Jenazah Pak Haris dipulangkan ke rumah duka dan segera dimakamkan. Cukup banyak tamu yang datang melayat, tak terkecuali Bu Leni ibunda Juna yang sengaja datang dari Jakarta bersama Melin.
"Yang sabar nak, semoga ayahmu khusnul khotimah, dan semua amal ibadahnya diterima disisiNya." Ucap Bu Leni memeluk Arini yang masih sesenggukan menangisi kepergian ayahnya.
"Terimakasih Bu." Jawab Arini dengan menundukan kepalanya.
Sementara Bu Mira terlihat tidak senang dengan kedatangan Bu Leni mengingat apa yang dialami putrinya.
Sepeninggal ayahnya, Arini mulai menata kembali hari-harinya. Dia mulai masuk kuliah dan bekerja paruh waktu seperti biasa. Sementara Bu Mira dengan terpaksa mau menjaga Asilla.
Di tempat lain Juna yang sudah beberapa bulan ini kembali dari singapura, duduk terhanyut oleh sebuah lagu yang mengingatkannya pada seseorang.
Dan...dan bila esok
datang kembali...
seperti sedia kala dimana kau bisa
tertawa dan...
perlahan kau pun
lupakan aku ...
mimpi burukmu
dimana telah ku tancapkan duri tajam...
kau pun menangis...
menangis sedih...maafkan aku
caci maki saja diriku...
bila itu bisa membuatmu
kembali bersinar dan berpijar
seperti dulu kala...
Lagu Sheila on 7 itu mengingatkan Juna betapa dalam luka yang dia tancapkan pada Arini. Bahkan dia tidak sanggup menemuinya meski dia sangat merindukannya.
"Ngapain Lo ngalamun kayak gitu, Lo lagi baper ya sama lagunya?" Tanya Roy yang membuyarkan lamunan Juna.
"Doni nggak bareng lo? Tanya balik Juna tanpa menghiraukan pertanyaan Roy.
"Doni ada urusan katanya, mungkin agak telat."
"Lo nggak lagi mikirin Iren kan, kan lo udah nemuin dia?" Roy penasaran apa yang sebenarnya dipikirkan Juna karena terlihat sekali wajah Juna yang lesu.
" Sorry bro, gua telat." Ucap Doni sambil menarik kursi untuk diduduki.
"Lo yang ngajak kita kumpul lo nya sendiri yang telat." Sahut Roy sekenanya.
"Gua juga sebenarnya suntuk banget di kantor. Tumben lo njajak kita ketemuan, ada Masalah apa?" Tanya Juna pada Doni.
"Sorry bro, sepertinya gua harus balik ke Jogja. Gua gak tega ibu tinggal sendiri sekarang, jadi gua mau bilang ke kalian kalau gua nggak bisa nerusin proyek-proyek kita ke depan." Penjelasan Doni cukup membuat kedua temannya terkejut, karena selama ini semua proyek yang mereka tangani bersama selalu berjalan lancar.
"Gimana kalau lo handel cabang kita yang di Jogja ?" Juna merasa berat harus ditinggal Doni, selama ini Doni punya andil besar dalam kesuksesan usahanya.
" Sorry Jun, bukannya gua nolak tapi gua mau fokus sama usaha resto yang udah gua rintis setahun ini."
"Lo nikah aja Don, biar istri lo yang jagain Ibu, dan lo balik lagi kesini." Ucap Roy tanpa pake mikir.
"Gua tuh nyari istri bukan nyari pembantu." Sahut Doni sambil menjitak kepala Roy yang mikirnya cetek. Membuat Roy meringis kesakitan dan menjadi bahan lelucon diantara mereka.
"Kalau itu udah jadi keputusan lo, gua bisa apa. semoga usaha lo lancar, dan jangan lupa cari istri dah ketuaan lo." Ucap Juna sambil bercanda.
"Lo lagi nyindir diri lo sendiri ya, nggak nyadar kalau umur sama." Doni memasang raut muka kesal mendengar candaan Juna.
Mereka bertiga asik ngobrol, bercanda dan kadang saling ledek satu sama lain. Mereka memang bersahabat dari SMA, susah senang selalu mereka jalani bareng-bareng.
"Apa lo bakal segera nikahin Iren?" Tanya Doni mulai serius setelah Roy pamit pulang duluan.
"Entah lah, gua nggak tahu." Juna menghembuskan nafasnya dengan kasar mengingat hatinya yang belum yakin
"Lalu apa tujuan lo susah payah nyari dia kalo hati lo sendiri nggak yakin?" Tanya Doni lebih dalam.
"Gua punya kesalahan yang fatal ke Iren, gua harus tanggung jawab. itu alasan gua nyari dia selama ini."
"Apa Arini yang membuat lo ragu?"
"Terlalu dalam luka yang gua tancapkan ke Arini, gua bahkan nggak sanggup sekedar menatap wajah sendunya." Jawab Juna dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Lo yakinin dulu hati lo sebelum ambil keputusan. kita cabut yuk, gua mau ngemasin barang-barang gua. Besok pagi gua balik ke Jogja." Ajak Doni sambil menepuk pundak Juna.
"Besok?" tanya Juna terkejut.
"Baiklah kalau begitu gua bantu lo kemas-kemas."
Mereka berdua segera keluar dari cafe menuju apartemen Doni.
Belum selesai mereka mengemasi barang-barang Doni, terdengar dering handphone Juna. Ternyata Iren yang menghubunginya.
Juna pamit pada Doni dan segera menemui Iren di apartemennya. Juna yang mengetahui password apartemen itu dengan mudah segera masuk, namun terlihat sepi. Juna mencari di semua sudut ruangan dan ternyata Iren tengah meringkuk di kamar mandi dengan keadaan yang memperihatinkan. Muka dan di beberapa bagian tubuhnya lebam.
Juna mengangkat Iren dan menyuruhnya mengganti pakaiannya.
"Ibu kamu lagi? " tanya Juna yang sudah banyak tahu tentang kehidupan Iren. Iren hanya menundukan kepala menyimpan tangisnya.
Selama ini Iren seolah bukan hidup dengan dirinya sendiri tapi hidup dengan kekangan dan paksaan sang Ibu, ialah Marta Wijaya yang dulunya seorang artis terkenal namun karirnya kandas begitu saja akibat skandal yang dia buat. Karena itulah sekarang Bu Marta selalu menuntut Iren untuk sempurna dalam karirnya.
Obsesi Bu Marta adalah menjadikan Iren seorang artis terkenal untuk mendapatkan bayaran yang mahal hingga mampu membayar hutang keluarga dan hidup dengan tenang tanpa kekurangan materi. Dia rela menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya itu.
Itulah yang membuat Iren tega meninggalkan bayinya saat itu, karena jika ibunya tahu dia memiliki bayi mungkin akan dibuang entah kemana atau bahkan dibunuh. sehingga dengan berat Iren meninggalkannya pada Arini, karena dia yakin anaknya akan aman di tangan Arini.
Semua hal Iren ceritakan pada Juna kecuali tentang anak mereka yang dia tinggalkan pada Arini. Selalu terpikir olehnya bahwa yang dia lakukan pada Arini adalah Jahat. Namun itu semua dia lakukan karena terpaksa.
Sebenarnya Iren tahu bahwa Juna masih menyimpan Arini di hatinya. Namun dia tidak peduli karena sekarang satu-satunya sumber kebahagiaan dan kekuatannya adalah Juna.
Bahkan demi Juna dia berani menentang ibunya yang memang tak pernah merestui hubungan mereka karena dendam di masa lalu dengan orang tua Juna. Selain itu ibunya juga selalu berpikir bahwa Juna hanya menjadi penghambat kemajuan karir Iren.
Seperti hari ini sang ibu memukuli Iren bertubi-tubi karena menolak permintaan ibunya mengejar karir keluar negeri. Iren tidak mau berpisah dengan Juna sehingga membuat kemarahan sang ibu memuncak.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Juna dengan lembut pada Iren. Iren hanya menggelengkan kepalanya.
Segera Juna memesan makanan secara online.
"Ayo makanlah dulu, nanti baru minum obat dan istirahat." Ucap Juna setelah menyiapkan makanan yang dia pesan tadi di meja makan.
Iren menuruti perintah Juna. Mereka makan berdua tanpa bicara.
" Istirahatlah, aku akan tetap di sini." Juna menuntun Iren ke kamarnya setelah memberikannya obat.
"Jangan tinggalin aku malam ini, aku mohon." Ucap Iren memelas pada Juna.
"Aku akan tetap di sini, istirahatlah."
Kehidupan Iren membuat Juna semakin sulit untuk meninggalkannya. Akhirnya Juna hanya bisa berusaha belajar mencintai Iren, meski di hatinya memang selalu ada Arini.
***
Akhirnya bisa up lagi setelah disibukan oleh kerjaan yang numpuk.
Makin lama makin sulit merangkai kata. Masih pemula mohon dimaklumi.
Maaf juga kalau alurnya gak karuan..
makasih atas semua dukunganya...
happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Yen Margaret Purba
g pengen juna ama arini,
tp anak mereka gimana tuh
2022-04-13
0
HIN Aviation
kan bisa tinggalin aja ibunya. sdh bsa cari uang swndiri jg
2022-02-09
0
👑☘ɴͪᴏͦᴠᷤɪͭᴛͤᴀᷝ💣
wahhh... juna type lakik yg bkin kesel n darah tinggi ni sih. hati kemana, tp perhatian jg sm wanita laen. wlw baik tp buang kelaut ajah lah
2021-11-06
0