Doni mengajak Cila dan Arini ke taman pintar. Cila terlihat sangat antusias dengan semua yang dilihatnya di taman itu.
Melihat Cila sangat bahagia membuat Arini menyesal.
"Ibu macam apa aku, yang selama ini tidak memberikan apa yang diinginkan anaknya. Bahkan sekedar jalan-jalan saja aku tidak bisa menemaninya." Arini membatin dengan rasa bersalah.
Doni datang dengan membawa 3 botol minuman dan beberapa bungkus makanan ringan.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Doni sambil menyodorkan minuman itu pada Arini.
"Aku merasa bersalah pada Cila, selama ini aku tidak pernah melihatnya sebahagia ini," jawab Arini.
"Belum terlambat, masih ada waktu untuk memberikannya kebahagiaan yang lebih besar." Ucap Doni lalu meneguk minumannya.
" Ibu..., Ibu..., ke sini Bu!" panggil Cila yang duduk di ayunan.
Arini pun mendekat, "kenapa sayang?" tanya Arini.
"Ibu ayunkan Cila ya."
"Baik sayang."
Doni tersenyum melihat Arini dan Cila begitu bahagia.
"Kapan kamu akan membuka hatimu Arini, hingga aku bisa berada dalam kehidupan kalian." Ucap Doni dalam hatinya.
"Om..., ayo Om ikut ke sini!" Teriak Cila yang juga memanggil Doni.
"Kenapa sayang?"
"Om bisa kan mengayun ibu?"
Pertanyaan Cila membuat Arini dan Doni canggung. Namun tetap dituruti oleh Doni.
"Apa seperti ini sayang?" Tanya Doni sambil mengayun Arini yang duduk di ayunan memangku Cila. Mereka tertawa sangat bahagia, orang lain yang melihat akan mengira mereka satu keluarga.
Setelah puas bermain ayunan mereka duduk berteduh dari panasnya terik matahari sambil menikmati snak yang Doni beli tadi.
"Apa Cila lapar?" tanya Doni pada Cila saat melihat Cila memakan snak dengan lahapnya.
"Iya Om, Cila lapal banget," jawab Cila yang belum bisa mengucapkan huruf "r".
"Kalau gitu ayo kita makan dulu, Cila pengin makan apa?"
"Mi ayam saja Om." Jawab Cila mengejutkan Doni.
"Beneran kamu pengin makan mi ayam, nggak yang lainnya?" tanya Doni meyakinkan Cila, yang dijawab dengan anggukan Cila.
"Cila memang suka benget makan mi Pak." Ucap Arini memberitahu Doni.
"Kita tidak sedang bekerja, apa bisa kamu jangan panggil aku Bapak? Lagian aku kan bukan Bapak kamu." Doni merasa sedikit risih dengan panggilan Arini.
"Maaf pak, ehh Mas saya belum terbiasa." Ucap Arini merasa tak enak hati.
"Panggilan Mas lebih enak didengar." Doni tersenyum sumringah dengan panggilan baru itu.
Sesuai permintaan Cila, Doni membawa mereka ke warung mi ayam langganannya. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di warung itu. Mereka segera turun dari mobil.
"Kalian masuk dulu, biar aku yang pesen," ucap Doni pada Arini.
" Aku sama Cila pesenin satu aja Mas, takut nggak habis." Arini menuntun Cila masuk ke dalam terlebih dulu.
" Pak, pesen mi ayamnya 2 ya, makan di sini saja." Doni belum beranjak menunggu bapak penjual mi menengok ke arahnya.
"Ehh..., Den Doni lama banget nggak kesini ya, maaf Bapak tadi lagi ketanggung jadi nggak lihat Aden. Aden sendirian?"
"Hari ini aku nggak sendirian pak." Ucap Doni sambil menunjuk ke arah Arini dan Cila duduk.
"Itu istri sama anak Aden ya? Aden memang pinter pilih pasangan, istri Aden cantik banget."
Doni hanya tersenyum penuh makna mendengar kalimat itu. "Semoga saja mereka segera menjadi istri dan anakku." Doni membatin.
Doni masuk dan duduk bergabung dengan Arini dan Cila. Mereka duduk lesehan dengan santai. Arini beberapa kali mengambil foto Selfi dirinya dengan Cila.
"Om fotoin kita ya!" pinta Cila dengan ringannya.
Doni menuruti permintaan Cila, dia mengambil alih handphone Arini.
"Siap-siap ya 1,2,3..., ya," melihat Arini dari layar handphone membuat Doni tidak fokus, dia merasa kagum dengan wajah Arini yang begitu cantik meski tanpa polesan make up.
"Sudah belum Om, kok lama banget si." Ucapan Cila mengejutkan Doni.
" Sudah sayang, lihatlah kamu cantik banget." Doni menyodorkan handphone itu pada Cila sambil menatap Arini.
"Sekarang kita foto bareng ya Om!"
