"Ada yang baru pulang kencan nih." Ucap Roy yang sedang duduk di ruang tamu, setibanya Doni pulang.
"Sejak kapan kamu balik ke sini?" tanya Doni.
"Mestinya aku yang nanya, sejak kapan kamu pacaran sama pegawaimu itu?" tanya Roy dengan tatapan tidak suka.
"Kamu kesini cuma mau nanya itu? bukan urusanmu, aku mau pacaran sama siapa." Doni nampak marah dengan tatapan Roy.
"Rupanya diam-diam kamu mendekatinya, ku pikir kamu sama sekali tidak tertarik padanya." Jawab Roy dengan santai.
"Sepertinya dia gadis baik, jangan sakiti dia. Sampai kamu menyakitinya, aku bakalan rebut dia." Roy menyunggingkan senyumnya sambil menepuk bahu sahabatnya itu lalu pergi.
"Tentu aku tidak akan menyakitinya." Jawab Doni singkat.
"Lain kali kalau kencan jangan bawa anak kecil." Ledek Roy sambil berlalu begitu saja.
"Sialan lo...," gerutu Doni kesal.
Tentu hubungan persahabatan mereka tidak akan retak hanya karena perempuan. Apalagi memang Roy terkenal playboy yang begitu mudahnya jatuh cinta pada perempuan yang terlihat cantik.
Esok paginya Doni menjemput dan mengantarkan Arini ke kantor.
"Mas nggak perlu repot-repot antar jemput aku, aku biasa sendiri kok," ujar Arini merasa tak enak hati.
"Kebetulan aku mau ketemu kakakku jadi sekalian," jawab Doni sambil mengemudikan mobilnya dengan santai.
Mereka turun bersama di depan kantor Mirna. Arini masuk ke ruangannya sementara Doni menuju ruang kerja kakaknya.
Doni mengetuk pintu, lalu masuk setelah terdengar sahutan dari dalam.
"Tumben, ada apa kamu Don?" tanya Mirna.
"Oya, tadi aku lihat kamu ke sini bareng Arini. Apa hubungan kalian sudah lebih dekat?" Mirna bertanya lagi.
"Aku baru memulainya, tapi aku serius dengannya. Aku harap Kakak bisa menjelaskan dengan baik pada Ibu dan meminta padanya untuk tidak lagi menjodohkan ku dengan perempuan lain."
"Maafkan Kakak untuk hal yang lalu, Kakak akan coba jelaskan pada Ibu dengan hati-hati. Semoga Ibu bisa mengerti."
"Terima kasih, aku pergi sekarang." Doni pamit tanpa basa-basi pada kakaknya.
Tujuan Doni memang hanya untuk mengatakan pada kakaknya bahwa dia tengah menjalin hubungan serius dengan Arini.
Saat Doni keluar dari ruangan kakaknya, terlihat Arini yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Doni mengambil ponsel dan mengirim sebuah pesan.
"Jangan terlalu lelah, jaga kesehatanmu." Isi pesan Doni untuk kekasihnya itu.
Saking sibuknya Arini tidak memperdulikan ponselnya. Dan baru terbaca saat jam makan siangnya.
"Iya Mas," Arini membalas pesan Doni dengan tersenyum sendiri.
"Tuhan..., mudahkan aku membuka hati untuknya jika dia orang yang kau kirim untuk bahagiaku dan anakku." Batin Arini.
Membaca balasan dari Arini membuat Doni lesu.
"Apa susahnya sekedar tanya balik ?" Doni menggerutu dalam hatinya tapi tak membuatnya marah pada kekasihnya itu.
Seperti biasa setelah dari kantor, Arini tetap membantu di resto Doni. Hubungan mereka belum tercium oleh pegawai lain karena memang mereka menempatkan diri mereka pada posisinya masing-masing. Bahkan Arini juga pulang seperti biasa tanpa diantar Doni.
Esoknya, Ranti yang sedang cuti dari pekerjaannya meminta Arini menemaninya jalan. Ranti merengek-rengek seperti anak kecil agar Arini luluh. Akhirnya Arini mengiyakan permintaan Ranti dengan syarat membawa Cila. Ranti dengan senang hati menyetujuinya, bahkan Ranti akan menjemput Arini di kantor setelah menjemput Cila terlebih dulu.
Arini menghubungi Doni untuk meminta izin tidak ke resto sore ini.
"Hallo Mas maaf, hari ini aku nggak ke resto. Ranti memintaku menemaninya jalan." Ucap Arini saat panggilannya tersambung.
"Kalian mau jalan kemana? Apa Cila ikut?" tanya Doni protektif.
"Paling cuma ke mall saja, iya aku ngajak Cila."
"Baiklah, jangan pulang terlalu malam kasian Cila." Doni merasa lega, setidaknya dengan membawa Cila tidak mengundang laki-laki lain mendekati Arini.
Jam kerja Arini telah usai, Ranti dan Cila sudah menunggu di luar.
"Ibu..., Ibu lama sekali." Cila mengeluh sambil memeluk ibunya.
"Maaf sayang, Ibu kan masih kerja jadi harus nunggu pekerjaan Ibu selasai dulu." Arini mengusap kepala dan mencium putrinya itu.
"Ayo buruan, nanti keburu malam lho." Ranti segera masuk ke mobilnya diikuti Arini dan Cila.
Sesampainya di mall, yang Ranti tuju adalah butik pakaian wanita. Sebenarnya tujuan Ranti memang belanja pakaian. Ranti langsung memilih beberapa baju yang dirasa pas dengan seleranya, jika Arini bilang itu cocok Ranti langsung mengambilnya. Sementara Cila hanya membuntuti Ibunya tanpa merengek rewel.
Setelah keluar dari butik, Arini pamit ke toilet. Ranti menuntun Cila mendekat ke sebuah panggung kecil yang menarik perhatiannya. Terlihat beberapa anak kecil foto bergantian dengan pose yang lucu. Ranti menyuruh Cila ikut acara tersebut, sekedar untuk latihan percaya diri saja niat Ranti.
Cila mengangguk setuju, Cila pun dituntun Ranti naik panggung. Cila nampak sangat menarik dengan gaya naturalnya, seperti memang ada bakat dalam diri bocah itu.
Arini terkejut melihat putrinya ada di atas panggung, seketika dadanya terasa sesak karena dia teringat pada Iren ibu kandung Cila.
Arini berlari, lalu menggendong Cila turun dari panggung dengan raut wajah paniknya.
"Rin..., kenapa Rin? tanya Ranti kaget melihat sikap Arini.
Arini hanya diam menahan air matanya. Cila yang juga terkejut hanya menangis lirih di pelukan Arini.
"Maafin Cila Bu, Cila salah sama Ibu." Rengek Cila yang merasa dia yang membuat Ibunya seperti itu.
"Bukan nak, maafkan Ibu. Ibu hanya kaget melihat Cila sendirian di tempat ramai." Arini beralasan.
Ranti hanya diam, dia sudah menyadari jika sahabatnya itu pasti teringat pada Ibu kandung Cila.
Mereka akhirnya sibuk menghibur Cila agar melupakan kejadian tadi. Cila pun terhibur dengan tontonan dan permainan yang berada di wahana permainan anak. Sampai akhirnya Cila lelah, meminta pulang dan tertidur di mobil.
"Maaf Rin, soal tadi aku nggak sengaja," ucap Ranti menyesal.
"Nggak papa Ran, melihatnya tadi aku begitu tidak rela ada bakat Iren yang turun pada Cila. Tapi aku sadar bagaimanapun dia ibunya, wajar jika bakatnya diturunkan pada anaknya."
"Cila itu anak kamu, dan sampai kapanpun dia anak kamu. Tidak usah mengingat perempuan itu lagi." Ranti kesal mendengar nama Iren.
Arini tersenyum getir mengingatnya. Sungguh dia tidak akan rela jika suatu hari Iren datang dan membawa anaknya pergi.
Keesokan harinya di kantor tempat Arini bekerja, beberapa karyawan sibuk mempersiapkan acara penyambutan sekaligus penobatan secara resmi Brand ambasador untuk kosmetik mereka yang akan diadakan malam ini.
Iren memang sudah berada di Jogja saat ini, dia tinggal di rumah lamanya. Merasa jenuh tanpa kegiatan, Iren meminta sopir untuk mengantarnya ke suatu tempat. Tempat itu adalah rumah lama Arini, dia berharap melihat anaknya di rumah itu. Meski dia tahu, dua tahun lalu saja rumah itu sudah bukan lagi milik keluarga Arini.
"Arini, kamu berhasil menyembunyikan Cila dariku. Dimana kamu sekarang, izinkan aku sekedar melihatnya saja. Aku sangat merindukannya." Iren menitikkan air mata, dia sadar akan kesalahannya meninggalkan putrinya saat itu.
Iren berdiam cukup lama di tempat itu. Tanpa ada hasil, akhirnya dia memutuskan untuk kembali. Dia harus bersiap-siap untuk acara nanti malam.
****
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
klau s arini sampe mau blikan lgi sm s juna itu nma y s arini cwe bodoh
2023-01-13
0
Ai Julaeha
suka 🥰
2022-04-13
0
MUKAYAH SUGINO
Lanjut
2021-02-01
0