05. Arzoo Tersayang

Arzoo sudah tidak lagi tinggal di rumah sakit, ia kini pulang ke rumahnya sendiri dengan Zeela yang akan mengunjunginya rutin setiap hari untuk memeriksa kesehatannya.

Devans juga telah menyelesaikan urusannya di luar kota, dan hari ini Devans mengambil cuti satu hari. Alasannya adalah, Devans mau puas-puas tidur seharian katanya.

Arzoo duduk di ruang tamu dengan berbagai macam mainan di sekitarnya, boneka mulai dari yang besar sampai kecil semua ada, belum lagi sepeda dan semacamnya. Dan anak itu sendiri saat ini malah sibuk bermain game.

Ting

Ting

Tok tok tok

"Iyaa. Sebentar!" teriak Arzoo, dengan ogah-ogahan bangkit dari rebahan nyamannya dan menghampiri pintu luar tempat bel itu dibunyikan.

Cklek

Seorang wanita seusia Zeela berdiri di sana, rambutnya kecoklatan bergelombang, pakaian dan tas berkelas—sedang tersenyum menatap Arzoo.

"Siapa kau? Ada apa kesini?" tanya Arzoo.

"Kau Arzoo?" tanyanya.

Arzoo mengangguk dengan kening mengerut bingung, siapa dia, pikirnya.

"Arzoo-ku.. Kau sudah besar, nak. Bagaimana kabarmu? Kau sehat-sehat saja, kan?" wanita itu langsung memeluk Arzoo dengan sedikit terisak.

Arzoo bingung bercampur kaget, ia diam saja, tetapi lama-kelamaan anak kecil itu berontak dan melepas paksa pelukannya.

"Kenapa, Sayang? Kenapa melepas pelukannya? Tidak merindukanku?" tanya wanita itu.

"Kenapa aku harus merindukanmu? Memangnya siapa kau?"

"Aku ini Mamamu, Mamamu, Nak. Kau Arzoo putriku.. Arzoo-ku." Wanita itu berjongkok menyamakan tingginya dengan Arzoo.

"PAPA...!!! PA.. CEPAT KESINI!!" teriak Arzoo.

Devans yang saat ini berada di dapur langsung berlari keluar karena mendengar teriakan putrinya.

"Arzoo, ada ap--- Nandita?" Devans terkejut melihat siapa yang berada di depan rumahnya, tepatnya berdiri di hadapan Arzoo.

"Devans," wanita bernama Nandita itu berjalan ke arah Devans dan langsung memeluknya.

"Aku sangat merindukanmu." Ucapnya disela-sela pelukan.

"Lepaskan aku." Kata Devans dingin, sama sekali tidak berniat membalas pelukan wanita bernama Nandita itu.

"Kenapa? Tidak rindu padaku? Ini sudah lama, Dev, hampir 7 tahun, " ucap Nandita.

"Kenapa kau kembali?" tanya Devans dingin.

"Kau tanya kenapa? Tentu saja karena Arzoo dan kau. Arzoo putriku, sudah cukup selama ini kau memisahkanku dan Arzoo, sekarang tidak lagi!" tegas Nandita.

"Maksudmu tidak lagi? Kau sendiri yang pergi dari kehidupan kami, dan dengan mudahnya bilang aku yang memisahkanmu dari Arzoo? Apa ingatanmu itu sudah hilang? Ibu mana yang tega meninggalkan bayinya yang baru berumur 1 bulan bersama pria lain dengan dalih penyakit? Ibu mana yang sama sekali tidak ingin melihat wajah bayi yang baru dilahirkannya? Ha? Katakan, katakan ibu mana yang seperti itu?!" geram Devans, kata-katanya penuh penekanan dan emosi, walau begitu dia tidak berteriak karena ada Arzoo di situ.

Sedang Arzoo? Dia hanya diam menyaksikan kedua orang dewasa itu berdebat, sungguh Arzoo tidak tahu apa-apa. Wanita yang mengaku sebagai mamanya itu, Arzoo sama sekali tidak mengenalnya.

Devans berjongkok di hadapan Arzoo, memegang pundak anak itu, "Sayang, masuklah ke dalam, ya.." ucapnya lembut.

"Baik, Pa." Arzoo segera masuk tanpa banyak bertanya, baginya tidak penting siapa wanita itu. Kalaupun benar mamanya, siapa peduli, mamanya tidak pernah hadir dalam hidupnya. Sekali saja ia bahkan ia tak pernah merasakan seperti apa pelukan ibu kandungnya.

Arzoo mengambil ponsel Devans yang tergeletak di kamar, mencari sebuah nomor di sana dan langsung menekan panggil untuk nomor itu, "halo, Bunda Dokter?"

Kembali lagi ke depan rumah, Nandita menangis di sana dengan Devans yang sama sekali tak peduli. Wajahnya merah padam menandakan ia sedang dalam emosi besar. Bahkan menatap wajah wanita itu saja Devans enggan.

"Devans, ku mohon mengertilah. Ini tidak seperti yang kau maksud, aku...aku--"

"Apa? Hm, aku apa? Kau tidak punya hak lagi di rumah ini, bahkan hanya menginjakkan kakimu saja kau tidak berhak! Dan jangan tanyakan tentang Arzoo, lupakan dia! Anggap saja Arzoo tiada bersama keegoisanmu!" Devans berlalu dari hadapan Nandita setelah menyelesaikan kata-katanya.

"TUNGGU, DEVANS! KAU TIDAK BISA MEMISAHKAN SEORANG IBU DARI ANAKNYA BEGITU SAJA! LIHAT, AKU TIDAK AKAN TINGGAL DIAM. AKU IBUNYA, AKU BERHAK MENEMUI PUTRIKU KAPANPUN AKU MAU! DAN AKU BERHAK MELAKUKAN APAPUN DENGANNYA. KAU HARUS INGAT SATU HAL, AKU YANG MELAHIRKANNYA, TANPA AKU TIDAK AKAN ADA ARZOO DI DUNIA INI!" teriak Nandita.

"Lakukan apa saja sesukamu. Tapi ingat satu hal, pada hari di mana kau meninggalkan kami, pada hari itu juga kau kehilangan hakmu atas putriku!" Devans menekankan kata terakhirnya, lalu masuk ke dalam dan mengunci pintu.

Dan Nandita juga beranjak pergi dari depan rumah Devans, tidak ada gunanya berdiri terus di situ seolah sedang minta belas kasihan dari pria itu.

---

Zeela berdiri mematung di balik rerimbunan bunga-bunga di halaman sebuah rumah. Sebelah alisnya terangkat menyaksikan sebuah drama nyata di hadapannya.

Setelah menerima telepon dari Arzoo, Zeela langsung tancap gas ke rumah Arzoo. Dan begitu sampai, ia malah disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya bingung tidak karuan.

Wanita seusianya yang mengaku sebagai ibu kandung Arzoo, dan diusir oleh Devans? Bagaimana bisa? Apa mereka sudah berpisah, atau terlibat konflik apa?

Apa itu sebabnya ibu kandung Arzoo tidak pernah terlihat sama sekali? Jadi, kemana wanita itu sebelumnya? Zeela tidak habis fikir, kehidupan macam apa ini? Seolah tidak pernah kehabisan naskah dan teka-teki yang terus menyulitkannya.

"Bunda Dokter!" teriakan Arzoo sukses menyadarkan Zeela dari lamuanannya.

Seperti biasa, anak itu langsung memeluknya erat tanpa permisi.

"Kenapa Bunda Dokter berdiri di sini?" tanya Arzoo.

"Tidak ada," jawab Zeela yang masih melihat ke arah gerbang keluar. Wanita tadi sudah menghilang bersama mobilnya.

"Bunda Dokter pasti bingung siapa tante itu, kan? Aku juga sama, jadi, ayo kita tanya Papa siapa dia."

---

Arzoo tidur sejak 1 jam yang lalu, setelah puas mendengar dongeng dari Zeela dan Devans.

Sedang Devans dan Zeela ada di sini sekarang, taman depan rumah. Devans tidak mau menjawab pertanyaan Arzoo soal wanita tadi, justru dia mengalihkan perhatian Arzoo dengan membacakan dongeng untuknya.

Zeela menuntut penjelasan dari Devans tentang wanita tadi, bukannya mau ikut campur, tapi bagaimanapun dia harus tahu siapa wanita itu. Ini juga untuk kebaikan bersama, jika wanita itu adalah istri Devans, maka Zeela akan meninggalkan Devans, dalam arti dia tidak ingin mengganggu hubungan mereka. Tapi jika bukan, entahlah Zeela mau apa.

"Dia Nandita, ibu kandung Arzoo, mantan istriku." Devans mulai buka suara.

Zeela terkejut, tapi sebisa mungkin bersikap biasa saja. Dia harus tetap terlihat normal di depan Devans, tidak boleh berlebihan.

"Bagaimana ceritanya?" sepertinya hanya itu kata yang pas untuk bertanya.

"Ceritanya panjang," Devans menarik nafas dalam.

8 tahun yang lalu, tepatnya dihari jadi pernikahan Devans dan Nandita yang pertama, mereka mengalami hal membahagiakan dan salah satu hal terburuk dalam hidup mereka.

Hari itu adalah hari yang paling ditunggu selama 9 bulan. Nandita dinyatakan hamil di bulan ketiga pernikahannya. Dan masa penantian itu akan berakhir hari ini.

"Kau pasti bisa, malaikat kecil kita akan datang, Sayang." Bisik Devans, lalu mengecup kening Nandita memberinya semangat.

Nandita berjuang selama berjam-jam di ruang bersalin dengan Devans yang selalu setia di sampingnya.

Bayi mungil itu lahir setelah 10 jam berlalu di dalam ruang bersalin. Tapi sesuatu yang aneh terjadi, bayi berjenis kelamin laki-laki itu sama sekali tidak menangis saat dilahirkan.

Dan... mereka seperti dijatuhkan dengan keras ke tanah setelah diterbangkan begitu tinggi. Bayi mereka dinyatakan meninggal dunia saat dilahirkan. Dokter yang menangani bilang karena bayinya sedikit terlambat dikeluarkan, jadinya bayi itu terendam dan keracunan air ketuban.

Baik Devans maupun Nandita sangat terpukul akan hal itu, terlebih Nandita. Sebagai seorang ibu dia merasa gagal memberikan kehidupan pada putranya.

Nandita terus menangis, bahkan seringkali pingsan karena tidak bisa menerima kenyataan. Lalu Devans yang selalu ada untuk menguatkannya agar bisa menerima kenyataan pahit ini. Devans selalu mengatakan, "ini bukan untuk kita, bayi ini tidak ditakdirkan menjadi putra kita, Sayang. Kau harus bisa ikhlas menerima kepergiannya, Tuhan menyiapkan rencana yang indah untuk kita kedepannya," kata Devans menguatkan, walau hatinya sendiri hancur.

Selang beberapa bulan, Nandita kembali mengandung. Dan di kehamilannya kali ini Nandita selalu gelisah, takut, gemetar, dia trauma akan kejadian waktu itu. Nandita takut, sangat takut hal yang sama akan terulang lagi—bayinya tiada.

Hingga tiba saatnya melahirkan, Arzoo sedikit terlambat di keluarkan karena Nandita yang terus menolak melahirkan, meski dia sudah menjerit kesakitan. Nandita mengalami trauma akan kelahiran pertamanya, dia takut, takut anaknya akan tiada seperti dulu lagi. Akhirnya Nandita dipaksa melahirkan dengan jalan operasi caesar dan dibius secara total.

Dan setelah lahir, Arzoo mengalami gangguan pada jantung. Jantungnya mengalami kelainan, cepat atau lambat Arzoo akan membutuhkan donor jantung untuk bisa bertahan hidup. Karena sejak dalam kandungan, Nandita tidak mau apa-apa. Makan saja harus dipaksa, olahraga apalagi, jika di kehamilan pertama ia mengikuti senam ibu hamil, maka tidak dikehamilan ini. Nandita hanya diam, terkadang takut, gugup dan gemetaran, bahkan tak jarang berteriak dan menangis sendiri.

Namun Devans sangat sabar menghadapi istrinya itu, ia tunjukkan begitu sangat ia mencintai Nandita dan bayi mereka.