Doni menurut saja, dia menempel pada Cila dan Arini lalu mengarahkan layar handphone, mengambil foto Selfi.
Arini tersenyum canggung dengan posisi seperti itu. Sementara Cila nampak sangat bahagia. Sampai akhirnya pesanan mereka terhidang di meja makan.
Arini mulai menyuapi Cila, melihat Cila sangat lahap memakan mi ayam itu membuat Arini lupa menyuapkan pada mulutnya sendiri.
"Mi ayamnya enak nggak!" tanya Doni pada Cila.
"Enak banget Om, Cila suka." Jawab Cila singkat.
"Pesen satu lagi saja ya?" tanya Doni pada Arini saat melihat mangkuk di tangan Arini hampir kosong.
"Nggak usah Mas, ini Cila juga udah kekenyangan. tinggal aku yang makan."
"Makanlah yang banyak, jangan sampai kamu sakit." Doni memindahkan beberapa sendok mi ayamnya ke mangkuk Arini.
"Cukup Mas, nanti Mas Doni malah nggak kenyang." Doni hanya tersenyum mendengar ucapan Arini.
Setelah selesai, mereka beranjak keluar dari warung itu.
"Terimakasih Pak?" Ucap Doni pada pemilik warung.
"Sama-sama Den, sering-sering ya mampir ke warung!"
"Siap Pak."
Hari sudah sore, mereka pun sampai di rumah Arini. Arini kerepotan saat mengangkat Cila turun dari mobil.
"Biar aku saja yang menggendongnya." Doni segera mengangkat tubuh Cila dan membawanya masuk ke rumah.
Setelah Cila ditidurkan di kamarnya, Arini segera keluar mengantarkan Doni.
"Terimakasih banyak Mas, hari ini Cila sangat bahagia."
"Sama-sama, bukan hanya Cila saja yang bahagia tapi aku juga sangat bahagia. Aku pamit pulang dulu."
"Iya mas, hati-hati di jalan!"
Arini bukan tidak menyadari akan semua perhatian Doni, hanya saja dia takut tidak bisa membalas perasaan Doni sepenuhnya. Arini tidak ingin orang baik seperti Doni mendapatkan cinta yang hanya setengah hati.
Di tempat lain Doni yang sudah sampai di rumahnya segera masuk ke kamar. Diambilnya handphone dari saku celananya, lalu dibuka satu persatu foto yang telah dia kirimkan dari handphone Arini.
"Tetaplah seperti ini, jangan ada lagi kesedihan di wajahmu Arini." Doni menatap foto Arini dalam-dalam. Betapa dia ingin selalu membahagiakan gadis itu.
Pagi harinya Arini menghubungi Doni, mengabarkan kalau dia masuk setengah hari ingin mencari pekerjaan. Doni pun memberinya izin, walau sebenarnya Doni ingin Arini tetap bekerja bersamanya, mengangkatnya pada posisi yang sesuai dengan pendidikannya. Tapi Doni tidak mau mengekang Arini, dia membiarkan Arini memilih apa yang dia inginkan.
Ranti memberikan informasi lowongan pekerjaan pada Arini, mendengar itu Arini segera menyiapkan semua berkas persyaratannya. Perusahaan yang Arini tuju adalah sebuah perusahaan kosmetik.
Setelah semua berkas siap, Arini segera menuju ke alamat yang Ranti berikan. Terlihat ada beberapa orang juga yang mendaftar sama seperti Arini. Beruntung hari itu langsung diadakan tes sekaligus wawancara hingga tidak memakan banyak waktu.
Dengan perasaan gugup Arini menunggu gilirannya dipanggil. Dan akhirnya tibalah saat itu, Arini segera masuk, lalu duduk di hadapan tiga orang yang siap menodongnya dengan berbagai pertanyaan.
Meski gugup, Arini mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik, dan sekarang hanya tinggal menunggu hasilnya.
Sekitar satu jam Arini menunggu, akhirnya tiba saat pengumuman hasil tes sekaligus wawancaranya. Dengan harap-harap cemas Arini mendengarkan satu persatu nama pendaftar yang diterima. Dan akhirnya terdengarlah namanya disebutkan membuat Arini sangat bersyukur.
****
Perusahaan Juna juga perusahaan kosmetik kan, aduh jangan-jangan itu perusahaan Juna yang ada di Jogja.
Ditunggu terus ya kisahnya...
Jangan lupa like, komen sama sepeser votenya..😄😍
Happy reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
knp ya d cerita novel kbanyakn s cewe susah move on kya cwo d dunia ini udah habis az s arini knp ga terima s doni az
2023-01-13
0
Fa Rel
sok jual mahal arini pdhl doni tulus
2022-02-27
0
Meylantha Ranchaxbana
roman romannya bakal ketemu juna nich ,,,, jgn satuin ama juna thor g adil kl gtu
2021-02-05
0