Keesokan paginya.
Kezia dan Dimas sudah bersiap ingin pulang kerumah Dimas. Katanya, Rayyan akan datang menyusul mereka nanti.
''Abang, sarapan dulu. Ini makanan tadi malam Yang adek masak dirumah. Oh ya, apa bang Rayyan jadi datang kesini?'' tanya Kezia sembari menyodorkan sepiring nasi pada Dimas.
Dimas tersenyum dan mengangguk. ''Jadi kok. Kayaknya udah datang deh. Kita tunggu aja ya? Kamu sendiri udah sarapan?'' tanya Dimas pada Kezia
Kezia tersenyum, ''Ini mau sarapan bersama sama Abang. Makanya tadi adek ajak Abang ke sini. Biar kita berdua bisa bebas berbicara.''
Dimas menghentikan sarapan paginya. ''Maksud kamu?'' tanya Dimas sedikit bingung.
''Pagi ini adek disuruh pulang kerumah untuk membicarakan pernikahan kita. Tetapi adek menolak. Adek bilang, nanti malam baru bisa pulang. Mereka setuju. Hah. Keluarga ku sangat alot Bang. Bingung adek mau ngapain? Dilawan, berdosa. Tidak dilawan? Hati tersiksa. Ck. Hadeeeuuhh.. inilah nasib ujian Cinta kita Abang!'' keluh Kezia sedikit mendrama.
Dimas terkekeh, ''Nggak boleh ngomong gitu ah! Mau kamu nanti kualat sama Papa?''
Kezia mendelik pada Dimas. ''Ya enggaklah! Siapa pula yang mau kualat karena menentang keinginan orang tua? Tapi.. adek udah berbohong sama mereka bang. Yang mereka tau kalau adek sudah melakukan kesalahan yang sama dengan Kak Zahra dulu. Tetapi sebenarnya nya tidak. Tak apa kan Bang? Kalau kita berbohong demi hubungan kita?'' lirih Kezia merasa bersalah.
Dimas mengusap pucuk kepala Kezia yang tertutup hijab hitamnya. Kezia menatapnya dengan sendu.
''Apapun yang sudah kamu katakan itu dosa sayang. Abang tau, kamu melakukn itu demi hubungan kita berdua. Tetapi semua itu tetaplah salah. Kamu berbohong. Dan itu tidak baik. Sekali kamu berbohong, maka akan ada kebohongan-kebohongan yang lainnya akan menyusul nanti. Abang hanya ingin menikah denganmu disertai restu kedua orang tua kita. Agar pernikahan kita berdua berkah sayang. Bukan pernikahan tanpa restu. Itu yang akan menjadi masalah untuk kita berdua nanti. Pesan Abang, ikuti saja apa mau Papa, ya? Mungkin, beliau punya alasan kenapa beliau melarang mu menikah sama Abang, karena ia takut. Kejadian yang sama dulu akan terulang lagi padamu..'' lirih Dimas dengan menunduk.
Lehernya tercekat saat berbicara masa lalu yang begitu melukai hati dan perasaan nya hingga kini.
Kezia memegang tangan Dimas. Dimas terkejut. ''Jangan mengingat masa lalu yang bisa membuat Abang terus terluka. Abang sekarang ini hidup dimasa depan. Cobalah pikirkan masa depan saja. Masa depan kita berdua, ya?''
Dimas tersenyum lembut padanya. ''Tentu. Almarhumah Zahra tidak salah memilihkan istri untuk Abang. Kamu memang tidak sama dengan Zahra. Dalam hal cinta Abang ke Zahra pun berbeda denganmu. Abang mencintai Zahra tetapi Abang lebih dan lebih mencintai mu hingga rasanya Abang tidak ingin berpisah dengan mu walau sedetik saja. Terima kasih sayang, karena kamu sudah hadir di dalam hidup Abang sebagai pelengkap diriku yang tidak sempurna ini.''
''Nggak.. Abang sempurna kok. Itu semua cuma masa lalu Abang. Adek hidup di masa depan bukan dimasa lalu Abang!'' ucap Kezia sembari mengedip kan matanya pada Dimas.
Dimas terkekeh, mereka berdua kembali melanjutkan sarapan pagi mereka. Setelah nya baru mereka pulang kerumah Dimas yang tidak jauh berada dari rumah Keanu.
Rumah Dimas dan Keanu berada dalam satu komplek yang sama. Tetapi berbeda blok saja. Kezia tau itu. Tetapi tidak dengan seluruh keluarga nya. Karena mereka pikir, Dimas tidaklah mungkin tinggal di perumahan sederhana seperti itu.
Mereka tidak tau saja kalau rumah yang paling besar diantara rumah yang lain itu merupakan rumah Dimas dan Papa Rian. Keanu penduduk baru disana. Sedang Dimas sudah puluhan tahun. Bahkan ketika kakek dan nenek Dimas saat itu masih hidup mereka sudah tinggal disana.
Kezia pamit pulang kerumahnya setelah selesai memasak makan malam untuk calon suami dan Papa mertuanya.
Cukup berjalan kaki saja Kezia sudah tiba di kediaman Keanu. Kezia terkekeh mengenang hal itu. Dimana Seluruh Keluarga nya tidak tahu menahu tentang calon suaminya yang merupakan pemilik komplek tempat Keanu tinggal saat ini.
Ia melangkah masuk dan langsung menuju dapur dimana Mama Rani sedang memasak makan malam.
''Assalamu'alaikum Ma? Lagi masak ya? Adek bantu ya?'' ucapnya pada Mama Rani.
''Boleh Kok. Pindahkan mangkuk ini ke meja makan.''
''Oke,'' sahut Kezia. Dengan segera ia memindahkan makanan yang sudah siap itu ke meja makan
Kenta baru saja masuk ke dapur dan duduk begitu juga Keanu. ''Sudah pulang kamu Dek?'' tanya Keanu.
''Sudah Bang, baru saja.'' jawab Kezia.
Mama Rani menoleh pada Kenta. ''Ayo makan dulu. Panggilkan Abang mu Kenta. Ajak dia untuk makan dulu baru setelahnya ia minum obat,'' ucap Mama Rani pada Kenta.
Kenta mengangguk. Ia menuju kamar Keanu dan langsung membuka pintu kamar itu hingga membuat Kenan yang sedang membungkuk itu terjingkat kaget.
Ceklek!
''Abang!''
Deg!
Secepat kilat Kenan mendorong kembali ranselnya ke bawah kolong tempat tidur Keanu. ia pura- pura sedang mengambil sesuatu di dalam nakas di tempat ia berdiri.
Ia mengambil sebuah charger untuk ponselnya. Kenta mendekat. Kenan berusaha tenang. ''Mama menyuruh Abang untuk makan malam baru setelahnya Abang istirahat, ayo!'' ajak Kenta pada Kenan.
Kenan mencharge ponselnya dan mengikuti Kenta yang sudah terlebih dulu keluar.
Hampir saja!
Kenan menghela nafas lega. Ia pun tiba di meja makan dimana seluruh keluarga sudah berkumpul disana. Kezia pun baru saja tiba. Ia menatap Kenan sekilas kemudian kembali menyusun makanan di meja makan.
Papa Reza pun datang. Baru setelahnya mereka makan bersama. Selesai makan malam, Papa Reza berbicara sebentar pada seluruh anak-anak nya.
''Besok, kalian harus cuti satu hari. Papa ingin mengurus dua hal disini. Pertama urusan Kezia yang akan menikah dengan Dimas. Dan yang kedua tentang urusan kamu Kenan!''
Deg!
Kenan menoleh pada Papa Reza. Mati aku! Gumam Kenan dalam hati. Ia mendengar suara lembut Papa Reza tetapi terkesan tegas dan dingin padanya.
''Untuk Kamu Kezia, Papa akan menikahkan mu dengan Dimas, tetapi pernikahan mu tidak boleh di umumkan sebelum kamu selesai dengan kuliahmu. Dan kamu juga tidak boleh tinggal serumah dengan Dimas. Kalau kamu tinggal disana otomatis kalian berdua pasti akan melakukan hal yang merugikan kamu nantinya!''
''Kita tidak tau apakah Dimas itu sudah berubah atau belum. Papa masih ragu padanya. Untuk itu, jika kamu ingin Papa menikahkan mu dengannya, maka penuhi syarat dari Papa.
Kamu tidak boleh tinggal bersamanya.
Kamu harus tetap melanjutkan kuliahmu hingga selesai.
Pernikahan mu dengannya tidak perlu di daftarkan ke pengadilan agama. Cukup bawah tangan saja!''
Deg!
Deg!
Kezia menatap datar pada Papa Reza dengan tangan mengepal erat. Kenan tau itu.
''Dan yang ke 4. Kamu tidak boleh mengumumkan pada semua orang bahwa kamu sudah menikahi Dokter Dimas yang terkenal dengan penyakitnya itu. Papa akan menikahkan mu tetapi jika kamu memenuhi syarat ini. Bagaimana Kezia? Kamu sanggup??''
Kezia menatap dingin pada Papa Reza yang kini juga sedang menatapnya. ''Bahkan pernikahan ku sendiripun Papa berikan syarat! Lalu bagaimana dengan kandungan ku? Apakah Papa yakin jika aku ini tidak akan hamil? Apakah tidak mengingat seperti apa dulunya Kak Zahra?''
''Papa lupa? Dan juga Apakah Papa ingin kalau anak ini akan lahir tanpa seorang ayah begitu?! Papa ingin menyembunyikan status ku! Tetapi Apakah Papa bisa menutup mulut orang jika suatu saat mendengar tangisan bayi dari rumah ini??''
Deg!
''Apa kata mereka nantinya? Tidakkah Papa berpikir tentang itu? Sungguh, Papa sangat egois! Selalu saja begitu! Selalu ingin menang sendiri tanpa tau apa yang menjadi keinginan orang lain!''
Deg!
Seutas senyum tipis terbit di sudut bibir Kenan. Ia mengakui bahwa adik bungsunya ini begitu berani melawan Ketidak Adilan dari sang Papa.
Kenan punya alasan kenapa ia menolak Dimas sebagai iparnya. Ada suatu hal yang mereka tidak tau tetapi Kenan tau. Dimas pun demikian. Mereka berdua itu sebenarnya teman akrab.
Tapi entah apa yang terjadi, hingga keduanya ribut seperti itu. Kedua orang itu memiliki rahasia masing-masing yang tidak di ketahui oleh orang lain.
Papa Reza menatap dingin pada Kezia. Kezia yang kecewa dengan keputusan Papa nya memilih pergi dan masuk ke kamarnya. Keanu menghela nafasnya. Ia tidak bisa melarang dan menolak ucapan Papa Reza. Itu sama saja dengannya melawan Papa Reza. Keanu tidak mau itu. Ia lebih memilih mengalah daripada memancing keributan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments