Malam itu hujan turun cukup deras, Arini berdiri di depan resto dengan menggendong Cila yang sudah terlelap.
" Ikut mobilku saja!" Suara Doni mengejutkan Arini.
"Oh, terimakasih Pak tapi saya sudah memesan ojek online," jawab Arini.
"Membawa anak kecil, naik sepeda motor di bawah guyuran hujan begini? Apa kamu tidak mempedulikan kesehatan anakmu sendiri?" Tanya Doni dengan penuh penekanan.
Arini hanya terdiam, dia merasa apa kata bosnya itu memang benar.
Tanpa meminta izin, Doni mengambil Cila dari gendongan Arini sambil memberikan payung pada Arini.
"Buka payungnya dan ikuti aku," tegas Doni. Akhirnya satu payung itu digunakan mereka bertiga melangkah menuju mobil Doni.
Di dalam mobil tidak ada percakapan yang berarti, Doni hanya menanyakan jalan menuju rumah Arini, sementara Arini hanya menjawab seperlunya saja. Selebihnya mereka hanya bicara dalam hatinya masing-masing.
Akhirnya mobil Doni sampai di depan rumah Arini. "Terimakasih banyak Pak, Bapak sudah repot-repot mengantarkan kami." Ucap Arini dengan senyumnya sambil membuka pintu mobil.
"Tunggu!" ucap Doni sambil meraih tangan Arini. Arini hanya melihatnya bingung.
"Hujan masih deras, tunggu sebentar!" Doni segera mengambil payungnya lalu keluar membuka pintu di sisi Arini. Arini yang masih bingung dengan perlakuan bosnya itu hanya menurut saja. Dia segera turun dari mobil dimana Doni sudah siap dengan payungnya.
Mereka pun melangkah menuju rumah Arini. Tanpa sadar Doni merangkul Arini dengan erat ketika melihat pundak Arini terkena tetesan air hujan yang mengalir dari payungnya. Arini yang fokus melindungi Cila dalam gendonganya agar tidak terkena air hujan tidak begitu menyadari perlakuan bosnya itu.
"Terimakasih p
Pak, maaf baju Bapak jadi basah begini."
"Nggak papa, masuklah dan istirahat. Aku pamit pulang." Ucap Doni sambil menatap Arini penuh perhatian.
"Sekali lagi terimakasih Pak, hati-hati di jalan!"
Arini pun masuk dan menidurkan Cila di kamar. Sementara dia segera mengganti pakaiannya dan segera merebahkan tubuhnya di samping Cila.
Tengah malam Arini terbangun saat mendengar Cila mengigau.
"Ayah..., ayah..., ayah...," kata itu yang selalu Cila teriakkan.
"Cila..., kenapa kamu nak?" Ucap Arini panik dan segera mengambilkan obat untuk Cila. Semalaman Arini terjaga sambil terus mengompres dahi Cila.
Arini yang tidak mampu menahan lelahnya akhirnya tertidur menjelang pagi. Saat bangun dia mendapati Cila kejang, Arini semakin panik.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi dengan anakku ya Alloh. Ibu..., Ibu..., tolong aku Bu, Cila Bu Cila." Arini berlarian menghampiri ibunya.
" Cila kenapa? katakan Cila kenapa?"
" Tolong Cila Bu, Cila kejang."
Mereka berdua segera menghampiri Cila. Kemudian Bu Mira berlari mengambil sendok di dapur lalu memasukan sendok itu ke mulut Cila untuk Cila gigit karena bahaya jika Cila terus menggigit lidahnya.
"Sebaiknya cepetan kamu bawa ke rumah sakit, agar secepatnya ditangani dokter."
"Baik Bu," Arini segera menggendong Cila lalu dibawanya ke rumah sakit. Cila pun langsung ditangani oleh dokter spesialis anak.
"Untung ibu segera membawanya ke rumah sakit, jika terlambat saya khawatir akan berpengaruh pada sarafnya." Ucap Dokter setelah selesai menangani Cila.
"Lalu bagaimana kondisinya Dok?"Tanya Arini panik.
"Ibu tidak usah khawatir, anak Ibu sudah kami tangani insyaallah akan segera membaik." Jawaban ini membuat Arini sedikit lega.
Arini masuk ke ruang perawatan Cila, terlihat Cila tengah tertidur lalu dipegangnya dahi Cila. Masih demam tapi sudah tidak kejang seperti tadi.
"Maafkan Ibu nak, Ibu terlalu sibuk sampai melalaikan kamu." Ucap Arini tidak bisa menahan air matanya sambil mengusap wajah putrinya itu.
Arini mengirim pesan pada teman kerjanya, meminta tolong untuk meminta izin beberapa hari tidak masuk kerja karena Anaknya sakit.
Arini terus berada di samping putrinya hingga Cila terbangun, saking khawatirnya dia sampai lupa makan. Tapi sungguh beruntung saat cacing di perutnya mulai menyerang menuntut diberi makan, datanglah Ranti dengan sekotak nasi dan beberapa macam buah.
" Assalamu'alaikum Cila sayang, gimana dah nggak sakit lagi kan?" Tanya Ranti menghampiri Cila lalu mengelus pipi gembul bocah itu.
"Cila sudah sembuh kok Tante, Cila pengin pulang. Kasian ibu pasti cape jagain Cila terus."
