^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^tout va, sans considération^^^
^^^(semua berjalan, tanpa pertimbangan)^^^
...----------------...
Azza menoleh kesamping dan ia bisa melihat betapa seriusnya Alister mengemudi.
"Terserah kamu," jawabnya namun perutnya tiba-tiba berbunyi membuatnya seketika malu.
Alister terkekeh mendengar suara di perut Azza menandakan bahwa minta diisi.
"Makan di pinggir jalan tidak masalah 'kan?"
"Aku ikut kakak saja," Azza menurut saja, makan di manapun kalau bersama Alister mah Azza mau-mau saja, jangankan di pinggir jalan, di jembatan juga Azza mau, selagi Alister bersamanya.
Mobil Alister berhenti di pinggir jalan dan mengajak Azza makan di tempat makan sederhana namun memiliki rasa yang lezat.
***
Azza menghela nafas ketika mobil Alister berhenti di depan rumahnya. Rasanya Azza tak rela berpisah dengan Alister namun bagaimana lagi kalau memang ia harus berpisah sekarang.
"Kakak mau mampir?" Tawarnya. Berharap Alister mengatakan iya meski ia sudah tahu jawabannya.
Alister menatap Azza sejenak sebelum menganggukkan kepalanya.
"Kamu tunggu di sini aja. Aku parkirkan mobilku di rumah."
Senyum Azza mengembang dan turun dari mobil, menunggu Alister untuk masuk ke rumahnya.
Alister berjalan mendekat kearah Azza setelah menutup gerbang rumahnya. Saat ini masih jam 9 malam, Alister juga masih punya rasa tanggung jawab membuat Azza pulang malam.
"Loh Alister?,"
Alister tersenyum mengalami Mama Azza yang masih terlihat cantik diusia senja.
"Malam Tante," sapanya berdiri di sebelah Azza.
"Masuk dulu Al," ajaknya.
"Ayo Za diajak masuk."
Azza dan Alister berjalan menuju keruang tamu berada. Alister duduk di sofa dengan ditemani Papa Azza.
"Udah lama kamu tak kelihatan ya Al,"
Alister tertawa kecil.
"Iya Om sejak pindah di apartemen Papa dulu," jawabnya sopan.
"Sebenarnya Alister kesini mau minta maaf membuat Azza pulang malam, Om."
"Tidak apa-apa kok, kalian kan tetangga, yang penting anak Om jangan diapa-apain ya. Anak satu-satunya soalnya," canda Papa Azza tertawa pelan.
"Om bisa aja,"
Azza yang baru saja turun dari tangga tersenyum kearah Alister dan Papanya mengobrol ria. Andaikan Alister di sini datang untuk melamarnya pasti Azza langsung terima.
"Kenapa di sini? Hampirin tuh pacar kamu," goda Mama pada putrinya.
"Ah Mama," Azza cemberut ketika Mamanya menggodanya tapi tak dapat dipungkiri bahwa semburat merah di wajahnya terlihat jelas di mata sang Mama sehingga Mama terkekeh dengan tingkahnya.
"Anak Mama udah gede ternyata."
Azza tersenyum, bukankah sekarang Alister adalah pacarnya. Pacar? Azza salah tingkah sendiri membayangkan setiap hari bersama Alister dan bermanja ria.
Eh, tapi apakah ia benar-benar pacarnya Alister, mengingat pria itu tidak mengatakan padanya kalau mereka sudah resmi pacaran. Seketika wajah Azza mendung, laki-laki yang dicintai itu belum mengiyakan walaupun mereka sudah bercinta.
"Kak Alister pulang sekarang?" tanyanya dengan nada tak rela.
"Hm, udah malam Za."
"Hati-hati ya. Dada..." Azza melambaikan tangannya kearah Alister yang tidak melihatnya. Azza menatap punggung itu menghilang di rumah sebelahnya.
Dengan lesu Azza masuk ke rumahnya.
"Sejak kapan kamu pacaran sama Alister, Za?" tanya Papa saat Azza duduk dengan wajah cemberut sambil menonton TV.
Azza melirik sekilas ke arah Papanya yang bermesraan sama Mamanya dan fokus kembali pada TV.
"Kita tidak pacaran Pa," lesunya.
"Kok Alister bilang kalian pacaran,"
"Kak Alister bilang begitu sama papa?" tanyanya semangat bahkan mendekat kearah Papanya dengan wajah sumringah.
Tangan Papa mengelus rambut anaknya sayang.
"Apa Papa pernah bohong, tidak 'kan. Anak Papa sudah besar ternyata, tapi pesan Papa jangan sampai kelewat batas ya."
Seketika Azza jadi gugup, bahkan ia sudah melakukan sesuatu yang kelewatan sebelum Papanya melarang.
Maafkan Azza, Pa, batin Azza.
***
Azza menatap Alister yang turun dari mobilnya. Senyumnya mengembang dan menghampiri pacarnya yang ganteng ini.
"Pagi Kak Alister," sapanya tersenyum dan bergelayut manja di lengan Alister berjalan beriringan.
Azza tak memperdulikan perempuan di sana yang iri padanya. Azza tersenyum bangga menunjukan pada mereka yang menyukai Alister bahwa Azza, bisa mendapatkan laki-laki yang terkenal cuek ini.
Langkah mereka terhenti di kelas Azza, kelas mereka tak begitu jauh, jika Alister di kelas IPA 1 maka Azza di kelas IPA 3.
Azza mengambil kotak bekal di tasnya dan menyerahkan pada Alister.
"Ini untuk kakak,"
Alister melirik ke kotak bekal itu dan menerimanya.
"Aku yang masak sendiri kak, jangan lupa dimakan ya!" Ucapnya semangat yang hanya dibalas dengan anggukan.
Azza masih menatap kearah Alister yang berjalan menjauh.
"Duh, ganteng banget sih pacar aku."
...----------------...
Like dan favoritnya dulu yuk guys!!! Cuma klik doang kok!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
bunga cinta
seru nih ceritanya
2023-01-06
0
viva vorever
masih menjadi tanda tanya,apa alister mempunya rasa yg sma dgn azza???,atau hanya menghargai keperawanan yg telah direnggutnya???sumpah penasaran dgn kelanjutannya...semangat up kakak🥰🥰🥰
2023-01-05
0