Perdebatan

''Tapi pria sepertinya pantas di hukum! Dan hukuman yang pantas untuk nya adalah kematian!!'' tukas Kenan dengan berapi-api.

''Astaghfirullahal'adhimm... sadar Abang! Kamu bukan Tuhan yang bisa menentukan nyawa seseorang! Kamu itupun akan mati nanti! Kamu juga manusia sama seperti kita semua yang ada disini! Kalau ingin menghukum seseorang, jangan seperti itu! Apa ubahnya kamu dengan preman preman jalanan sana yang suka nya main pukul tanpa belas kasih sedikit pun! Kadang aku berfikir, kenapa tidak kamu saja yang melakukan kesalahan sama seperti bang Dimas, kemudian kamu di bunuh oleh kedua saudaranya!''

Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr..

''Kezia!!!!'' seru semua yang ada disana.

''Astaghfirullahal'adhimm... istighfar nak! Kamu tidak boleh mendoakan saudaramu seperti itu! Kamu bisa mendapat kebalikan dari doa mu itu! walau hanya di dalam hati!''

Deg!

Deg!

Kezia terdiam, begitupun dengan yang lain. Mami Alisa sampai menggeleng kan kepalanya. ''Tidak baik mendoakan orang lain seperti itu. Apalagi Kenan Abang mu. Mami tau, Kenan punya alasan kenapa bisa memukul Dimas seperti itu. Tapi tidak dengan melukainya! Jika sudah seperti ini, semuanya jadi kacau! Tidak bisakah kalian menyelesaikan masalah itu dengan kepala dingin???''

''Saya mengundang kalian kerumah saya bukan untuk berkelahi , adu otot ataupun berdebat disini. Saya mengundang kalian sekeluarga agar kalian tau, bahwa pemuda yang dulu pernah menodai Zahra adalah putra angkat saya selain dari Adrian Pratama suami Annisa kakak Rayyan!''

''Saya meminta kalian untuk berbicara baik-baik pada nya! Bukan menghukumnya seperti itu! Kesal boleh! Marah pun boleh! Tapi jangan main hakim sendiri! Heran saya! Kenapa sikap anak orang kaya selalu begini kelakuan nya?! Bisanya hanya memukuli dan menyiksa nya! Seperti tidak bermoral! Sekolah saja tinggi hingga Strata dua! Tapi apa?? Semuanya bulshit!''

Deg!

''Alisa...'' lirih Papa Reza

Mami Alisa menoleh pada pria yang sebaya dengan umurnya itu. ''Apa? Kamu ingin ngomong apa? Ingin membela putra mu begitu?! Ingat Za! Perjanjian kita! Aku melarang mu untuk memukul Dimas tetapi bukan berarti putra mu bisa bebas memukul putraku dengan keras seperti itu!''

''Bukan begitu Alisa. Aku-,''

''Lantas seperti apa?! Saya menyuruh anda untuk tidak memukul putra saya, supaya Marwah dan martabat anda tidak jatuh ketika suatu saat nanti! Apakah anda tidak berpikir tuan Reza? Apa yang akan terjadi setelah Raka dan Zarra besar nanti, kalau mereka tau kalau Opa dan Om nya sengaja memukuli ayahnya. Sementara ayahnya itu sudah berubah menjadi lebih baik? Tidakkah kamu berpikir seperti itu Tuan Ar Reza Rustamsyah dan Kenan putra Ar Reza??!?''

Deg!

Deg!

''Mbak... maafkan putra ku. Aku tau. Dimas memang bersalah. Aku tidak akan membela diri karena hal itu. Tapi Dimas tetap salah Mbak! Dia pemuda yang telah menodai Zahra hingga membuat Zahra begitu terpuruk dan-,''

''Dan karena itu kamu ingin mengatakan jika Dimas pantas mendapatkan bogem mentah dari putramu begitu?! Karena aku sudah mengikat janji dengan kalian berdua, maka anak kalian bebas melakukan nya begitu?! Cih! Aku tidak menyangka Aisyahrani! Ternyata perbuatan mu turun kepada putramu! Ingin menghukum orang yang bersalah dengan caramu!''

Deg!

Mama Rani terkejut dengan ucapan Mami Alisa. ''Mbak...''

''Cukup Rani! CUKUP!'' sentak Mami Alisa begitu melengking hingga membuat seluruh isi rumah itu berdenging karena nya.

