Bab 7

Entah kenapa Arini merasa lebih tenang dengan keputusannya saat ini, meski dia belum tau bagaimana ke depannya nanti.

" Tuhan membawanya kepadaku, pasti ada rencana luar biasa di baliknya." Arini membatin dengan berpikir positif, dia mulai membuka hatinya untuk menerima keberadaan bayi itu di kehidupannya.

Arini memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya dengan membawa Asilla. Dia tidak yakin orang tuanya mau menerima Asilla, tapi keputusannya sudah bulat dia akan menjadi orang tua tunggal untuk Asilla, merawat dan menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.

Arini mengetuk pintu rumahnya, tanpa menunggu lama pintu pun terbuka.

" Arini, kenapa kamu bawa bayi, bayi siapa ini? " Tanya Bu Mira yang tak lain adalah ibunda Arini, kaget melihat putrinya membawa pulang seorang bayi.

" Arini masuk dulu bu, nanti Arini jelaskan semuanya." Ucap Arini sambil mencium punggung tangan ibunya, lalu melangkah masuk.

Arini segera menidurkan Asilla di kamarnya, kamar yang seminggu ini kosong ditinggalkannya.

Arini menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah menunggu penjelasannya. Tak lupa Arini juga mencium punggung tangan ayahnya yang tadi belum sempat dia temui. Kemudian dia duduk, melihat kedua orang tuanya diam dengan tatapan penuh tanya membuat Arini ragu untuk memulai penjelasannya.

" Arini minta maaf karena membawa bayi ke rumah ini, sungguh bayi itu bukan anakku. Dia hanyalah bayi malang yang tidak diharapkan keberadaannya, hingga Ibunya meninggalkannya begitu saja." Arini menjelaskan dengan menahan air matanya.

" Lalu anak siapa bayi itu?" Tanya Bu Mira.

" Bayi itu adalah anak Iren bu yang juga anaknya.... Mas Juna." Jawaban Arini sempat terhenti ketika sampai pada nama Juna.

" Apa..., anaknya Juna? maksud kamu Juna punya hubungan dengan Iren dan kamu membawa bayi dari hasil hubungannya itu ke rumah ini? Hati kamu terbuat dari apa atau pikiran kamu yang sudah tidak waras?" Pertanyaan Bu Mira yang bertubi-tubi penuh emosi.

" Bu, yang salah itu mereka, bayi ini nggak tau apa-apa." Ucap Arini lirih.

" Bawa anak itu pergi dari rumah ini?" Bu Mira membentak Arini.

" Nggak bu, Iren sangat membenci bayinya. Entah apa yang akan dilakukan Iren jika bayi itu bersamanya." Ucap Arini dengan tenang, dia tidak mau suasana semakin memanas.

" Berikan pada Juna atau berikan pada siapa saja yang mau menampungnya, ibu nggak mau bayi itu menjadi beban bahkan mungkin aib bagi keluarga kita." Bu Mira sangat kekeh menolak bayi itu.

Sementara Pak Haris sang ayah, hanya diam mencerna setiap kalimat Arini, berusaha memahami kondisi putrinya.

" Aku nggak akan membawanya kemanapun, aku akan merawatnya sendiri bu." Ucap Arini yang sudah tidak sanggup menahan air matanya.

" Apa kamu sudah tidak waras Arini, orang lain akan mengira itu anak kamu. itu akan jadi aib untuk keluarga kita, mempunyai anak di luar nikah, bahkan tidak bersuami, bagaimana nasib kamu nak. Ibu nggak sanggup Arini." Bu Mira menjerit histeris.

" Maafkan aku Bu!" Arini memeluk ibunya sambil terisak namun ibunya menolak dan mendorongnya. Sampai Arini bersujud di kaki ibunya dengan tangis yang tidak bisa dia kendalikan.

Melihat kejadian itu Pak Haris yang dari tadi diam segera mendekat menyuruh Arini bangun dan menghampiri istrinya.

" Bu, tenanglah, nanti kita pikirkan bagaimana baiknya." Ucap Pak Haris menenangkan istrinya.

" Bagaimana Ibu bisa tenang, melihat anak kita dengan kebodohannya mau menghancurkan masa depannya sendiri." Bantah Bu Mira sambil terisak.

Sementara Arini segera masuk ke kamarnya ketika mendengar suara tangisan bayi.

Segera Arini menggendong Asilla, " Tenanglah sayang, Ibu nggak akan tinggalin kamu lagi. Ibu akan ada di sisi kamu, merawat dan menjaga kamu semampu ibu." Ucap Arini menenangkan Asilla dengan menyebut dirinya Ibu. Setiap kalimat yang Arini ucap membuat Asilla lebih tenang, bayi itu berhenti menangis lalu tertidur.

Entah kenapa Asilla justru menjadi sumber kekuatan bagi Arini untuk menghadapi semua permasalahannya.

Sementara di kamarnya, Pak Haris terus menasehati istrinya itu untuk lebih sabar dan ikhlas. Dengan kesabaran dan kebijaksanaanya itu akhirnya mampu meluluhkan hati Bu Mira meski masih belum ikhlas sepenuhnya.

Keesokan harinya, mereka bertiga makan pagi bersama meski dengan suasana hening tanpa sepatah katapun.

" Apa kamu sudah siap dengan segala konsekuensi dari keputusan kamu?" Tanya Pak Haris pada Arini.

" Insyaalloh siap yah, Arini nggak peduli orang lain mau mikir apa. Alloh mengirimkan bayi ini sama Arini pasti ada tujuannya, dan pasti ada rencana indah di baliknya." Jawab Arini dengan tegar, entah dari mana dia mendapatkan ketegaran itu. Sementara Bu Mira hanya diam.

" Baiklah kalau keputusan kamu begitu, ditambah mengurus bayi bukan perkara mudah, kamu harus lebih sabar." Nasehat sang Ayah pada Arini.

" Insyaalloh Yah, Arini juga mohon cukup kita yang tahu asal usul Asilla, biar orang menganggap Asilla anak Arini. Kasihan Asilla kalau nantinya dia tahu bahwa ibu kandungnya telah membuangnya." Jelas Arini.

Mendengar perkataan Arini membuat ibunya mulai emosi, tapi ibunya lebih memilih ke dapur ketimbang bertengkar.

Arini mulai beraktifitas seperti biasa, hari ini dia mulai masuk kuliah setelah satu minggu dia izin. Beruntung ayahnya mau menjaga Asilla, sehingga Arini bisa lebih fokus mengejar beberapa mata kuliah yang tertinggal.

Keberadaan Asilla tidak mungkin akan sanggup mereka tutupi dari lingkungannya. Hal yang memang sudah mereka khawatirkan akhirnya mulai terjadi, gunjingan tetangga dan lingkungan sekitar semakin membuat panas telinga.

" Ehh, Bu Mira punya cucu kok nggak kabar-kabar si Bu, kita kan jadi nggak nengok?" Sapa seorang tetangga dengan nada sindiranya."

"Arini hebat ya bu, tau-tau dah punya anak aja," sahut tetangga yang lainya.

" Kapan nih pesta pernikahan Arini mau digelar?" Tanya yang lainya dengan nada mengejek.

Bu Mira yang tidak tahan dengan cemoohan mereka segera kembali ke rumah tanpa menjawab apapun.

" Lihat Yah, ibu-ibu komplek semua menggunjingkan keluarga kita, menggunjingkan Arini." Ucap Bu Mira dengan penuh amarah sambil menunjukan jarinya ke arah luar.

" Biarkan saja Bu, gak usah didengarkan. yang penting kita tahu betapa mulianya hati anak kita." jawab Pak Haris dengan tenang.

" Ya, mulia sekali sampai mempermalukan dirinya dan keluarganya." Ucap Bu Mira dengan kesal sambil meninggalkan suaminya.

Kabar tentang Arini juga mulai menyebar di kampusnya. Banyak mahasiswa yang bergunjing tentang Arini dan tak sedikit yang memandangnya dengan tatapan aneh. Sangat tidak nyaman bagi Arini, tapi inilah konsekuensi yang harus dia hadapi dari keputusannya. Beruntung Ranti selalu berada di sisinya membela dan menguatkannya.

Berjalannya waktu meredakan gaungnya gunjingan pada Arini meski masih banyak orang yang memandangnya sebelah mata.

Tidak terasa usia Asilla sudah satu setengah tahun, dia tumbuh dengan baik dalam asuhan Arini, tentunya yang dibantu oleh ayahnya. Tapi sepertinya kesehatan sang ayah mulai menurun, penyakit paru-parunya sering kambuh membuat Arini cemas.

Arini yang kala itu sedang sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya dikagetkan dengan suara dering handphonenya. Ibunya mengabari kondisi ayahnya kritis, segera Arini bergegas pamit pada bosnya dan segera menuju rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit dia segera masuk keruang ICU, mendapati ibunya tengah duduk di samping ayahnya dengan berurai air mata. Arini pun memeluk ibunya dengan terisak. Arini memegang tangan ayahnya, sang ayah mulai membuka mata dan tersenyum pada istri dan anak semata wayangnya itu.

Sudah tidak ada kekuatan bagi beliau walau sekedar untuk mengeluarkan suaranya mengatakan sesuatu.

Dengan tersenyum beliau menggerakan tangannya meraih tangan istrinya yang disatukan dengan tangan putrinya dengan menganggukan kepalanya. Tanda bahwa beliau meminta istrinya untuk menjaga dan menguatkan Arini.

" Ayah, tenanglah Ibu akan selalu menguatkan Arini. Ayah harus cepat sembuh."

Mendengar ucapan istrinya beliau tersenyum lega, namun nafasnya mulai terasa sulit, Bu Mira yang menyadari itu segera menuntunya dengan kalimat syahadat yang diikuti oleh suaminya.

Akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan tersenyum tanpa beban. Arini memeluk Ibunya, mereka berdua tak mampu lagi membendung tangisnya.

***

Sang ayah yang selalu mendukung Arini telah dipanggil Yang Maha Kuasa, bagaimana nasib Arini selanjutnya ya?

ditunggu ya kelanjutannya, kalau suka dengan ceritanya jangan lupa like, rate, comen dan vote

happy reading

Terpopuler

Comments

Riyanti Riri

Riyanti Riri

org2 yg aneh...emgnya mereka melihat Arini hamil sampai2 menuduh Arini punya anak di luar nikah.. dasar BODOH...

2022-11-02

0

Ninik Suprapti

Ninik Suprapti

ikut 😂😂😂

2021-10-06

0

Yusneli Usman

Yusneli Usman

Oh Thor....kisah apa yg kau tulis ini....😭😭😭tidak pernah pulak aku baca dan dengar yg beginian....moga ini hanya ada di dunia novel dan kehaluan yg hakiki...mewek aku Thor nyesek..😭😭 huaaaaaaa 😭😭

2021-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Ekstra part
73 Bab 73 Terlambat Mengerti 2
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Author Menyapa
167 Ekstra Part
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Ekstra part
73
Bab 73 Terlambat Mengerti 2
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Author Menyapa
167
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!