Bab 4

Iren menyuruh asistennya untuk mendaftar perawatan di rumah sakit menggunakan identitas Arini. Memang sudah Iren rencanakan jauh hari. Saat mereka bertemu setengah tahun lalu, Iren sempat mengambil kartu identitas (KTP) Arini yang kemudian ia foto.

Iren menghubungi Arini, dengan memelas dia meminta Arini menemuinya di rumah sakit dengan segera. Arini pun menuruti permintaan sahabatnya itu.

Arini menuju kamar dimana Iren dirawat, ruang Anggrek no 5 yang Arini ingat-ingat. Setelah menemukanya segera Arini mengetuk pintu dan membukanya. Betapa kagetnya Arini melihat Iren sedang menyusui seorang bayi. Iren yang melihat Arini, menyuruhnya masuk.

" Masuklah…!" sapa Iren dengan wajahnya datarnya.

"Apa yang kamu lakukan, apa dia anakmu ?" Tanya Arini yang masih terkejut melihat pemandangan itu. Iren hanya menganggukan kepalanya.

"Kapan kamu menikah, kenapa nggak kasih kabar, dan mana suami kamu?" Tanya Arini bertubi-tubi.

"Aku belum menikah." Jawab Iren dengan raut wajah yang menyedihkan.

"Bayi ini lahir bukan karena kemauan kami, apalagi dia sama sekali nggak mencintaiku." Lanjut Iren menjelaskan pada Arini.

Arini terdiam, hanya sesekali melihat dan mengelus bayi itu.

"Malang sekali nasibmu yang lahir tanpa diinginkan." Arini membatin dengan rasa ibanya.

"Apa ayahnya tidak mau bertanggung jawab?" Arini mempertanyakan ayah bayi itu.

"Kami sudah lama berpisah, bahkan dia tidak tahu kalau aku hamil anaknya." Jawab Iren yang hanya menundukan kepalanya.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Tanya Iren.

"Aku akan menyembunyikan identitas bayi ini dari siapapun termasuk ayahnya, aku tidak mau melepas karirku yang baru saja aku mulai." Tegas Iren dengan mata berkaca-kaca.

"Baiklah, aku mengerti kondisi kamu, tapi jangan lakukan hal buruk pada bayi ini, dia nggak berdosa." Pinta Arini sambil mengusap kepala bayi itu.

"Bagaimana kalau aku berikan dia ke kamu saja Rin?" Tanya Iren dengan entengnya.

"Jangan bercanda, aku belum mampu ngurus diriku sendiri bagaimana ngurus bayi?" Jawab Arini yang mengira Iren hanya bercanda.

"Tidurlah, kamu masih butuh banyak istirahat, biar aku yang jaga bayi ini." Ujar Arini sambil mengarahkan matanya pada bayi itu.

Arini melihat jam di pergelangan tanganya, menunjukan jam 08.30 malam. Melihat Iren tertidur pulas dan tidak ada orang lain yang akan menjaga bayi itu membuat Arini memutuskan untuk menginap dan menjaga bayi itu sementara Iren beristirahat. Tak tahan dengan kantuknya, Arini merebahkan diri di sofa dan memejamkan matanya.

Pukul 04.00 pagi Iren membuka matanya, ia melihat Arini yang masih tertidur pulas. Iren mendekati bayinya, memandanginya dalam-dalam sambil mengelus lembut wajahnya.

"Maafkan mama nak, mama hanya bisa menemanimu sampai saat ini saja, lihatlah disana ada mama Arini yang pasti akan merawatmu dengan baik. Jadilah anak baik untuk mama Arini. Jangan nakal, mama janji kita pasti akan bertemu suatu saat nanti." Pamit Iren dengan berurai air mata terus mengecup wajah bayinya.

Setelah itu Iren beranjak pada Arini yang masih terlelap.

"Maafkan aku Rin, aku menimpakan beban berat buat kamu, aku tahu ini nggak bisa dibenarkan. Tapi satu-satunya orang yang aku percaya adalah kamu. Jaga bayiku Rin, maafkan aku." Pamit Iren yang masih berurai air mata sambil menyisipkan selembar surat.

Suara tangisan bayi menyadarkan Arini dari mimpinya. Arini kaget dan segera menghampiri bayi itu.

" Ren..., bangun Ren, bayimu mungkin haus!" Panggil Arini sambil menggoyangkan ranjang Iren, berpikir Iren masih tertidur pulas di ranjangnya. Arini yang merasa tidak ada sahutan lalu menoleh ke arah ranjang Iren.

" Ren..., kamu di kamar mandi ya, cepetan anakmu nangis nih, kayaknya dia haus." Panggil Arini yang belum merasa curiga sambil beranjak mencari Iren ke kamar mandi, kamar mandi pun kosong.

Sementara bayi itu terus menangis. Aku Arini menggendong bayi itu, mendapati sebotol susu yang masih hangat di dalam box bayi segera Arini mengambil dan menyusukanya.

Arini menuju ruang jaga perawat, " permisi Sus, apa Suster lihat pasien kamar no. 5 ibu bayi ini?" Tanya Arini sambil menunjuk ke arah bayi tersebut.