"Cila tenang aja, ibu kamu ini pasti nggak akan merasa cape jagain Cila. Sekarang yang penting Cila cepet sembuh."
"Kalau Cila punya ayah, pasti seneng banget. Ibu jadi nggak kecapean terus karena jagain Cila."
Ucapan bocah polos itu sontak membuat Arini dan Ranti kaget, mereka hanya saling bertatapan satu sama lain.
" Kan Ibu sudah jadi Ibu sekaligus Ayah buat Cila, jadi Ibu punya tenaga ekstra buat jagain Cila." Ucapan Arini ini tak lantas membuat Cila senang.
"Cila sayang, yuk Cila makan dulu biar cepet sehat!" Ranti menimpali ucapan Arini sambil menyuapi Cila.
Tak lama kemudian ketika mereka bertiga sedang bercanda, terdengar suara ketukan pintu. lalu Arini menyuruhnya masuk. Terlihat Doni yang datang dengan boneka lucunya.
"Om Doni...," teriak Cila kegirangan melihat Doni.
"Cila cantik gimana kabarnya? Sudah enakan kan?" tanya Doni sambil menyentuh dahi Cila.
"Cila sudah sembuh om, besok pasti sudah boleh pulang." Jawab Cila dengan percaya diri.
"Benarkah? Om seneng dengarnya." Jawab Doni yang lalu berganti menatap dua perempuan yang sedang menjaga Cila.
"Apa kamu sudah makan?" Tanya Doni penuh perhatian.
" Sudah Pak, Ranti tadi yang membawakan saya makan. Oya kenalkan ini Ranti sahabat saya.
Lalu mereka berdua pun bersalaman dengan menyebutkan nama masing-masing.
Arini pamit keluar membeli minum, meninggalkan Cila yang sedang bercanda dengan Doni. Ranti pun mengikuti Arini pergi.
"Kamu nyadar nggak Rin, pas Cila bilang pengin punya ayah, eh kok tiba-tiba muncul dia."
"Maksud kamu apa si Ran?" tanya Arini tidak mengerti maksud Ranti.
" Apa kamu nggak berfikir nyari ayah buat Cila, makin hari dia makin gede lho." Ucap Ranti
" Aku belum kepikiran ke situ, lagian aku tuh sudah lupa yang namanya jatuh cinta."
" Kayanya bos kamu itu perhatian banget sama kalian berdua deh, kelihatannya juga orang baik. Apa nggak dipertimbangkan tuh, demi Cila loh Rin." Ranti sedikit menasehati sahabatnya itu.
"Iya iya nanti aku timbang-timbang deh, kamu yang cari timbangannya ya." Jawab Arini dengan ledekannya.
"Ihhh...,nggak lucu tahu." Ucap Ranti kesal.
Dua hari kemudian Cila sudah diperbolehkan pulang. Doni yang entah tahu dari mana kabar itu datang menjemput Cila.
Melihat Arini di depan rumah sakit menggendong Cila sambil menenteng sebuah tas cukup besar, Doni pun menghampirinya lalu mengambil Cila dari gendongan Arini dan menyuruh Arini mengikutinya. Arini ingin menolak tapi tidak bisa.
Di sepanjang perjalanan hanya Cila yang asik ngobrol dengan Doni hingga Cila tertidur. Akhirnya mereka pun sampai, Arini mempersilahkan Doni masuk.
"Mari silahkan masuk Pak!" Ucap Arini
Doni hanya menurut lalu duduk di ruang tamu. Sementara Arini masuk ke kamar menidurkan Cila.
"Boleh aku pinjam handphone kamu? " Tanya Doni saat Arini menghampirinya di ruang tamu.
"Buat apa Pak?" Tanya Arini sambil menyodorkan handphone miliknya dengan ragu. Doni mengambilnya dengan senang hati, lalu menyimpan nonor handphone Arini.
Mereka yang hanya duduk berdua hanya diam karena canggung. Akhirnya Arini menyalakan televisi.
"Dimana ibu kamu kok sepi?" Tanya Doni berbarengan dengan suara televisi yang baru dinyalakan.
" Jam segini ibu biasanya pergi belanja sayur."
Lalu terlihat tayangan televisi yang memberitakan artis papan atas Iren Putri akan segera melangsungkan pertunangannya dengan pengusaha muda Juna Nugraha.
Berita itu sontak membuat Arini terkejut. Ada perasaan lain di hatinya, entahlah dia pun tidak bisa mengartikannya.
Melihat raut wajah Arini yang berubah, Doni segera meminta mengganti chanel tv dengan alasan berita itu tidak berkualitas.
***
Duhh..., ini gimana Arini ya, jangan-jangan gagal move on.
Terima kasih buat semua yang sudah kasih like, komen and vote di karyaku.
Aku jadi tambah semangat nulisnya, semoga semakin menarik buat terus dibaca...
Happy reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
MUKAYAH SUGINO
Arini sama doni aja
2021-02-01
0
winda aulia
ingen cepet tau wajah juna, gima reaksinya klo yg nolong itu bukan iren. dan tau klo anaknya dia sama iren dibuang dan dirawat sama arini😂.
2020-12-27
1
Sonetha
Arini sm Doni sj deh.
2020-11-05
0