^^^Azza dan Alister^^^
^^^.^^^
^^^.^^^
^^^le bateau navigue selon l'espoir et la lutte^^^
^^^(perahu berlayar sesuai harapan dan perjuangan)^^^
...----------------...
19+
Azza menginjak kaki Bara keras dengan runcing high heels. Azza lega ketika tangannya terlepas dari tangan Bara.
Tak ingin membuang kesempatan Azza langsung berlari menjauh dari Bara yang pasti mengumpatnya.
Air mata Azza terus mengalir saat tubuhnya makin panas, entah apa yang dicampurkan pada minumannya tadi sehingga membuatnya merasa tak nyaman.
"Ya Tuhan," desisnya menyandarkan punggungnya di tembok. Rasanya ia tak sanggup berlari ketika pahanya saling menggesek dan ada sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Azza!!" Teriak Bara yang tak jauh darinya. Azza segera berdiri dari sandaran pada tembok dan berlari. Azza tak mau laki-laki itu membawanya entah itu di mana. Yang pasti ia harus menyelamatkan diri dari macan yang siap menerkam.
Jika bisa memilih, lebih baik ia disentuh oleh Alister, meski laki laki itu selalu menyakitinya, daripada Bara seseorang yang pertama kali ia kenal.
Mata Azza terbuka lebar ketika melihat Alister tak jauh dari sana. Azza semakin berlari mendekat ke arah Alister dan segera memeluknya erat. Nafasnya terengah-engah ketika tubuh mereka saling menempel. Tangannya bahkan meremas lengan Alister dengan erat.
"Kak Ali," desisnya semakin merapatkan tubuh mereka. Antara lega dan juga bergairah. Mata sayu Azza menatap wajah tenang Alister yang juga menatapnya.
"Tolong aku," suara Azza sudah berubah menjadi serak, matanya juga sudah memerah. Azza menoleh kebelakang yang tak jauh dari sana, Bara berdiri tanpa mendekatinya.
"Kak Ali," panggilnya sekali lagi yang sekarang tangannya di genggam Alister. Tubuh Azza berdesir ketika tangan hangat itu menggenggamnya. Azza terengah-engah, entah kenapa ia merasakan tubuhnya semakin tak terkendali. Matanya menatap bibir merah Alister yang kenapa ingin mencium bibir itu.
Alister tak menjawab namun menggeret Azza pelan tanpa ada paksaan seperti yang dilakukan Bara padanya. Bara yang melihat mangsanya dibawa seseorang yang ia kenal mengumpat kesal!
Bukan takut, Bara tak mau berurusan dengan laki-laki bernama Alister itu.
"Sial!!"
***
Nafas Azza semakin memburu ketika miliknya semakin berdenyut terus menerus, seakan meminta untuk di masuki sesuatu. Azza bergairah dan juga menahan sampai wajahnya memerah dan berkeringat.
"Kak Ali," mata sayu Azza menatap Alister yang sudah duduk di bangku kemudi.
"Dia berbuat sesuatu padamu?" Alister menghadap kearah Azza yang tampaknya berantakan.
"Panas kak," rengeknya, terengah-engah dan mengacak rambutnya frustasi.
Alister meletakan tangannya di kening Azza dan mengernyit heran. Azza yang dipegang semakin belingsatan. Dengan nafas memburu Azza maju ke depan dan langsung mencium bibir Alister tergesa-gesa, seakan ia sedang kelaparan. Azza terus ******* bibir Alister dan tangannya bergerilya di tubuh pria itu.
Alister mendorong Azza hingga ciuman itu terlepas. Mata Azza semakin memerah akibat di terpa akan gairah. Gairah sudah menguasainya dan ia sudah tak membutuhkan malu lagi karena pada saat ini yang ada di pikiran Azza adalah menerkam Alister sekarang juga!
"Za, kamu," Alister tak percaya bahwa Azza terpengaruh dengan obat perangsang. Beruntung tadi dia segera menyusul Azza. Kalau tidak, Alister tak akan bisa membayangkan jika tubuh Azza dijamah lelaki lain selain dirinya.
"Panas kak, aku mau kamu," ungkapnya serak memegang tangan Alister dan meletakan pada dadanya dan menggoyangkan. Seakan meminta untuk diremas. Azza menggigit bibirnya dan mendesah merasa keenakan.
Dengan tak sabar, Azza naik ke atas tubuh Alister dan menggesekkan bagian bawahnya yang masih tertutupi kain. Tangan Azza segera membuka kancing kemeja Alister satu persatu. Saat ini yang ada dalam pikiran Azza, ia segera memuaskan dirinya.
Alister tentu saja menikmati sikap agresif Azza, bahkan membiarkannya. Alister tahu Azza tak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia mau.
"Za," tangan Alister menangkap tangan Azza yang sebentar lagi membuka kemejanya.
"Kak," rengeknya dengan nafas memburu. Mata sayunya memandang Alister dengan tatapan memelas.
"Tapi nggak di mobil ini."
***
Azza mendorong Alister sampai jatuh di atas ranjang, Azza merangkak naik ke tubuh Alister dan melepas kemeja Alister lalu membuangnya ke samping. Tangan Azza mengelus dada bidang Alister dari bawah sampai keatas hingga ke leher Alister. Azza menunduk kembali mencium bibir merah Alister yang membengkak akibat ciuman mereka di mobil.
Suara decakan lidah dan bibir begitu kontras dengan ruangan yang hening. Tangan Alister membuka resleting dress belakang Azza dan menjatuhkannya kebawah.
Mata sayunya menatap Alister. Seakan tak ada habisnya, Alister membuat tanda kismark diseluruh tubuh Azza.
Dan hal itupun terjadi untuk yang kesekian kalinya.
***
"Kak Ali," rintih Azza mendekati Alister dan memeluk tubuh berkeringat Alister begitu erat, Membenamkan wajahnya di leher Alister tanpa mau menunjukan wajahnya.
Sungguh, Azza begitu malu dengan apa yang ia lakukan barusan. "Za, kamu menangis?"
"Kalau tadi tidak ada kakak, bagaimana nasibku tadi," isaknya masih memeluk Alister tanpa mau menatap.
Alister memiringkan tubuhnya dan menangkup kedua pipi Azza dan membersihkan air mata Azza yang mengalir dengan ibu jarinya.
"Jangan menangis, kakak tidak suka."
Azza mengangguk dan membenamkan wajahnya di dada Alister. Sesungguhnya Azza lebih malu pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia begitu agresif dengan Alister setelah ia memulai untuk melupakan. Tapi... Sebenarnya Azza juga bersyukur bahwa niat jahat Bara tak terlaksana. Namun ia berakhir bersama Alister, singa yang sudah menerkamnya.
Damn it!!!
...______...
Bagaimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments