Doni mencoba memejamkan matanya, berharap ketika bangun hari sudah berganti. Namun pikirannya yang dipenuhi oleh wajah Arini membuatnya semakin sulit terlelap hingga malam itu terasa begitu panjang.
Dengan penuh semangat pagi itu Doni segera bersiap berangkat ke restonya.
" Wajah mu terlihat seger banget Nak, pasti tidurmu nyenyak?" Tanya sang ibu sambil menyiapkan sarapan untuk putra bungsunya itu.
"Benarkah Bu?" Jawab Doni yang malah bertanya balik pada ibunya.
Mungkin karena rasa bahagianya menemukan sosok Arini itulah yang membuat wajahnya berseri meski kurang istirahat.
Resto masih sepi, belum banyak pegawai yang datang termasuk Arini. Doni menuju ruangannya, membuka berkas data diri pegawainya dan akhirnya dia menemukan lembar yang dia cari, lembar yang berisi data Arini.
" Bodohnya aku yang bahkan tidak memperhatikan pegawaiku sendiri." Gumam Doni menyalahkan dirinya sendiri, yanh acuh pada pegawainya hingga tidak menyadari diantara mereka ada sosok yang dicarinya selama ini.
Setelah yakin sosok itu adalah Arini, Doni beranjak dari kursinya melangkah keluar berharap melihat sosok secepatnya.
Setelah mencari di beberapa ruangan, akhirnya terlihat sosok Arini sedang sibuk membersihkan bahan makanan di dapur. Doni memperhatikannya dari kejauhan tanpa disadari oleh Arini.
"Tatapan yang sayu itu tidak berubah, masih sama seperti Arini yang ku lihat 4 tahun silam." Gumam Doni dalam hati dengan senyumnya.
"Tolong ambilkan daging di belakang!" Ucap Chef menyuruh Arini. Arini segera beranjak mengambil apa yang diminta oleh Chef. Ketika Arini melangkah dia dikagetkan dengan sosok laki-laki tampan dengan pakaian rapi yang baru pertama kali dia lihat. Laki-laki itu seperti tengah memperhatikannya.
"Hai bos, tumben sempet ke dapur?" Sapa Chef pada Doni, Doni pun menghampiri Chef kepercayaannya itu.
"Apa dia si pemilik resto ini, sungguh baru kali ini aku melihatnya." Arini membatin dalam keterkejutannya.
Arini memang tidak tau menau tentang Doni, karena Juna tidak pernah memperkenalkan sahabatnya itu padanya. Sementara Doni beberapa kali melihat bahkan memperhatikan Arini saat masih bersama Juna.
Arini segera melanjutkan langkahnya sementara Doni berada di dapur, entah apa yang dia bicarakan dengan Chef yang sedang mempersiapkan bahan masakannya.
Saat kembali ke dapur, Arini berpapasan dengan bosnya tersebut. Dia menundukan kepalanya tanda hormat pada atasan, yang dibalas Doni dengan senyum dinginnya.
Mulai hari itu Doni mulai banyak memperhatikan Arini, dia sering berkeliling resto hanya untuk sekedar melihatnya.
Seminggu berlalu tidak ada yang berubah, Doni hanya sekedar memperhatikan Arini dari kejauhan.
Jam-jam makan siang resto selalu dipadati pengunjung, begitu juga dengan hari itu. Di tengah kesibukannya tiba-tiba tangan Arini ditarik oleh seseorang yang lalu menyeretnya ke belakang. Seseorang itu adalah Ranti yang hampir sebulan ini tidak bisa menghubungi Arini.
" Apa kamu kerja full di sini, sampai kamu lupa jalan menuju kampus?" Tanya Ranti geram dengan sikap Arini yang tiba-tiba menghilang.
"Ran, maafkan aku. Aku terpaksa mengambil keputusan ini. Aku sudah tidak sanggup membayar biaya kuliah sementara aku juga butuh uang untuk mencukupi kebutuhan keluargaku." Akhirnya Arini mampu berkata jujur pada sahabatnya itu.
" Kamu menghilang begitu saja, menyimpan bebanmu sendiri. Apa kamu tahu aku bahkan tidak berani menanyakan keberadaanmu pada ibumu, karena pasti ibumu akan curiga, dia akan sangat kecewa jika tahu akan hal ini." Ranti masih tidak habis pikir tentang keputusan Arini.
Arini hanya terdiam, dia sadar dengan kesalahannya. Namun dia tidak mau merepotkan orang lain terutama Ranti yang selama ini sudah sangat banyak membantunya.
" Kembalilah ke kampus mulai besok, masih ada waktu untuk mengejar mata kuliah yang sebulan ini sudah kamu tinggalkan!"
Arini memeluk sahabatnya itu. "Jangan lagi menyimpan bebanmu sendiri, kita ini bersahabat sudah lama. Kamu ingatkan janji kita untuk lulus sama-sama." Ucap Ranti membalas pelukan Arini sambil menitikkan air mata.
Tanpa sepengetahuan Arini maupun Ranti, Doni ternyata mendengar percakapan mereka berdua.
"kamu menyimpan banyak hal di balik senyummu,"
Doni membatin.
Sudah waktunya resto tutup, Arini berdiri di luar resto menunggu hujan reda. " Hujan begitu lebat, bagaimana aku bisa pulang." Batin Arini dalam kegelisahannya. Dia bahkan tidak membawa payung ataupun jaket sekedar untuk menutupi kepala dari derasnya hujan.
"Ikut mobilku saja, aku akan mengantarmu pulang.!" Tawaran Doni membuat Arini terkejut.
" Oo...emm..., terimakasih pak aku sudah memesan ojek online." Jawab Arini dengan gugup, karena ini kali pertama bertegur sapa dengan bosnya.
"Pakailah ini!" Doni melepas jaket kulitnya dan memberikan pada Arini.
" Tidak usah pak, saya sudah biasa kena air hujan kok." Jawab Arini sungkan menerima jaket dari Doni.
" Pakailah!" Doni tetap menyodorkan jaketnya hingga Arini terpaksa menerimanya.
Doni melangkah menuju mobil dengan sedikit berlari menghindari guyuran air hujan. Di dalam mobil dia menatap Arini, ada kekhawatiran di hatinya melihat gadis itu sendirian. Setelah terlihat ojek menghampiri Arini, barulah Doni merasa lega dan mulai menstarter mobilnya.
Arini sampai rumah dengan keadaan setengah basah. Dia terkejut melihat ibunya yang tengah duduk dengan wajah dinginnya.
"Kenapa ibu belum tidur?" Tanya Arini pelan.
"Ambil ini, lunasi semua biaya kuliahmu sampai selesai!" Ucap Bu Mira sambil menyodorkan amplop tebal yang berisi cukup banyak lembaran uang.
"Bu, ini uang dari mana, bukankah kita sudah tidak punya simpanan lagi?"
" Jika ayahmu tahu akan jadi seperti ini, dia tidak akan pernah mengizinkanmu mengasuh anak itu."
Kalimat itu membuat Arini tidak mampu lagi berkata apapun. Dia hanya menunduk dengan derai air mata sambil mengucapkan kata maaf.
Ternyata sudah beberapa hari ini Bu Mira penasaran dengan tingkah Arini, dia tidak pernah melihat Arini mengerjakan tugas kuliahnya seperti biasa. Bahkan tak terlihat Arini membawa buku-bukunya setiap dia berangkat pagi-pagi.
Hingga hari itu Bu Mira memutuskan mengikuti kemana Arini pergi. Bu Mira sangat terkejut saat melihat Arini justru masuk ke sebuah resto dan terlihat bekerja di sana, padahal jam itu adalah jam kuliah Arini.
Bu Mira sangat terpukul melihat keadaan putrinya, dia tidak rela jika Arini putus kuliah. Sampai akhirnya Bu Mira memutuskan untuk meminjam sejumlah uang pada rentenir dengan jaminan sertifikat rumahnya.
Esok harinya Arini menuruti perintah ibunya, dia pergi ke kampusnya melunasi tagihan biaya kuliahnya. Sebelum ke kampus Arini menyempatkan diri pergi ke resto tempat dia bekerja untuk mengajukan pengunduran diri.
Arini mengetuk pintu ruangan Doni.
Tok...tok...tok...
"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam ruangan itu, Arini pun segera masuk.
" Sebelumnya saya minta maaf pak, saya mohon pamit berhenti bekerja dari resto bapak." Ucap Arini hati-hati sambil menyodorkan surat pengunduran dirinya.
" Kenapa kamu mau berhenti bekerja?" Tanya Doni menatap Arini.
" Maaf pak, saya mau melanjutkan kuliah saya." Jawab Arini dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu bisa kerja part time, tidak usah berhenti." Tegas Doni yang memang sudah mengetahui keadaan Arini.
"Tapi pak..., bukankah di perjanjian awal saya harus kerja full time?"
"Turuti saja perintahku, mulai hari ini kamu masuk setelah kuliahmu selesai." Ucap Doni dengan tegas.
" Kalau begitu saya pamit dulu pak, terimakasih atas keringanan yang bapak berikan." Jawab Arini yang segera beranjak keluar dari ruangan itu.
***
Mohon maaf ya beberapa part masih fokus sama Arini dan Doni dulu ya.
happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Catur Fitri Kumalasari
arini sama doni aja
2021-05-03
0
MUKAYAH SUGINO
Jodoh arini
2021-02-01
0
komodo
bundaaaa....
2021-01-28
0