Sejak pertemuan itu, Juna terus memikirkan Iren, apa mungkin Iren adalah gadis itu. Iren yang menyadari rasa penasaran Juna, tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Iren sering datang ke kampus Arini bukan untuk Arini hanya untuk mencari kesempatan bertemu Juna.
Akhirnya Juna dan Iren mulai intens bertemu, sekedar ngobrol membahas kejadian enam tahun lalu atau sekedar jalan berdua. Iren yang sudah banyak tahu kronologis kejadian itu dari Arini, tentu membuat setiap ucapannya mampu meyakinkan Juna bahwa dialah gadis penolongnya.
Juna semakin yakin gadis itu adalah Iren, hubungan antara mereka pun semakin dekat. Mulai tumbuh benih-benih rasa yang sulit ia artikan, sekedar terima kasih atau lebih dari itu.
Juna memang jatuh hati pada gadis penolongnya dan kini dia tahu sosok gadis itu adalah Iren, apa berarti dia juga jatuh hati pada Iren. Entahlah Juna sendiri sulit mengartikan perasaannya. Bagaimana dengan Arini, relakah Juna melepaskannya. Juna semakin sulit mengambil pilihan.
Tapi kenyataannya Iren selalu menempel pada Juna membuat hubungan meraka semakin intim, yang sekaligus membuat hubungannya dengan Arini semakin jauh.
Juna menyadari tindakannya akan melukai Arini, akhirnya ia memutuskan mencari waktu yang tepat untuk berterus terang pada Arini. Selama ini Juna terlalu banyak membohongi Arini dengan alasan sibuk kerja saat Arini meminta bertemu bahkan saat Arini membutuhkan bantuannya.
Bukan kelegaan yang Juna dapat setelah ia berterus terang pada Arini melainkan sesak di dadanya dan sakit di hatinya, ia masih belum rela melepas Arini. Sungguh Juna memang egois, ia menginginkan keduanya.
Juna mencoba menetralisir perasaanya dengan berkumpul dengan beberapa temannya minum-minum di club sampai dia mabuk berat. Di setiap ocehannya selalu ada nama Arini, bahkan dia menolak diantar pulang oleh temannya.
Yang Juna mau hanya Arini, temannya pun segera menghubungi Arini dari handphone Juna. Sayangnya Arini meninggalkan handphone miliknya di meja makan setelah menyelesaikan makan malam dengan Iren.
Iren yang mendengar dering handphone milik Arini langsung menghampirinya, terlihat nama Mas Juna di layar handphone tersebut. Segera Iren menerima panggilan tersebut, ternyata bukan Juna orang yang berada di ujung telepon sana melainkan orang lain yang mengabarkan kalau Juna dalam keadaan mabuk dan tidak bisa pulang sendiri.
Iren langsung berpamitan pada Arini tanpa di ketahui Arini, kenapa Iren buru-buru pergi. Setelah sampai di club, Iren mendapati Juna dalam keadaan setengah sadar. Segera dia memapah Juna dan membawanya pulang ke apartemen milik Juna.
Yang Juna sebut masih saja Arini, ia mengira perempuan yang mengantarnya pulang adalah Arini. Mendengar nama Arini selalu disebut membuat hati Iren panas. Ia mendorong Juna dan segera melangkah pergi namun ditarik tangannya oleh Juna sampai terjatuh ke pangkuan Juna. Juna tidak mampu mengendalikan dirinya, ia mendorong iren ke tempat tidurnya. Iren pasrah mengikuti permainan Juna tanpa perlawanan.
Akhirnya kamar dan seisinya menjadi saksi penyatuan tubuh mereka. Air mata membasahi wajah Iren, bagaimana tidak di saat seperti itu yang Juna sebut hanya nama Arini. Iren baru sadar Juna mencintai Arini tanpa alasan.
Sinar matahari mulai menelusup memecah gelapnya ruang hening itu. Juna yang mulai merasa silau mencoba membuka matanya, kepalanya terasa berat efek minuman semalam.
Merasa ada yang bergerak, membuat Juna menoleh ke sampingnya. Betapa terkejutnya, melihat Iren berada di tempat tidurnya bahkan satu selimut dengan dirinya.
Juna mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, akhirnya Juna ingat semuanya. Juna segera beranjak ke kamar mandi sambil mengutuki dirinya sendiri. Iren juga mulai membuka matanya, terasa sakit di sekujur tubuhnya karena ini memang pertama baginya.
Melihat Iren yang sudah bangun, Juna meminta maaf dan berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Iren hanya menangis, ia tahu Juna hanya mencintai Arini bodohnya ia yang tak menolak perlakuan Juna tadi malam.
Flashback off
Lemparan bollpoint membuyarkan lamunan Juna.
" Breng*** gak bisa apa lo pake cara lain buat manggil gue." Bentak Juna pada Roy rekan kerja sekaligus sahabatnya.
" Dari tadi gue dah panggil-panggil lo, lo nya kagak nyaut-nyaut kebanyakan ngelamun kayak ABG putus cinta aja." Cibir Roy yang tidak digubris oleh Juna.
" Ehh junn, emang lo kenapa. Apa lo di putusin sama cewe baru gede lo ya?" Ledek Roy yang masih penasaran.
"Diam lo..., berisik mulu, apa mau gue sumpel mulut lo pake pembalut?" gara-gara denger iklan pembalut di tv bikin Juna malah ngomongnya pembalut...(hihihi..).
"Jangan-jangan emang bener lo lagi dapet makanya dari tadi emosi mulu." Roy masih saja ngeledek Juna, membuat Juna makin marah dan keluar sambil membanting pintu.
" Pintu gak ada salah, gak usah dibanting gitu kali," gerutu Roy.
" Lo tu becandanya kelewatan Roy, si Juna tuh lagi sensi." Sahut Doni yang juga sahabat Juna.
" Emang lagi kenapa si tu bocah?" Tanya Roy.
Doni hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.
" Ehh Don, lo kenal nggak sama ceweknya Juna. Gue penasaran kaya apa sih?" selidik Roy.
" Kenal si enggak, cuma pernah lihat dua atau tiga kali. Yaa cantik, lo pasti bakalan jatuh cinta kalau lo lihat dia," jawab Doni.
" Eits..., jangan bilang lo juga suka sama tuh cewek."
" Kalau ada kesempatan pasti bakalan gue rebut." Canda Doni dengan senyum nakalnya.
" Sialan lo mau makan temen sendiri." Sambung Roy tanpa menghentikan candaan mereka.
Kedua sahabat Juna itu belum tahu kalau Juna sudah putus dari Arini, Juna cukup tertutup soal masalah pribadinya.
Juna duduk menyendiri di pantry kantornya, dia putus asa mencari keberadaan Iren yang tiba-tiba menghilang.
Dia teringat lagi dengan Arini, Juna mengusap layar Handphone membuka foto-fofo Arini yang selama ini tak pernah dia hapus satu pun. Juna merindukan Arini, ia mencoba menghubunginya namun diurungkan ketika dia ingat perbuatannya pada Iren malam itu.
Di tempat lain Arini sibuk dengan kuliah dan pekerjaan sampingannya. Arini menjalani harinya dengan normal menikmati masa mudanya. Sesekali jalan bareng teman-temannya mengerjakan tugas atau sekedar nongkrong saja.
Arini duduk berjalan membawa beberapa botol air mineral dan camilan, sepertinya dia bakalan nonton bareng teman-temanya. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari samping.
" Arini...!" sapa seorang wanita.
" Ehh..., Kak Melin apa kabar Kak?" tanya Arini.
" Baik Rin, wahh kakak jadi kangen masa kuliah kakak kumpul bareng temen-temen kaya kamu gini," ucap Melin.
" Ayo Kak ikut aja biar tambah rame," Ajak Arini.
" Ogah ah rin, beda generasi tau. Entar malah nggak nyambung." Jawab Melin dengan senyumnya.
" Ya udah kalau gitu Kakak pamit ya, masih ada urusan soalnya. Oya Ibu kangen, sempetin dong main ke rumah." Ucap Melin dengan penuh harap.
" Iya Kak, aku juga kangen Ibu. Kapan-kapan aku kesana kak." jawab Arini.
"Ok..., kakak tunggu ya." Ucap Melin sambil berlalu.
" Iya Kak hati-hati di jalan."
Melin pergi dengan perasaan lega melihat Arini seperti sudah melupakan Juna. Sementara Arini segera masuk bioskop bareng temannya dengan begitu bahagia.
Lain halnya dengan Iren, Iren tengah menunggu waktu persalinannya tiba dengan kesepian. Ia nampak sehat dengan perut buncitnya, Iren sengaja bersembunyi agar kehamilannya tidak diketahui awak media. Karena saat ini dia baru saja memulai karirnya di industri hiburan, dia tau betul kehamilannya akan merusak reputasi dan karirnya.
Waktu yang ditunggu tiba, Iren merasakan nyeri di bagian perutnya. Asisten Iren segera menbawanya ke rumah sakit. Iren segera ditangani oleh dokter kandungan di rumah sakit tersebut.
Setelah melalui proses yang cukup menegangkan akhirnya lahirlah bayi perempuan cantik melalui operasi caesar.
Setelah beberapa jam paska operasi dan kondisi Iren sudah stabil, seorang suster membawa bayi dan menyerahkanya pada Iren.
" Selamat ya bu Arini, bayi anda sehat dan cantik sekali. Ibu sangat beruntung." Ucap Suster menyebutnya Arini.
***
Lho kok jadi Arini, bukanya yang lahiran si Iren... ada apa ini...??
Penasaran...ikuti terus ya kisahnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
👑☘ɴͪᴏͦᴠᷤɪͭᴛͤᴀᷝ💣
flownya asik. alurnya enak. otornya jg gak pelit. satu episode banyak isinya hehehe... smangatt y, tor
2021-11-06
0
Sinsin Nur Syifa Karimah
nama iren di cerita mak Lampir semua... amit2
2021-09-04
0
Fi Fin
iren hamil anak juna kah thor ..
perempuan laknat
2021-06-06
0