06. Usaha

Arzoo berdiri di depan gerbang sekolah, matanya menoleh kesana kemari mencari sosok orang yang akan menjemputnya. Pagi tadi, papanya bilang akan datang bersama Zeela, tapi tidak tahu kenapa sampai sekarang tidak sampai-sampai.

"Papa mana, sih? Lama banget, kan aku mau pulang. Mau ketemu Bunda Dokter," gerutunya.

Arzoo sendiri sudah kelas 1 SD, menempuh pendidikan di salah satu sekolah favorit di kota ini.

Tiba-tiba sebuah mobil berwarna merah berdiri tepat di depan Arzoo. Mata Arzoo menyipit, perasaan papanya tidak punya mobil itu, lalu, punya siapa, kenapa berdiri di depannya?

Kaca mobil sedikit demi sedikit mulai terbuka, menampilkan wajah pengemudinya.

"Hai.." sapa orang itu sambil melambaikan tangannya.

"Orang itu lagi," gumam Arzoo malas.

Pintu terbuka, wanita yang tak lain adalah ibunya itu keluar. Berdiri sambil tersenyum di hadapan Arzoo, lalu menunduk menyamakan tingginya dengan Arzoo.

"Arzoo, ikut mama pulang yuk." Ajaknya.

Arzoo menggeleng, "nggak mau."

"Kenapa? Aku ini mama kamu, namaku Nandita, mama kamu, Sayang." Ucapnya ramah.

Tapi Arzoo tetap menggeleng, wajahnya terlihat datar nyaris kesal.

"Mamaku sudah tidak ada. Kau bukan mamaku!" teriak Arzoo.

Air matanya mengalir deras, anak itu menangis sambil berteriak mengusir Nandita.

"PERGI KAU! PERGI! KAU BUKAN MAMAKU! PERGI! PERGI!" teriak Arzoo histeris.

Satpam penjaga yang melihat kejadian itu langsung memisahkan Arzoo dari Nandita, membawa Arzoo yang menangis sesenggukan ke kantor. Sedang Nandita terpaksa pulang dengan tangan kosong—kecewa.

"Arzoo diam, ya, saya teleponkan papamu dulu. Arzoo hafal nomor telepon papa, kan?" ucap satpam itu.

Arzoo mengangguk, mengusap sisa-sisa genangan air mata disana.

"Hafal," setelahnya Arzoo sebutkan satu persatu nomor telepon papanya yang langsung dicatat oleh satpam tadi, detik selanjutnya menekan tombol panggil.

Satpam itu memberitahu apa yang terjadi, dan tentu meminta agar Devans cepat datang.

Sementara menunggu papanya, Arzoo hanya duduk diam menatap kosong ke depan.

Di hati kecil anak itu terlintas berbagai pertanyaan, benarkah Nandita adalah mamanya? Lalu kenapa dulu meninggalkannya? Dan, kenapa harus kembali sekarang? Dulu kemana saja? Dan kenapa baru kembali? Apa dulu mamanya itu lupa pada dirinya? Atau memang tidak menyayanginya?

Arzoo menangis lagi, ia bingung memikirkan semua. Di satu sisi, ia marah dengan wanita yang berstatus sebagai mamanya itu, tapi disisi lain sebagai seorang anak, Arzoo tetap merindukannya juga, mengharap kehadirannya dan ingin merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya sejak dulu.

"Arzoo,"

"Papa!" Arzoo memeluk Devans yang tiba-tiba datang dan masuk ke sana, Arzoo menangis lagi dalam pelukan Devans.

"Sayang, hei.. jangan menangis. Ini Bunda Dokter ada bersama Papa, yakin Arzoo mau nangis terus?" Devans mengelus lembut rambut hitam berkepang dua milik Arzoo.

Arzoo berhenti, lalu menoleh ke samping papanya. Benar, ada Zeela disana.

"Bunda Dokter!" kini gantian Arzoo menubrukkan tubuhnya di sana, memeluk erat Zeela.

"Hei, Arzoo tidak boleh menangis. Arzoo bukan anak cengeng, kan? Jadi jangan nangis, ya.." hibur Zeela sambil menghapus jejak-jejak air mata di pipi Arzoo.

Zeela kembali memeluknya, tidak tahu kenapa dia bisa jadi sesayang ini pada Arzoo.

"Bunda Dokter, ikut Arzoo pulang ya." Pinta Arzoo memelas.

Zeela mengangguk, "tentu, Sayang. Tapi, ada apa mengajak Bunda Dokter ikut denganmu?"

"Pokoknya ikut. Jangan banyak bertanya. Dan Papa, kalau Papa mau Papa bisa balik lagi ke kantor, " jawab Arzoo.

Devans mengernyit, "jadi putri kesayangan papa ini mengusir papa, begitu?"

Arzoo tertawa kecil, "tidak Papa, mana mungkin Arzoo mengusir papa."

Mereka bertiga akhirnya pulang ke rumah Devans, sebenarnya Arzoo mengajak ke rumah Zeela, tapi Devans menolak dengan alasan Arzoo belum meminum obatnya.

"Baiklah, baik-baik di rumah ya. Papa ke kantor dulu, ada rapat penting."

"Oke, Pa!" seru Arzoo.

Tanpa aba-aba Arzoo menggandeng tangan Zeela dan mengajaknya masuk. Di dalam ada ibu Devans—Naina, dan bibi Maria.

"Assalamualaikum, tante, bibi Maria." Ucap Zeela sopan.

"Waalaikum salam. Jadi kamu yang namanya Zeela? Cantik, pantes Arzoo suka sama kamu." Balas Naina.

Zeela hanya tersenyum malu-malu.

Arzoo kemudian duduk disana diikuti Zeela tentunya, karena kedatangannya ke sini hanya untuk Arzoo dan menuruti Arzoo.

"Nenek, kalau Bunda Dokter jadi Mamanya Arzoo bagaimana?" celetuk Arzoo.

Zeela hampir tersedak mendengar pertanyaan Arzoo. Menjadi mamanya, yang benar saja?

"Nenek sih setuju-setuju saja, Bunda Dokter dong yang ditanya. Sudah punya pacar belum, atau sudah berencana nikah mungkin?" balas Naina.

Sekali lagi, Zeela tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Senyumannya kikuk dan aneh. Sebenarnya apa maksud anak ini?

"Bunda Dokter mau?" tanya Arzoo sambil memakan camilan yang sudah tersedia disana.

"Mmm..." Zeela bingung menjawab apa.

"Arzoo, ganti dulu seragammu. Nanti baru main lagi." Kata bibi Maria.

Zeela menghela nafas lega, bibi Maria menyelamatkannya kali ini.

"Baiklah. Bunda Dokter, ayo ikut Arzoo."

Zeela ke atas bersama Arzoo, sementara itu Naina melirik Maria seperti bertanya kenapa mengalihkan pembicaraan?

"Kak, Zeela sedang menunggu cintanya datang. Tidak mungkin kita menjodohkannya dengan Devans." Jawab Maria yang langsung mengerti arti tatapan Naina.

"Siapa?"

"Seseorang yang dicintainya. Aku juga tidak tau siapa," kata Maria.

"Tapi, menurut pengamatanku, pandangan Zeela pada Devans itu sangat berbeda. Seolah dia sangat merindukan Devans. Seperti kebahagiaan bercampur rasa rindu karena lama tak bertemu, bukan begitu?" ujar Naina.

Maria manggut-manggut, "kurasa benar," balas Maria.

"Jadi, apa mungkin orang yang Zeela tunggu adalah Devans?"

---

Zeela duduk di sofa depan TV dalam kamar Arzoo—menunggu anak itu berganti pakaian. Arzoo bilang dia sudah terbiasa ganti pakaian sendiri. Jadi ya sudah, Zeela biarkan saja.

"Bunda Dokter," Arzoo duduk disamping Zeela dengan senyum merekah.

"Ada apa senyum-senyum?"

"Bunda Dokter, kan waktu itu bunda dokter bilang kalau bunda dokter tidak pernah bohong, iya kan?"

Zeela mengangguk,

"Jadi, boleh Arzoo tanya sesuatu sama Bunda Dokter?"

Zeela mengangguk lagi, "tanya apa, sayang?"

"Bunda Dokter, apa benar tante Nandita itu mamanya Arzoo?" tanya Arzoo polos, kedua bola matanya menatap Zeela meminta jawaban dari sana.

Sedang Zeela mendadak bingung harus menjawab apa, pandangannya jatuh kemana saja yang penting bukan menatap Arzoo.

"Bunda Dokter jawab, apa tante Nandita itu mamanya Arzoo? Bener, gak?" ulang Arzoo.

"Mmm.." Zeela benar-benar tidak tahu menjawab apa.

Pertanyaan itu memang mudah, jawabannya yang susah. Haruskah ia beritahu yang sesungguhnya pada Arzoo? Tapi bagaimana kalau Devans akan marah nanti? Ah, membingungkan sekali.

"Bunda Dokter ayo jawab! Bunda Dokter tahu, kan? Tante Nandita itu mamanya Arzoo atau bukan?" ulang Arzoo yang entah ke berapa kalinya.

"Tuh kan, semua orang dewasa itu sama saja. Mereka jahat! Arzoo bertanya saja tidak dijawab! Katanya Bunda Dokter tidak pernah bohong?!" Arzoo terisak.

"Arzoo, bukan begitu. Bunda Dokter hanya....tidak tahu apa jawabannya." Zeela menelangkup wajah Arzoo menghadapkan padanya.

"Bohong! Bunda Dokter bohong! Kalian semua sama saja! Arzoo benci kalian semua! Bunda Dokter sama saja dengan mama!" teriak Arzoo semakin menjadi-jadi.

"Arzoo, Bunda Dokter bisa jelaskan, ini semua.."

"Tidak perlu! Kalian semua.." nafas Arzoo tersengal-sengal, tangan mungilnya memegangi dadanya yang kelihatan seperti sakit.

Bruk

Arzoo tergeletak tepat di pelukan Zeela, anak kecil itu pingsan.

Tanpa menunggu apa-apa, Zeela menggendong Arzoo dan membawanya keluar dari sana. Ia takut terjadi sesuatu pada Arzoo, mengingat anak itu tak sesehat anak-anak lain.

"Zeela, Arzoo kenapa?" tanya Naina khawatir.

"Arzoo pingsan, Tante. Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang."

Naina langsung memanggil sopir untuk menyiapkan mobil dan membawa Arzoo ke rumah sakit secepatnya.

Dalam perjalanan, Zeela tak berhenti menangis sambil menggosok-gosok telapak tangan Arzoo. Berharap anak itu akan sadar, dan tentu dalam keadaan baik-baik saja.

Zeela merasa bersalah karena menyebabkan Arzoo pingsan. Harusnya tadi dia jawab saja, agar Arzoo tidak pingsan. Zeela hanya takut sesuatu yang buruk terjadi pada Arzoo.

Begitu sampai, Zeela sendiri yang membawa Arzoo masuk dan menanganinya. Ia akan lakukan apapun untuk keselamatan Arzoo.

---

Devans berlari-lari di lorong rumah sakit, begitu mendapat telepon dari ibunya soal Arzoo yang pingsan, Devans membatalkan rapat pentingnya dengan klien dan memilih pergi ke rumah sakit. Untungnya klien itu baik, jadi rapat bisa dilanjutkan besok.

"Di mana Arzoo?" tanya Devans saat melihat mamanya di depan ruang ICU.

"Di dalam bersama Zeela, " jawab Naina lemah.

"Bagaimana Arzoo bisa pingsan?" tanyanya lagi.

Naina mengedikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

Devans mengacak rambutnya, fikirannya kacau memikirkan apa yang terjadi. Jangan-jangan Nandita melakukan sesuatu pada Arzoo, atau....jantung Arzoo semakin bermasalah?

Cklek

Ruangan itu terbuka, menampilkan Zeela dengan wajah lelahnya keluar dari sana.

"Devans, ikut aku." Ucapnya.

Zeela berjalan ke ruangannya bersama Devans yang mengikuti dari belakang.

"Arzoo baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Devans.

Zeela menarik nafas dalam, "ya, Arzoo baik, dia hanya stress memikirkan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Sebagai anak kecil, tidak seharusnya Arzoo mendapat tekanan berlebihan seperti ini. Maksudku, apa yang terjadi sangat membebani fikirannya, ini tidak baik untuk kesehatannya." Jelas Zeela.

"Aku tahu, seandainya dulu Nandita tidak kabur dari rumah, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Arzoo tidak akan menjadi korban," kata Devans—menunduk.

"Devans,"

Devans mengangkat wajahnya dan menghadap Zeela.

"Maafkan aku. Arzoo pingsan gara-gara aku tidak menjawab pertanyaannya. Dia.... dia bertanya siapa Nandita, dan aku tidak tahu harus menjawab apa." Ujar Zeela takut-takut.

Sedang Devans diam saja, memberitahu Arzoo, apa itu sebuah pilihan yang tepat? Apa Arzoo akan mau menerima kenyataan itu? Atau malah sebaliknya?

"Kau beritahu saja dia yang sebenarnya, soal reaksi Arzoo, intinya ini lebih baik daripada tidak memberitahunya sama sekali. Aku permisi." Ucap Zeela lalu berdiri dan beranjak keluar.

-----

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Atoen Bumz Bums

Atoen Bumz Bums

zeela bakalan bergeser posisinya krna arzoo mulai kangen maminya..

2022-02-27

1

Naoki Miki

Naoki Miki

Haaii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss baca jan lupa tinggalkan jejaak🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘

2020-10-17

4

Youlie Mami'na Caca

Youlie Mami'na Caca

bagus ceritany

2020-08-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!