Keesokan malamnya.
Dimas dan Papa Rian sudah bersiap menuju kerumah Kezia. Kezia pun sudah pulang karena tadi pagi Dimas sempat mengatakan jika ia akan berkunjung kerumah Keanu yang hanya beberapa blok dari tempat tinggalnya.
Jika Keanu blok D agan masuk ke dalam. Sedang rumah Dimas ada di blok A dan dekat dengan jalan raya.
Cukup berjalan kaki saja selama delapan menit, mereka sudah tiba dirumah Keanu. Kedua orang tua Kezia pun masih ada disana. Rencananya mereka ingin pulang, makan itu juga karena jenan kabur dari rumahnya untuk pulang ke Medan.
Seharusnya mereka sudah pulang tadi pagi, tapi Kezia mengabarkan tentang hal ini makanya mereka setuju. Setelah pembicaraan itu selesai, barulah mereka akan pulang kembali ke Medan.
Dimas dan Papa Rian tiba dirumah itu disambut hangat oleh Kezia. Tetapi tidak dengan kedua orang tuanya. Mereka masihlah dingin terhadap Dimas dan juga kedua orang tuanya.
''Assalamu'alaikum.. Pak Reza, Bu Aisyahrani..''
Deg!
Deg!
Kedua paruh baya itu saling pandang. ''Waalaikum salam..'' sahut keduanya. ''Silahkan duduk, buatkan minum Nak. Setelah bergabunglah disini. Panggil Abang mu juga.'' Ucap Papa Reza dan diangguki oleh Kezia.
Sedari Dimas datang, Kezia tidak menoleh sedikitpun pada Dimas. Diana maklum akan hal itu.
''Ada apa anda ingin bertemu kami tuan Rian?'' tanya Papa Reza to the point
Papa Rian tersenyum lembut, mbuat kedua paruh baya itu tertegun. ''Kenapa senyum itu seperti aku lihat. Tapi dimana!?''' batin Mama Rani terus saja menatap Papa Rian.
Karena ketika diruang sakit mereka tidak terlalu memperhatikan karena sibuk menatap Cinta yang lebih menarik perhatian mereka.
''Saya dan putra saya datang kesini untuk menyampaikan niat baik. Sekaligus wasiat dari Almarhumah istri saya Diana Putri Baratayudha. Yang ingin melamar Kezia untuk menjadi menantu kami istri dari putra saya Dimas.''
Deg!
Mama Rani terkejut mendengar nama itu. ''Diana Putri Baratayudha??? Mbak Diana?? Hah???'' Mama Rani tercengang mendapati kenyataan dihadapan nya.
Papa Rian terkekeh, ''Kamu sudah ingat ya Dek? Saat kita ketemu dulu kamu masihlah kecil. Dan Mbak mu saat itu sedang hamil Dimas. Kamu luap sama kami Dek? Bang Anggara??''
Deg!
Deg!
''Ba-bang Anggara? Mbak Diana?? Jadi... Kalian....'' ucap Mama Rani tergagap. Mata itu menatap terkejut pada Papa Rian.
Papa Reza kebingungan melihat nya. ''Ada apa sayang? Kamu kenal dengan tuan Rian?''
Mama Rani tidka menjawab. Ia lantas bangkit berlari menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu. Sesuatu yang selama ini selalu ia bawa kemana pun ia pergi seperti pesan almarhumah Nenek Sarasvati, ibunya.
Setelah mengambil kotak kecil itu batu ia kenali duduk dan membuka ulang kotak itu dan mengambil sebuah foto yang menunjukkan Ada Papa Rian dan Dimas kecil di gendongan Ibu Saras.
Mama Rani menutup mulutnya saat melihat senyum Papa Rian padanya. ''Hiks.. ya Allah.. ja-jadi.. Abang yang selama ini kami cari???''
Deg!
''Apa maksudmu?'' tanya Papa Reza baru sadar maksud dari ucapan sang istri.
Mama Rani menstso sendu pada Papa Reza. ''Abang ingat sama foto ini?'' tunjuknya pada foto itu, Papa Rian terkejut. Ia pun melihat Papa Rian dan melihat lagi pada foto itu.
Sama.