" Maksud Mba Ibu Arini ya? Tadi Bu Arini keluar pagi sekali setelah menyelesaikan semua administrasi dan biaya rumah sakit. Dan dia bilang bayinya akan dibawa pulang oleh temannya nanti siangan." Jelas Suster itu pada Arini.

" Arini? Yang Suster maksud Arini yang mana? saya Arini Sus!" Arini bingung dengan penjelasan Suster tersebut.

"Mba, bukankah pasien di kamar no. 5 itu atas nama Ibu Arini ya? Ini datanya mba, silahkan Mba bisa cek sendiri".

Arini melihat semua data yang diberikan Suster dan benar semua data atas nama dirinya.

"Oh Tuhan, apa maksudnya semua ini?" Ucap Arini masih kaget dengan apa yang dia lihat.

"Oya Mba, ini ada titipan dari Ibu Arini untuk anda." Suster menyodorkan sebuah stopmap pada Arini.

Arini yang pikirannya kacau memutuskan kembali ke kamarnya. Dia meletakan bayi Iren yang sudah tertidur kembali ke boxnya. Lalu ia membuka stopmap tersebut, sepertinya berisi dokumen kelahiran bayinya. Arini juga menemukan selembar surat yang berada di sofa tempatnya tidur tadi malam.

"*Arini...

Maafkan aku rin..., aku sungguh nggak mau melakukan hal ini ke kamu, tapi aku nggak punya pilihan lain. Kamu pasti sangat mengerti bagaimana kondisi keluargaku. Aku titip anakku anggaplah dia putrimu, aku percaya hanya kamu yang bisa menjaga dan merawatnya dengan baik. Maafkan aku...

Iren*"

Isi surat Iren tidak menjelaskan tentang identitas ayah bayi tersebut. Arini menjerit putus asa setelah melihat semua dokumen atas nama dirinya sebagai orang tua bayi tersebut.

Arini masih tidak habis pikir kenapa Iren melakukan hal sejauh ini. Menjadi ibu tanpa menikah, Arini tahu betul ini akan menjadi masalah bahkan aib bagi dirinya dan keluarganya.

Sinar lampu ruangan mulai memudar tersaingi matahari yang mulai meninggi. Arini masih termenung, ingin rasanya dia kabur meninggalkan bayi itu seperti yang dilakukan Iren, sampai suara tangisan bayi itu tidak dihiraukannya.

Arini membenci keadaan ini, tapi tangisan bayi itu semakin kencang membuat Arini beranjak menghampirinya, segera Arini mengganti popok yang dirabanya basah.

Arini menggendong bayi itu dengan menenteng satu tas penuh berisi perlengkapanya. Dia berjalan keluar rumah sakit tanpa bisa berpikir tempat yang ia tuju.

Ranti, yaa Arini teringat Ranti. Satu-satunya tempat yang terpikir oleh Arini adalah rumah Ranti.

Arini mengetuk pintu rumah Ranti. Ranti yang sedang berada di rumah segera membukanya, Ranti kaget melihat Arini yang kacau ditambah menggendong seorang bayi.

"Rinn...?"

Belum sempat Ranti melanjutkan kalimatnya, Arini menjatuhkan barang bawaannya dan memeluk Ranti. Ranti memapahnya masuk dan menyuruhnya duduk.

Beruntung si bayi sangat pengertian dia sama sekali tidak rewel, hanya tidur dengan tenangnya.

Setelah memberikan Air putih Ranti mulai menanyakan apa yang terjadi pada Arini. Arini menceritakan semuanya dengan menyodorkan dokumen yang Iren tinggalkan. Ranti merasa sangat iba pada sahabatnya itu.

"Kenapa temanmu tega banget nglakuin ini ke kamu Rin. Ya sudah sekarang kamu titipin saja bayi ini ke panti asuhan." Ranti mencoba memberi masukan pada Arini.

Arini menoleh pada bayi itu, ia melihat bayi itu tersenyum seolah menyetujui saran Ranti.

"Aku akan mencari Iren, selama aku mencarinya tolong bantu aku jaga bayi ini Ran." Pinta Arini.

"Baiklah kalau itu keputusan kamu Rin, aku bakalan dukung dan bantu kamu sebisaku." Ranti memeluk Arini dengan hangat, menguatkan hati Arini.

Keesokan harinya Arini mulai mencari Iren.

***

Apakah Arini bisa menemukan Iren...?

ditunggu kelanjutanya ya..

Terpopuler

Comments

Fa Rel

Fa Rel

jahat bgt lu ren

2022-02-27

0

Yusneli Usman

Yusneli Usman

Dasar sahabat tak punya hati,dah nikung tunangan orang,berzina dan sekarang ninggalin bayi ke sari...

2021-07-13

0

Diana Lestari Purba Dasuha

Diana Lestari Purba Dasuha

sahabat licik sudah ambil tunangannya..teruss menyerahkan bayinya lg sama Airin...
kejam Iren...tp benci jg nanti dgn karakter Airin d buat Thor pastinyaa

2021-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Ekstra part
73 Bab 73 Terlambat Mengerti 2
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Author Menyapa
167 Ekstra Part
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Ekstra part
73
Bab 73 Terlambat Mengerti 2
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Author Menyapa
167
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!