Kepergian sang ayah sudah setengah tahun berlalu, namun masih menyisakan perih di hati Arini. Arini termenung di kursi ruang tengah, tempat ayahnya selalu melakukan banyak kegiatan setiap harinya.
"Arini, apa semuanya sudah selesai kamu kemasi?" Tanya sang Ibu membuyarkan lamunannya.
"Bu, aku berhenti kuliah saja, aku akan kerja dan melunasi hutang kita. jangan jual rumah ini Bu." Arini tidak rela harus menjual rumah yang menyimpan banyak kenangan itu.
"Jika tidak ada anak itu kita tidak akan hutang sebanyak ini." Jawab Bu Mira singkat namun penuh amarah, membuat Arini tidak mampu berkata-kata lagi.
Arini menatap setiap sudut rumah itu dengan air mata yang tertahan, dia masih tidak rela harus meninggalkan tempat itu. Meninggalkan kenangan masa kecilnya juga kenangan bersama ayahnya.
"Bu..., Ibu..." suara Cila (panggilan untuk Asilla) yang belum fasih menyadarkan Arini dari kesedihannya.
"Anak Ibu sudah bangun?" jawab Arini sambil mengusap air matanya dan memeluk hangat putri kecilnya itu.
"Cila sayang, maaf ya kita harus pindah dari rumah ini. Ibu janji, nanti kita beli rumah yang lebih nyaman. Ucap Arini dengan senyum yang tujannya menenangkan diri sendiri sambil mengemasi barang-barangnya.
Dan dijawab ocehan lucu Cila sambil ikut menumpuk-numpuk bajunya, mungkin ingin membantu tapi malah membuat berantakan. Namun ulah Cila tak lantas membuat Arini marah, dia sangat sabar menghadapi putrinya itu.
"Rin, sudah nggak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Ranti yang datang menjemput mereka dengan mobilnya.
"Sudah aku bawa semua." Jawab Arini sambil menatap rumah itu dengan sendu.
Ranti yang paham dengan perasaan sahabatnya itu memilih diam, dia sabar menunggu Arini siap untuk meninggalkan tempat itu.
Sementara Bu Mira memilih segera masuk mobil memendam kesedihannya. Arini pun menyusul masuk ke mobil dan segera meninggalkan rumah itu, rumah yang sangat nyaman baginya.
Kurang dari satu jam mereka sampai di sebuah rumah yang telah Bu Mira beli, rumah kecil yang juga cukup nyaman meski jauh berbeda dari rumah mereka sebelumnya. Bu Mira memilih rumah itu karena cukup dekat dari kampus Arini, juga tidak terlalu jauh dari rumah yang lama.
Arini yang dibantu Ranti segera memasukan barang-barangnya ke dalam rumah yang baru diikuti Bu Mira yang membawa barang ringan saja mengingat kondisi fisiknya yang tidak muda lagi. Sementara Cila yang tertidur lelap sudah dipindahkan ke kamar.
"Makanannya sudah sampai Ran, dimakan dulu!" Teriak Arini memanggil Ranti yang masih sibuk membantu menata rumah itu.
" Bentar Rin, ini tanggung mau selesai." Sahut Ranti dari belakang.
"Rin, Tante..., aku pamit dulu ya." Ranti pamit pulang setelah rumah baru Arini tertata cukup rapi.
" Iya Ran..., makasih banyak ya, udah belain capek bantu kami."
" Iya Nak Ranti, terimakasih banyak dan hati-hati dijalan ya." sahut Bu Mira.
"Itu baru namanya sahabat, ada saat senang ataupun susah. Bukan ada malah bawa masalah." Sindir Bu Mira pada Arini dengan menatap benci pada Cila. Arini hanya menunduk paham maksud ibunya.
Di tempat lain Doni yang sudah sampai di Jogja disambut pelukan hangat Bu Rini ibundanya.
"Kamu sehat Nak?" Tanya Bu Rini sambil memeluknya erat.
"Sehat Bu, aku kangen banget sama Ibu. Ucap Doni yang juga memeluk ibunya.
"Taruh tas kamu di kamar lalu ganti baju dulu. Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu, kita makan bareng.
"Siap Bu," jawab Doni dengan senyumnya.
Malam hari Doni pergi keluar dengan sepeda motornya menyusuri jalanan Malioboro. Dia sangat merindukan pemandangan malam kampung halamannya itu. Setelah itu Doni mampir ke sebuah cafe temannya yang berada tepat di depan sebuah resto makanan cepat saji.
"Hai bro apa kabar...?" Sapa si pemilik saat melihat Doni masuk.
"Baik, waah usaha kamu udah sukses ya?" Tanya Doni sambil menyalami sahabatnya yang sedang sibuk meracik kopi.
"Ahh..., ini si masih belum sebanding dengan kesuksesan usaha kamu Don." Jawabnya merendah.
"Aku juga masih dalam tahap belajar kok, kayanya kamu sibuk banget, aku kesana dulu ya." Ucap Doni sambil menunjuk kursi kosong di sebelah jendela kaca.
" Ok bro..., nanti aku racikan kopi terbaik khusus buat kamu." Ucap pemilik cafe dijawab Doni dengan acungan jempol tangan kanannya.
Doni duduk sambil menikmati pemandangan luar dengan rintik gerimis yang membuat suasana terasa syahdu. Terlihat dari kejauhan seorang gadis yang berlari kecil sambil menutupi kepalanya, seperti dia kenal dengan wajah itu.
Doni beranjak dari duduknya mengejar gadis itu.
" Sorry bro..., aku keluar bentar, nanti balik lagi." Pamit Doni pada temannya sambil berlari gugup tanpa menunggu jawaban temannya tersebut.
"Arini, apa benar dia Arini?" tanya Doni dalam hati sambil mengikuti arah gadis itu berlari tapi sayang gadis itu sudah tidak terlihat lagi. Akhirnya Doni memilih kembali ke cafe tadi.
Saking asiknya ngobrol dengan teman lamanya membuat Doni lupa waktu. Jam 1 malam Doni kembali kerumahnya, di dalam kamarnya yang sepi terbayang gadis yang dilihatnya tadi. " Kenapa gadis itu selalu muncul di pikiranku?" gumamnya dalam hati.
Esok paginya Doni berangkat ke resto miliknya. Mulai hari ini dia akan terjun langsung menanganinya sendiri. Resto yang letaknya cukup strategis itu tidak terlalu besar, namun tempatnya yang nyaman dengan dekorasi unik sangat menarik untuk dikunjungi.
Hari ini cukup melelahkan bagi Doni. Karena dia tak hanya duduk menunggu laporan saja, tapi turun langsung mengawasi resto yang selalu ramai didatangi pelanggan silih berganti.
Setelah semua kegiatan di resto selesai Doni memilih segera pulang. Di tengah perjalanannya dia teringat akan gadis kemarin malam. Akhirnya Doni memilih mampir ke resto siap saji itu, berharap bertemu gadis itu.
Doni duduk dan memesan makanan meski tidak lapar. Setengah jam dia duduk, gadis itu sama sekali tak terlihat. Doni yang putus asa akhirnya memutuskan untuk beranjak dari resto tersebut dan kembali ke rumahnya.
"Bagaimnana bisa aku berharap melihat gadis itu lagi di tempat yang sama, dia tidak mungkin mampir ke sini setiap hari." Gumamnya dalam hati.
Sementara Arini sibuk di belakang membersihkan dapur resto yang sudah tidak ada lagi aktifitas memasak karena sudah waktunya tutup.
Setelah pekerjaannya selesai, Arini segera mengganti pakaiannya dan pulang. Sebelum Arini memesan ojek dari aplikasi online, Arini teringat susu Cila yang sudah hampir habis. Segera Arini menuju minimarket untuk membeli susu dan kebutuhan lainnya.
Nampak sekilas di luar minimarket seorang pria yang sedang menikmati segelas kopi sambil menghisap rokoknya.
"Apa sebegitu nikmatnya rokok, hingga membuat banyak orang kecanduan. Padahal kan buang-buang duit." Gumamnya dalam hati tanpa memperhatikan pria itu sama sekali.
Setelah membayar belanjaannya Arini keluar dari minimarket. Masih nampak olehnya pria tadi di tempat yang sama dengan posisi membelakangi dirinya.
"Selamat menikmati tuan...!" Arini membatin dengan senyum lucunya sambil menunggu ojek online yang sudah dipesannya.
Hampir bersamaan pria di depan minimarket itu juga beranjak dari duduknya setelah menghabiskan segelas kopi dan dua batang rokok tanpa menengok ke arah belakangnya.
***
Duhh..., ada apa ya sama si Doni?
Kenapa penasaran banget sama gadis yang dirasa mirip Arini?
Jangan lupa tinggalkan like jika suka dan kritik saran di kolom komentar agar kedepannya saya bisa menghasilkan karya yang lebih baik.
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
👑☘ɴͪᴏͦᴠᷤɪͭᴛͤᴀᷝ💣
owhh... arini akan sm doni.
tp ckup gak masuk akal sih.. arini mau aja besarin anak dr para pengkhianat d hidupnya
2021-11-06
0
Fi Fin
buat doni sama arini thor ..biar juna dan iren merana
2021-06-06
2
MUKAYAH SUGINO
Doni sama arini aja thor
2021-02-01
0