembok yg begitu tinggi utk azza lompati😢
2023-01-05
0