Matahari mulai terasa panas menyengat permukaan kulit, membuat wajah Arini yang putih mulus nampak memerah. Arini menapaki jalanan komplek perumahan, tentunya rumah orang tua Iren yang dia tuju.
Sampailah Iren di rumah tersebut, terlihat sepi namun Arini mencoba mengetuk pintu sambil mengucapkan salam dengan suara keras. Seorang wanita paruh baya nampak membukakan pintu itu.
"Assalamu'alaikum..., maaf Bi apa Iren ada di rumah?" tanya Arini dengan sopan.
" Maaf Mba, Mba Irennya sudah hampir lima bulan ini tidak pernah pulang ke rumah," jawab wanita itu, yang sepertinya asisten rumah tangga keluarga Iren.
"Apa Bibi tahu dimana Iren?"
"Terakhir Non Iren telepon saya, dia bilang tinggal di kantornya Mba?" jawab wanita itu sambil mengingat-ingat.
"Bi tolong beri tahu aku alamatnya, Bibi tahu kan?" tanya Arini lebih jauh, Arini akhirnya mendapatkan alamat tersebut.
Arini segera memanggil tukang ojek yang mangkal di komplek itu. Kurang dari satu jam Arini sampai di alamat yang diberikan wanita tadi. Yang dimaksud kantor adalah sebuah apartemen yang cukup mewah yang terletak di pusat kota.
Iren memang menyewa sebuah apartemen yang digunakan untuk segala kegiatan yang menunjang karirnya. Segera Arini memencet tombol lift menuju lantai tujuh No. 11 sesuai alamat yang dia dapatkan.
Tidak sulit untuk menemukan apartemen Iren, Arini memencet bel beberapa kali namun tidak ada tanda-tanda pintu terbuka.
Setelah lebih dari satu jam menunggu di koridor apartemen tersebut tanpa hasil, Arini memutuskan untuk pergi. Arini ingat kalau Ranti ada jadwal kuliah siang, dia segera kembali ke rumah Ranti bergantian menjaga bayi itu.
Arini duduk dengan lesu. "Gimana rin, ketemu Irennya?" tanya Ranti sambil menggendong bayi Iren.
"Di rumahnya nggak ada, di apartemennya juga sepi?" jawab Iren dengan lesunya.
"Tenanglah, pasti bakalan ada jalannya," Ranti mencoba menenangkan Iren.
"Kamu kan ada jadwal kuliah siang, cepet berangkat sana takutnya telat entar kena marah dosen killer," perintah Arini dengan mencoba bercanda.
Keesokan harinya Arini datang lagi ke apartemen itu, menunggu dan menunggu sampai berjam-jam namun masih belum ada tanda-tanda kemunculan Iren. Sampai hari ke 3, 4 dan 5 Arini belum mendapatkan hasil tapi masih yakin Iren bakalan datang ke apartemen tersebut.
Sampai hari ke 6, Arini datang kembali ke apartemen itu. Beruntung hari itu Ranti tidak ada jadwal kuliah jadi dia bisa lebih lama memata-matai tempat itu. Hampir seharian Arini menunggu, sampai dia tak tahan lagi mematung di tempat yang sama berjam-jam. Dengan putus asa Arini memilih pergi dan memutuskan untuk tidak kembali ke apartemen itu.
Arini masuk lift menuju lantai dasar. Belum sampai pintu lift tertutup, seorang pria menenteng beberapa paper bag nampak keluar dari apartemen Iren.
"Pasti pria itu ada hubungannya dengan Iren." Arini membatin.
Arini berdiri di halaman luar apartemen menunggu pria tadi keluar. Pria tadi tak juga nampak, Arini lupa mungkin saja pria tadi ke tempat parkir dan keluar dengan mobilnya.
" Bisa aja dia keluar pake mobil, kenapa aku nggak mikir sampai ke situ, bodoh." Arini kesal dengan dirinya sendiri.
Tiba-tiba terlihat sebuah mobil melaju melewati Arini, Arini yakin yang mengedarai mobil itu adalah pria yang keluar dari apartemen Iren. Arini segera lari mengejar, dia meminta tukang ojek untuk membawanya membuntuti mobil tadi.
" Pak tolong cepet ya, ikuti mobil silver yang baru melaju tadi, "pinta Arini tergesa-gesa.
" Baik mbak," jawab tukang ojek sembari siap-siap mengejar mobil silver tadi.
Sudah sekitar satu jam tapi mobil itu belum nampak sampai ke tujuannya. Arini terus mengikuti dengan hati-hati, takut diketahui si pengendara mobil. Tiba-tiba mobil itu belok ke sebuah komplek perumahan sederhana.
"Pak..., kita dari jauh aja. Takut dia curiga," ucap Arini sambil mengarah ke mobil yang mereka buntuti.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana namun nampak nyaman. Arini mengamati dari kejauhan, pria dalam mobil keluar dengan barang bawaanya yang cukup banyak. Pria itu mengetuk pintu, dan seorang perempuan muda membukakan pintunya.
"Ternyata kamu di sini Iren," Arini membatin, melihat perempuan itu yang tidak asing baginya.
Arini sudah tak tahan ingin menemui Iren. Arini mendekat dan mengetuk pintu rumah itu sambil meredam emosinya, mencoba untuk tenang. Seorang pria membukakan pintu itu, tanpa basa-basi Arini langsung menanyakan Iren.
"Aku mau ketemu Iren", ucapnya dengan tegas.
"Biarkan dia masuk," ucap seorang wanita dari dalam yang tidak lain adalah Iren.
Arini mendekat dan langsung melayangkan tanganya ke pipi mulus Iren.
" Kenapa kamu lakukan ini pada ku hah..., dan ibu macam apa kamu meninggalkan anakmu begitu saja," teriak Arini penuh emosi. Iren hanya tersenyum sinis sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
Pria tadi yang adalah asisten Iren ingin membantu Iren namun Iren melarangnya. Iren memberikan kode agar asistennya meninggalkan mereka.
" Kenapa diam..., kenapa diam...?" Teriak Arini dengan air mata yang sudah tak bisa dia tahan sambil mendorong Iren sampai akhirnya mereka terjatuh bersama.
"Aku mesti gimana, memang semuanya adalah salahku," jawab Iren dengan santainya.
"Kamu adalah temanku yang paling baik, kita berbagi beban bersama, bukankah itu adil?" Iren masih berbicara santai dengan senyum sinisnya.
"Apa maksud kamu berbagi beban, apa kesalahan yang kamu lakukan harus aku yang menanggung?" tanya Arini masih emosi yang tidak habis pikir dengan pemikiran Iren.
"Anak itu tidak akan ada jika bukan karena kamu." Ucap Iren yang mulai nampak terbawa perasaan.
"Apa hubunganya denganku hah...?" tanya Arini yang semakin bingung.
"Hahahahaha..., kenapa aku selalu sial dan kamu yang beruntung," Iren malah tertawa sambil menangis meratapi nasibnya.
"Sudahlah nggak usah bertele-tele lagi, sekarang ambil kembali bayi kamu, rawatlah dia dengan baik lalu menikahlah. Jadilah istri dan ibu yang baik." Ucap Arini ingin segera merampungkan masalahnya.
Arini hendak berdiri namun tanganya ditarik oleh Iren. Iren memeluknya," jika aku membawanya denganku sama artinya aku membunuhnya. Untuk apa aku melahirkannya jika nantinya aku yang membunuhnya." Ucap Iren dengan terisak.
" Pergilah, jika kamu tidak mau merawat bayiku, buang saja seperti yang aku lakukan padanya.
Usir Iren dengan raut wajah putus harapan sambil melepaskan pelukannya pada Arini. Arini masih tidak mengerti dengan semua penjelasan Iren.
"Siapa ayahnya, biar aku antarkan dia pada ayahnya." Tanya Arini melembut.
"Bayi itu ditakdirkan untuk jadi anak kamu, rahimku hanya untuk menitipkanya sementara." Ucap Iren yang makin membuat Arini kesal.
"Sepertinya kamu sudah gila Iren, omonganmu nglantur nggak jelas maksudnya." Jawab Arini sambil bangkit dan berlalu meninggalkan Iren. Perjuanganya mencari Iren hingga menemukanya hanya sia-sia tidak memberinya jalan keluar.
"Jika saat itu yang terlihat di matanya adalah aku mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini, di matanya hanya ada Arini..., Arini...," ucap Iren yang sudah seperti orang linglung. Arini terhenti saat mendengar apa yang dikatakan Iren.
"Apa sebenarnya yang mau kamu katakan?" tanya Arini singkat.
" Yaaa..., seharusnya itu anak kamu, karena di mata Juna saat itu adalah kamu hingga dia menginginkannya, Jika saat itu dia sadar yang dihadapannya adalah aku maka tidak akan terjadi seperti ini." Kalimat-kalimat Iren membuat Arini terkejut.
" Juna..., Juna..., maksud kamu ayah bayi itu adalah Juna?" tanya Arini dengan mata memerah.
"Apa kamu tau rasanya, saat bersama dengan seorang pria tapi nama yang selalu disebutnya adalah perempuan lain?" Iren bercerita dengan tatapan kosong. Sementara Arini hanya terdiam berurai air mata.
" Arini..., Arini..., dan Arini... nama itu yang selalu Juna sebut, padahal yang bersamanya adalah aku, yang dia tiduri adalah aku," Iren kembali menjelaskan berurai air mata.
***
Tahan...tahan...!!
Ditahan ya emosinya...!!
dilanjut besok lagi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Ranze_Shuun😊☺️
udh kasih aja k Juna anaknya.
2021-10-21
0
Fi Fin
bener2 biadab iren
2021-06-06
0
Putri Rahma
woy maemunah kalo ajeh elo kaga kecentilan godain juna duluan kaga bakal begeneh ceritanya😂😂😂
2021-03-26
0