Papi Gilang sampai terkejut mendengar suara Mami Alisa segitu kerasnya. Dimas yang sudah terlelap pun tersentak karena mendengar suara Mami Alisa yang begitu melengking.

Anak-anak dirumah itu pun begitu terkejut. Masing-masing dari mereka menangis karena ketakutan. Apalagi Anak kembar Dimas dan Rayyan. Kedua anak itu berlari ketakutan. Mereka berdua berlari ke dalam pelukan Ali yang kini merentangkan tangannya untuk memeluk mereka berdua.

Dengan segera, Maura, Annisa, Nara dan Ali membawa seluruh anak mereka masuk ke kamar atas.

Setelah anak-anak menghilang dan senyap karena masuk kamar dan Ali pun sudah kembali lagi, perdebatan itu pun terus dilanjutkan dengan Mami Alisa yang terus mengomel sambil terus mengusap air matanya yang berjatuhan.

''Hiks. Kalian tidak tau saja seperti apa kedua putraku itu tersiksa karena merasa bersalah. Yang satu hampir mati! Dan satu lagi seperti Raga tidak bernyawa! Belum cukupkah balasan yang selama ini mereka dapatkan?! Dimas! Pemuda yang telah menodai Zahra itu sampai di kucilkan hidupnya dari semua orang karena dianggap mandul!''

Deg!

''Apa?!'' pekik Mama Rani begitu terkejut.

''Belum lagi, setiap malamnya ia selalu dihantui rasa bersalah karena telah menodai putri kalian! Bahkan Dimas harus masuk rumah sakit jiwa! Ia harus dirawat selama satu tahun lamanya disana! Apakah itu belum cukup untuknya Rani? Apakah Dimas masih pantas mendapatkan hukuman sedemikian rupa?! huh?! hiks. Aku kecewa sama kalian semua! Sangat kecewa!''

''Sayang.. sudah..'' bisik Papi Gilang di telinga Mami Alisa. Sedang paruh baya itu semakin terisak ketika mengingat penjelasan Dimas pada Rayyan di kantornya tadi sore saat mereka berdua.

Saat itu Rayyan sengaja menghubungi seluruh keluarga nya dan mereka harus mendengar kan suara Dimas langsung saat berbicara pada Rayyan.

''Hiks. kejam sekali kalian pada Putraku! Seandainya putraku yang lain tidak menyelamatkan putrimu, pastilah putrimu lebih hancur dari pada kematian! Asal kalian tau saja, Rayyan ku pun merasa begitu bersalah karena ia tidak bisa menyelamatkan Zahra ketika kehabisan darah! Hiks. Kenapa harus kedua putraku yang menanggung nya? hiks.. kalian kejam jika sampai menghukum Dimas karena hal ini. Ia sudah cukup menderita! Tidakkah kalian berbelas kasih untuk menuruti keinginan papanya yang hampir mati gara-gara begitu merindukan pewarisnya?! huh?!'' sentak Mami Alisa dengan suara begitu lirih.

Air mata di pelupuk mata Dimas berjatuhan. Memang benar apa yang dikatakan oleh Mami Alisa. Papa Rian kecelakaan saat berusaha ingin menyusul Raka dan Zarra ke Medan sore itu. Hingga menyebabkan beliau kecelakaan begitu parah. Dan sampai saat ini, paruh baya itu masih di rawat dirumah sakit karena terluka parah di bagian otak sebelah kirinya.

Dimas terisak. Sementara Kezia yang berada di hadapannya pun ikut terisak saat melihat tubuh Dimas berguncang karena menangis.

''Belum puaskah kalian menghukum kedua putraku dengan doa kalian di dalam hati yang begitu buruk untuknya??''

Deg!

Deg!

Kenan, Keanu dan Kenta terkejut saat mendengar ucapan Mami Alisa. ''Udah Mi. Abang sama Dimas ikhlas kok menjalani semua ini. Karena itu adalah takdir kami berdua. Kalaupun ada yang disalahkan disini, kenapa tidak menyalahkan takdir saja? Bukankah takdir kami yang telah membuat Zahra meninggal?! Bukankah karena kami berdua hingga membuat satu orang gadis yang begitu kami cintai kini harus tiada karena melahirkan putra salah satu dari kami berdua?!''

Deg!

Deg!

''Ya, kami memang bertanggung jawab terhadap Zahra. Tapi bukan kami yang merenggut nyawanya! Tapi takdirnya lah yang mencabut nya!''

Terpopuler

Comments

Muti

Muti

kok ceritanya nggk nymbung ya aku BCA 🤭

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!