''Ya Allah... ternyata yang kiat tunggu dan cari Menag berada di dekat kita! Ya Allah bang Rian... maaf kalau aku tidak tau dan mengenali mu Bang! Maaf..'' ucap Papa Rian semabti bangkit dan memeluk erat Papa Rian yang kini juga sedang berdiri menerima pelukan Papa Reza.
Papa Rian tertawa saat menyadari jika Papa Reza menangis. ''Sudah, kamu lihat putri kamu itu terkejut melihat tingkah kita. Duduk dulu, nak. Ada yang ingin kami sampai kan padamu. Termasuk kamu Reza dan Rani.'' Keduanya mengangguk setuju.
Mereka pun duduk berdekatan. Mama Rani bersama Kezia yang kini menatap bingung pada kedua orang tua itu. Dimas terkekeh kala melihat Kezia kebingungan.
''Begini Za, Rani.. Mbak kamu menitipkan sepucuk surat pada Dimas. Usia di dalam surat itu mengatakan jika Dimas harus berjodoh dengan salah satu putramu. Terutama putri bungsu mu. Tetapi Jiak kamu tidak memilki putri bungsu. Boleh putrimu yang lain. Tapi tidak boleh kedua nya!'' Papa Rian tergelak saat mengatakan hal itu.
Diana terkekeh saja. Papa Reza dan Mama Rani pun sama. ''Surat itu masih ada sama Dimas. Berikan pada calon Mama mertua mu, Nak. Biar ia membacanya,'' ucapnya pada Dimas.
Dimas mengangguk, ''Ini Ma. Semua jelas tertulis di sana. Mama bisa baca dulu bersama Kezia. Dan ini foto nya. Sempat kaget melihat foto ini. Saya kira ini Kezia. Eh, tak taunya Papa bilang jika itu Almarhumah Nenek Sarasvati.''
Mama Rani dengan segera mengambil surat itu. Dan langsung membaca nya bersama Kezia.
''Dan juga kami datang kesini untuk melamar secara resmi Kezia untuk menjadi calon istri Dimas. Kami tidak akan menuntut mu untuk segera menikahksn mereka. Karena Dimas punya tugas setelah ini. Yaitu harus kembali ke Jakarta mengurus rumah sakit warisan Mama nya yang di tujukan untuknya dan putranya. Yaitu Raka. Maafkan kesalahan putra saya dulu yang sempat menodai putra kamu Za. Abang pun tidak tau kalau akhirnya sepeti ini. Tetapi Abang bersyukur karena kami bisa cepat menemukan mu. Mungkin inilah jalan takdir mereka bertiga.''
''Ya, Abang benar. Zahra memang sudah ditakdirkan seperti itu. Demikian juga dengan Kezia.'' jawab Papa Reza membenarkan
''Seperti nya.. suart wasiat itu nyata adanya ya?'' ucap Papa Rian membuat semua yang disana mengernyit bingung.
''Maksud Abang??'' tanya Mama Rani karena penasaran
''Maksud Abang itu, Mbak mu bilang, kalau Dimas tidka boleh memiliki keduanya. Salah satu saja. Tapi lihat lah takdir mereka. Dimas tidak memiliki Zahra, tetapi memiliki diri lain dari Zahra. Yaitu kedua anak mereka. Dan sekarang? Kezia. Kezia si gadis cantik ini yang akan mengganti kan Kakak nya. Seolah takdir dari ucapan seseorang sebelum pergi itu benar adanya. Tetapi kita tidak bertuhan kdn disitu. Itu salah. Mungkin inilah permintaan terakhir Mbak mu saat ia akan melahirkan Dimas dulunya.'' Lirih Papa Rian mendadak sendu.
Papa Reza mengusap bahu Papa Rian. ''Ikhlaskan Bang. Inilah jalan takdir untuk Mbak Diana. Maaf.. kalau selama di Medan aku tidak pernah bertemu dengan mu. Padahal waktu itu sedang bekerja sama kan ya? Apalagi Zahra waktu itu sering bermain dengan Diana dan Rayyan? Hah. Aku tidak menyangka, jika orang yang kami cari dan kami tunggu seperti kata ibu dulu sebelum beliau pamit itu sudah ada di depan mata kami. Maafkan aku Bang..'' pinta Papa Reza dengan tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments