Menginap dirumah Dimas

Kezia berjalan dengan sedikit berlari. Sakit sekali hatinya saat mendapati kenyataan kalau kedua orang tuanya tetap tidak mengizinkan nya menikah dengan Dimas.

Apa salah Dimas? Bukankah manusia tempatnya berdosa dan selalu melakukan kesalahan? Kenapa ketika ia berubah menjadi baik, tetapi niat baiknya sekali di persulit? Apakah itu jalan takdir hidupnya karena ia baru saja berubah? Dalam artian jika ini adalah ujian Dimas untuk yang kesekian kalinya setelah ia berubah?

Sebenarnya Dimas tidak buruk. Hanya saja kesalahan dimasa lalu harus berimbas di masa depan.

Zahrani.

Merupakan cinta pertama Rayyan dan Dimas. Karena satu kesalahan yang Zahra lakukan, maka rusak semuanya.

Hubungannya dengan Dimas, hubungan nya dengan Rayyan yang selama ini begitu baik dan menjaganya.

Dimas.

Seorang pemuda baik. Sedari kecil ia selalu bersama Rayyan. Sedari ia bayi ia sudah tidak memiliki ibu. Karena ibu Dimas meninggal dunia sesaat sesudah melahirkan nya ke dunia.

Papa Rian.

Dialah yang selama ini mengurus Dimas sedari kecil hingga berumur lima tahun. Pertemuan yang tidak di sengaja dengan Rayyan saat Papa Rian memiliki kerja sama dengan Bhaskara group yang merupakan ayah kandung Rayyan putra Bhaskara.

Sahabat sekaligus saudara bagi Dimas. Rayyan lah tempat Dimas berbagi. Dalam segala hal. Mereka dipertemukan sedari umur mereka lima tahun hingga mereka besar masih saja bersahabat.

Tetapi ketika seorang gadis masuk ke dalam kehidupan mereka berdua, keduanya jatuh cinta pada gadis ayu nan lembut bernama Zahrani Putri Ar Reza.

Dari sanalah semuanya di mulai. Mencintai wanita yang sama sering kali membuat salah satu dari mereka mundur maju mundur cantik... cantik.. eh?

Demi melindungi hati salah satu dari mereka Rayyan sering kali menghindari Zahra. Tetapi Dimas tidak bisa menghindar karena Zahra selalu mendekati nya.

Jangan salahkan Dimas jika ia menyukai seseorang yang memang sudah di jodohkan sedari kecil dengan Abangnya itu.

Walaupun mula kehancuran itu merupakan awal petaka hubungan Dimas dan Rayyan. Andai saja Dimas bisa menahan emosinya agar tidak melakukan hal fatal itu, pastilah calon istri Rayyan itu masih ada hingga saat ini.

Kezia berlari-lari kecil menuju kediaman Dimas. Sesekali menyusut air matanya yang terus menetes.

Dari kejauhan di lantai dua sana sudah terlihat dua pasang mata menatap Kezia dengan raut wajah bingung.

''Kezia?'' ucap Dimas

''Kenapa malam-malam begini berlarian di jalan seperti itu Bang?'' tanya Papa Rian yang saat ini sedang duduk di teras balkon kamar Dimas yang langsung menghadap ke jalan.

''Entahlah. Papa disini saja ya? Biar Abang lihat dulu,'' imbuhnya pada Papa Rian.

Beliau mengangguk, ''Pergilah. Sangat terlihat jelas jika Kezia memang kesini lah tujuannya. Lihat itu! Dia langsung saja masuk!'' Papa Rian terkekeh melihat Kezia seperti itu.

Dimas pun ikut terkekeh, ia pun segera turun ke bawah. Tiba di undakan tangga, Kezia sudah naik ke atas dengan berlari-lari kecil diatas tangga itu.

Saking buru-buru nya hampir saja ia terjatuh jika Dimas tidak memegangi tubuh rampingnya.

Grep!

''Astaghfirullah!! Hati-hati sayang!'' peringat Dimas padanya.

Walau sedang menangis tetapi Kezia masih bisa sadar jika dirinya hampir saja jatuh jika tidak Dimas yang menyelamatkan.

Kezia mendongak melihat Dimas. Dimas pun menunduk sedikit. Mata gadis ayu mirip sedikit dengan Zahra itu berkaca-kaca.

Kezia terduduk di undakan tangga. Ia tersedu. Dimas yang memegangi tangannya pun ikut terduduk.

''Ada apa? Kenapa kamu menangis? Apa ada masalah?? Apakah terjadi sesuatu dengan keluarga kita? Atau-,''

''Nikahi aku secepatnya Abang! Aku tidak ingin terus terusan membuatmu berdosa. Aku mohon.. nikahi aku..'' pinta Kezia dengan tersedu.

Dimas tertegun. Ia menarik sedikit ujung dagu Kezia. ''Kenapa?? Ceritakan!'' titahnya pada Kezia yang kini semakin tersedu kala melihat wajah sayu nan tampan pujaan hatinya itu semenjak dua tahun yang lalu.

Dengan masih terisak, Kezia berusaha menceritakan apa saja yang terjadi saat ia pulang kerumah tadi. Tidak ada yang ia tutupi dari Dimas saat sekali.

Dimas terdiam membisu. Tidak tau harus berbuat apa saat ini. Sungguh, pernyataan Papa Reza begitu melukai hatinya.

''Lalu, kita harus apa Dek? Tidak mungkin kita menentang Papa kan? Kita bisa berdosa jika memaksakan kehendak kita. Tidak baik mengulangi kesalahan yang sama sayang..'' ucap Dimas setelah sekian lama membisu.

Kezia menatap dalam pada mata Dimas. ''Apakah Abang akan menuruti keinginan Papa??'' tanya nya pada Dimas yang kini juga sedang menatapnya dengan dalam.

''Abang...''

''Kenapa?? Apakah aku ini tidak pantas bersanding dengan seorang dokter bedah terkenal dirumah sakit Jaya Medika ini? Kenapa rasanya.. jalan yang kita tempuh ini begitu sulit Abang? Haruskah kita bertahan sampai aku lulus satu tahun lagi?? Aku harus apa Bang? Aku tidak ingin membuat dosa terlalu lama kita berdekatan seperti ini.. kenapa Papa menentang ku untuk menikah dengan mu? Bukankah beliau juga sama seperti mu dulunya? Apa salah dengan hubungan kita Abang?!'' seru Kezia dengan suara rendahnya.

Dimas tidak bisa berbicara apapun saat ini. ''Udah, kamu tenang dulu. Mau menginap disini?? Atau Abang antarkan kamu kerumah sakit?'' tanya Dimas sengaja mengalihkan pertanyaan Kezia tadi.

''Kenapa Abang tidak menjawab pertanyaan ku? Apakah Abang tidak ingin menikah dengan ku?''

Deg!

Dimas memejamkan matanya. ''Dengarkan Abang sayang! Abang harus memikirkan keputusan apa untuk hubungan kita berdua. Jangan karena terburu-buru nanti kita berdua menyesal setelah nya. Abang tidak mau itu. Tetapi bukan berarti Abang tidak ingin menikahi mu. Sudah Abang katakan berulang kali. Tidak akan ada wanita lain selain kamu. Kamu satu-satunya! Kamu segalanya! Kamu yang Abang inginkan! Bukan yang lain!''

''Jika kedua orang tua mu melarang kita menikah saat kamu masih sekolah, pastilah mereka punya pemikiran yang memang semua itu demi kebaikan mu! Percaya lah. Mereka itu setuju menikahkan kita berdua. Hanya saja, mungkin. Mungkin ada sesuatu yang tidak kita ketahui sengaja mereka tutupi. Orang tua tidak pernah salah dalam mengambil keputusan sayang.''

''Percaya sama Abang. Kita berjuang bersama untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuamu. Untuk sementara, biarlah berjalan seperti ini. Abang tidak akan berpaling ke lain hati. Cuma kamu, Kezia. Cuma kamu! Percaya sama Abang! Hem?''

Kezia menatap dalam pada manik hitam yang selalu membuatnya lemah saat di tatap dalam sepeti itu.

Kezia menunduk. Pipinya merona. Dimas terkekeh. ''Sebaiknya kamu istirahat. Ayo, kamu masih ingatkan dimana kamar kamu?''

Kezia mengangguk, ia berdehem untuk menghilangkan rasa gugup di hatinya saat ini karena terlalu lemah jika menatap mata sayu nan tampan itu.

Dimas mengusap kepala Kezia yang tertutup hijab. ''Istirahatlah. Besok kita kerumah sakit bersama-sama, hem?''

''Ya, adek masuk dulu. Terimakasih karena sudah mau menerima gadis kecil yang selalu membuatmu rusuh bang Dimas. Adek masuk.'' Ucapnya dengan segera berlalu dari hadapan Dimas dan masuk ke kamar yang ada dihadapan nya kini.

Dimas tersenyum melihat tubuh ramping nan mungil yang selama satu tahun ini memenuhi hati dan pikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!