Acara pertunangan Iren dan Juna pun akhirnya digelar dengan sederhana, Iren terlihat sangat cantik mengenakan dress warna putihnya.
Sayangnya acara itu sama sekali tidak membuat Juna bahagia. Belum acara usai, Juna naik ke balkon di lantai dua. Dia termenung dengan tatapan kosongnya.
"Aku harap kamu tidak menyesal dengan keputusan kamu." Ucap Melin kakak Juna yang membuatnya terkejut.
"Semoga memang aku tidak menyesal Kak."Jawab Juna
"Belajarlah menerima Iren dengan tulus, kamu yang memilihnya sejak awal bukan? Arini pasti sudah bahagia sekarang, dia gadis baik."
Juna hanya diam mencerna setiap kalimat kakaknya itu.
Esok harinya di tempat lain, Arini kembali beraktifitas normal. Dia berangkat ke kampusnya untuk mengambil undangan wisudanya. Akhirnya setelah perjuangan yang cukup berat Arini mampu meraih gelar sarjananya.
Setelah mendapatkan undangan itu, Arini pergi ke resto. Saat Arini meletakan tas ke loker, undangan itu terjatuh. Arini pun mengambilnya, saat itu terlintas kenangan tentang Juna. Dimana Juna pernah mengajaknya segera menikah, Arini mengiyakannya dengan syarat setelah lulus kuliah.
Tidak mau berlarut dalam kenangan itu, Arini memukul pipinya sendiri agar segera sadar.
Hari yang ditunggu pun tiba, Arini sangat cantik dengan balutan kebaya simpel warna nude ditambah riasan tipis yang membuat wajahnya cantik natural.
Acara berlangsung hikmat, Arini didampingi oleh ibunya tanpa Cila di sampingnya. Setelah acara selesai berlanjut sesi foto-foto. Arini foto bareng beberapa temannya termasuk Ranti. Mereka semua terlihat sangat bahagia.
Kemudian Arini menghampiri ibunya untuk foto berdua. Tanpa mereka sadari sosok pria gagah memperhatikannya dari kejauhan sambil mencuri foto Arini. Pria itu nampak kagum dengan kecantikan alami Arini.
Tidak tahan hanya melihat dari kejauhan, pria itu pun segera menghampiri Arini dan ibunya.
"Maaf, sepertinya kita pernah ketemu. Kenalkan aku Roy." Roy ingat gadis itu adalah pegawai di resto milik Doni.
"Aku Arini," Jawab Arini singkat dengan ragu.
" Senang berkenalan denganmu." Belum selesai Roy bicara, terdengar suara memanggil namanya. Akhirnya Roy pamit pergi ada Arini.
Setelah menghadiri acara wisuda adiknya, Roy mampir ke resto Doni. Kebetulan Doni tidak terlalu sibuk.
Roy memperlihatkan foto yang baru dia dapatkan.
" Bukankah ini pegawai kamu yang waktu itu?" Tanya Roy sambil menyodorkan kameranya ke depan Doni.
Doni hanya diam, ada kekecewaan di hatinya kenapa Arini tidak mengabarinya. Meski dia sadar memang dia bukanlah siapa-siapa bagi Arini.
" Tadi aku kenalan sama dia, namanya Arini. Apa dia Arini mantan tunangan Juna?" Tanya Roy penasaran.
"Nama Arini nggak hanya satu." Jawab Doni singkat membuat Roy merasa curiga dengan ekspresi wajah Doni yang terlihat tidak nyaman.
Keesokan harinya Arini kembali masuk kerja, untuk sementara dia bisa masuk full sebelum mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai.
Baru beberapa minggu Arini mendapat gelar sarjana yang bahkan belum terpakai untuk menemukan pekerjaan baru. Rentenir yang pernah dipinjami uang oleh Bu Mira mulai menagih.
Beberapa hari ini rentenir itu selalu datang dengan anak buahnya bahkan tak segan membuat keributan. Hingga suatu ketika Arini pulang mendapati sang ibu sedang menangis tersungkur dengan kondisi rumah yang porak poranda.
"Bu, ada apa sebenarnya Bu?" Tanya Arini sambil meraih tubuh ibunya dan menuntunnya untuk duduo di kursi.
"Maafkan ibu nak, rentenir datang menagih ibu hampir setiap hari." Ucap Bu Mira tersedu.
"Apa ibu punya hutang pada rentenir itu? Jika benar, untuk apa ibu berhutang pada rentenir bu?" Tanya Arini dengan pelan.
"Sebenarnya dulu untuk membayar biaya kuliah kamu, ibu meminjamnya ke rentenir dan sekarang sudah jatuh tempo."
Betapa kagetnya Arini mendengar ucapan ibunya, dia merasa sangat bersalah pada ibunya.
"Ibu nggak salah Bu, ini semua kesalahanku. Maafkan aku Bu!" Ucap Arini sambil memeluk ibunya.
"Berapa jumlah hutang ibu, biar aku yang berusaha membayarnya."
"Dulu ibu hanya mengambil 50 juta, setelah di tambah bunga ibu harus membayar 75 juta nak. Dari mana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat Rin."
"Sekarang ibu istirahat saja, aku akan mencari pinjaman besok."
Hari ini lebih pagi dari biasanya, suara gedoran pintu memecahkan telinga. Arini yang tengah menyuapi Cila segera membukakan pintu, rentenir itu langsung masuk begitu saja tanpa permisi. Lalu duduk di kursi ruang tamu sambil menatap Arini dari atas hingga ke bawah. Membuat Arini tidak nyaman.
"Ternyata kamu punya anak gadis yang cantik juga Bu Mira." Ucap rentenir itu dengan senyum penuh maksud.
"Aku sudah bilang, akan segera melunasinya. Jadi tolong jangan ganggu kami." Ucap Bu Mira penuh harap.
"Baiklah kalau begitu, aku beri kalian waktu seminggu untuk melunasi semuanya.Jika tidak mampu maka putrimu yang harus membayar dengan menjadi istriku." Ucap rentenir itu sambil menyentuh dagu Arini.
"Ingat hanya satu Minggu." Ucap rentenir dengan penekanan sambil melangkah pergi dari rumah itu.
Jangka waktu yang diberikan sungguh terlalu singkat untuk mencari uang sebanyak itu.
"Sudahlah bu, Arini akan coba cari pinjaman."
Mendengar itu Bu Mira hanya bisa memeluk dan menguatkan hati putrinya.
Arini menemui Ranti dan mengatakan semua masalah yang sedang dihadapinya. Tanpa Arini minta Ranti bertindak dengan segera dia langsung menghubungi kerabatnya minta pinjaman, meski belum ada hasil sesuai harapan.
Selama seminggu ini mereka berdua berjuang keras untuk mengumpulkan uang 75 juta, namun hingga batas waktu hampir habis uang yang mereka kumpulkan belum seberapa.
"Gimana ini Rin, kekurangannya masih sangat banyak. Kita mau cari kemana lagi."
Arini hanya diam dalam kebingungannya.
"Bagaimana kalau pinjam ke bos kamu saja Rin?"
"Aku tidak mau melibatkan orang lain lagi untuk masalahku," jawab Arini.
"Waktu cuma tinggal hari ini, apa kamu memilih nikah sama hidung belang itu hah?" Tanya Ranti dengan marah.
"Jika dia baik padaku, aku bisa memanfaatkan uangnya bukan?" Jawab Arini yang seolah pasrah.
"Terserah kamu aja lah." Ucap Ranti kesal pada sikap Arini.
Batas waktu pun tiba, rentenir itu datang kembali.
"Mana uangnya!" tanya si rentenir dengan tatapan tajam.
Arini dan ibunya hanya diam menundukkan kepalanya.
"Sudah aku duga kalian tidak akan mampu membayarnya secepat itu. Tapi aku justru senang karena sebagai gantinya aku mendapatkan gadis cantik ini." Ucap Si rentenir itu dengan tatapan yang menjijikan.
"Apa tidak ada pilihan lain Tuan?" tanya Bu Mira memelas.
"Aku tidak ingin memberi kalian pilihan lagi. Kalian harus siap, nanti sore aku akan datang dengan segala perlengkapan pernikahan. Dan kamu berdandan lah yang cantik." Ucap rentenir sambil mengelus kepala Arini. Yang di balas dengan tatapan tajam oleh Arini.
Waktu terasa begitu cepat, Arini duduk di depan cermin memakai kebaya putih dengan perasaan yang hancur lebur.
"Apa akhirnya nasibku harus seperti ini, menikah dengan pria yang sangat tidak aku harapkan. Ya Alloh tolonglah hamba..." Arini membatin dengan berurai air mata.
Sementara Ranti akhirnya memutuskan pergi ke resto tempat Arini bekerja untuk menemui Doni. Beruntung Doni ada di tempat saat itu.
Ranti menceritakan masalah Arini pada Doni. Mendengar itu semua, Doni segera pergi ke rumah Arini mencegah pernikahan itu terjadi.
****
Semoga Doni datang tepat waktu...
Terimakasih untuk semua yang sudah mendukung karyaku.
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
MUKAYAH SUGINO
Lanjut
2021-02-01
0
Astria
kira kira apa ya karma iren....haduh gemezzzzz gemez bnget akuh thooorrr
2020-12-11
0
Tarie Maryadi
bodoh ya Arini knpa ga ngasih tau Juna tentang anaknya
2020-11-24
0