Tak lama setelah kelahiran Arzoo, Nandita malah mengalami depresi postpartum. Depresi postpartum adalah masalah kesehatan mental yang sering dialami perempuan pasca melahirkan. Walaupan melahirkan dapat mendatangkan kesenangan, kegembiraan, rasa bangga, tapi juga bisa memberikan efek rasa takut bahkan cemas yang bercampur jadi satu. Dan yang dialami Nandita, jangankan menyentuh bayinya, melihatnya saja Nandita sudah berteriak sambil gemetaran.

Saat itu Devans berinisiatif memanggil dokter untuk memeriksa kesehatan mental Nandita—dengan dalih pekerjaan penting di kantor yang tidak bisa ditinggalkan.

Devans percaya, seperti apapun jiwa istrinya, ketakutannya akan lenyap dan jiwa keibuan akan keluar ketika dia dibiarkan sendiri hanya bersama bayinya. Saat itu bayi Arzoo baru berumur 2 bulan. Ibu dan bibi Maria juga tidak ada dirumah, kedua wanita itu menebus obat di rumah sakit.

Tidak lama Devans pergi, hanya sekitar 1 jam. Dan kembali bersama-sama dengan dokter, ibunya, dan bibi Maria.

Dan mereka sangat terkejut ketika tahu tidak ada seorang pun di rumah itu. Bayi Arzoo menangis histeris di dalam tanpa ada Nandita disana.

Devans geram, namun dia masih bisa bersabar dan mengerti kondisi Nandita. Memang butuh waktu untuk sembuh dari trauma tertentu.

Bersama dengan ibunya, Devans mencari Nandita ke rumah orang tua Nandita. Devans yakin Nandita ada disana.

Tapi tidak, rumah itu dalam keadaan tertutup dan terkunci rapat. Lalu dari keterangan tetangga, orang tua Nandita sedang pergi ke luar kota. Dan Nandita sendiri pergi bersama seorang pria dengan membawa 2 koper besar. Menurut keterangan tetangga itu juga, mereka menuju ke arah bandara.

Untuk membuktikannya, Devans mengebut untuk sampai di bandara. Dan betapa terkejutnya ketika mendapati Nandita bersama seorang pria benar-benar ada di sana, dan tengah membeli tiket ke luar negeri.

Saat itu amarah Devans sudah tak terkendali. Ia langsung pergi ke pengadilan dan menggugat cerai Nandita.

Keesokannya ia mengirim surat cerai yang sudah ditanda tanganinya kepada Nandita. Tidak peduli Nandita mau atau tidak, namun mulai saat itu juga Devans sudah tidak mengakui Nandita sebagai istrinya lagi. Dan hak asuh Arzoo tentu saja jatuh ditangannya.

Devans tak peduli jika suatu saat nanti Nandita akan kembali. Baginya, Nandita telah tiada ketika ia pergi bersama seorang pria dan meninggalkan Arzoo di rumah seorang diri.

Dan benar saja, Nandita kembali setelah hampir 7 tahun berlalu.

Zeela membekap mulutnya sendiri, antara terkejut dan tak percaya. Ternyata begini kisah hidup Devans selama 7 tahun terakhir ini?

Devans sendiri sampai berkaca-kaca mengingat masa lalunya, walau dia seorang pria, tapi apa yang dialaminya ini tidak bisa dikatakan mudah. Sangat sakit bila mengingatnya lagi.

Zeela yang tidak tega relfeks memeluk Devans, begitupun Devans yang langsung menyambut pelukan itu dan terisak di pundak Zeela.

Pria itu sangat rapuh, membesarkan anak seorang diri, tanpa cinta dan dukungan dari sang istri. Benar yang dikatakannya kemarin, Arzoo alasan hidupnya sampai detik ini.

"Aku bersyukur dan senang takdir mempertemukan Arzoo denganmu. Arzoo jadi tidak seperti dulu, tidak ada yang bisa mengendalikannya selain aku, Mama, dan bibi Maria. Kau tahu sendiri kemarin, kan? Arzoo menganggap semua orang seperti ibunya, yang akan meninggalkannya sendiri. Itu sebabnya Arzoo jadi sangat tak terkendali. Tapi sekarang, selain kami ada kau." Ujar Devans—tersenyum tulus.

_____

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Atoen Bumz Bums

Atoen Bumz Bums

giliran uda dkat sm zeela padti nnti devannya tau klo cm slh paham sm mntannya

2022-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!