04. Menerima Kenyataan?

Dengan langkah gontai Zeela berjalan memasuki pekarangan rumahnya, dia sengaja berjalan kaki dan meninggalkan mobilnya di rumah sakit. Zeela tidak berminat menyetir, bisa-bisa dia mencelakakan dirinya sendiri jika dipaksa menyetir dalam keadaan kacau seperti saat ini.

"Woy, ngelamun aja lu, kenapa?"

Zeela menatap horror manusia di hadapannya, namanya Aryan, sepupu sekaligus tetangga termenyebalkan yang Zeela punya.

"Apaan sih, ga ada kerjaan banget," ketus Zeela.

Zeela langsung masuk ke dalam tanpa menghiraukan ocehan Aryan.

"Eh, Nu Anu .... Jangan gitulah, tampang lu kek orang patah hati. Padahal hati aja kagak punya, huahahha ... " Aryan tertawa terpingkal-pingkal, sedang Zeela menatap manusia itu dengan tatapan membunuh.

"Gini ya, Nu, gue kadang kasian deh sama elu. Nungguin yang gak pasti sampai selama ini, kok betah, sih?" ucap Aryan setelah berhenti dari tawanya.

Zeela diam saja, meladeni Aryan sama saja membuatnya darah tinggi.

"Gue tadi ketemu temen kita waktu SMA dulu, si Anita, yang gendut, inget?"

Zeela mengangguk malas.

"Dia anaknya udah 5 loh, dan sekarang hamil lagi. Gila tuh si Anita, anaknya mau setengah lusin," cerocos Aryan.

"Terus? Gue harus apa?" Zeela mengeluarkan suaranya, tepatnya suara malas.

"Ya lu lihat lah, hidupnya merdeka, tinggal diem di rumah ngurus anak. Nah elu, kerja tiap hari, nungguin yang gak pasti, ga nikah-nikah lagi, prihatin gue."

Jika saja ini di rumah sakit, mungkin sudah Zeela suntik mati manusia di hadapannya itu. Dia berbicara terlalu mudah tanpa pernah berfikir dulu, kadang Zeela heran, paman dan bibinya perasaan normal, bahkan kata ibunya semasa sekolahnya dulu paman dan bibinya selalu mendapat juara kelas, tapi anaknya ini—seperti tidak kebagian otak. Karena tidak pernah dipakai berfikir, mungkin hanya sesekali otaknya itu digunakan.

"Kalau aja ya, Nu, gue bukan sepupu elu, udah gue nikahin elu. Abisnya gue kasian, nunggu terus ga tau mau sampai kapan."

BUGH

Bantal terbang mendarat tepat mengenai wajah Aryan yang mendadak diam.

"DAN KALAU GUE BUKAN SEPUPU LU, JANGANKAN NIKAH, NGOBROL AJA GUE GA BAKAL MAU!" teriak Zeela pada akhirnya.

"Dihh ngegas," ledek Aryan sambil tertawa terbahak-bahak, entah ke berapa kalinya. Zeela sampai pusing mendengarnya.

"Bisa diem gak sih, Yan? Pusing gue dengernya," rengek Zeela.

"Pusing kenapa, Dokter Zeela? Eh, kok Dokter Zeela sih, Dokter Anu----shka," Aryan kembali tertawa.

Zeela pergi ke masuk ke kamarnya, daripada mendengarkan ocehan tak berguna Aryan yang semakin membuatnya ingin menghilang jauh dari dunia ini.

"Eh, Anu .... Mau kemana? Ah elah elu mah gitu, gue jauh-jauh dateng ke sini, ngobrol bentar atau apa gitu, malah kabur. Woy Anu ... Anushka ... Shahzeela...!" panggil Aryan, tapi Zeela tidak peduli, terus berjalan masuk ke kamarnya. Biar saja makhluk itu pulang. Jauh juga dari mananya, rumahnya ada di samping rumah Zeela, masih bilang jauh.

Zeela mengunci pintunya dan terduduk di sebaliknya, melanjutkan tangis yang sempat tertunda. Sebenarnya tadi dia ingin menceritakan itu dengan Aryan, tapi manusia itu terlalu menyebalkan sampai Zeela tidak berminat lagi cerita padanya.

Di saat yang bersamaan itu terjadi, dia bertemu dengannya setelah sekian lama, dan mendengar kenyataan pahit itu tak lama kemudian.

"Kenapa? Kenapa harus begini? Kenapa harus seperti ini?? Kenapa tidak dari dulu saja aku tahu dia sudah menikah, paling tidak aku tidak akan berharap sampai sebesar ini. Benar yang orang-orang bilang, aku memang gila! Aku sudah gila! Aku gilaa!!!" tangis Zeela meledak sejadi-jadinya.

Kata sakit seperti tidak mampu menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Terlalu sulit diungkapkan dengan kata-kata.

°°°

Arzoo dan papanya—Devans, tengah tertawa bersama setelah membaca sebuah cerita. Arzoo anak yang pintar, di usinya yang hampir 7 tahun dia sudah lancar membaca.

"Oh iya, Pa, Arzoo sampai lupa bertanya. Bagaimana tadi pertemuan Papa dengan Bunda Dokter?" tanya Arzoo.

"Arzoo tahu, ternyata bunda dokternya Arzoo adalah teman Papa," jawab Devans dengan bangga.

"Apa? Teman Papa? Itu artinya Papa dan bunda dokter sudah saling lama kenal?"

Devans mengangguk.

"Alhamdulillah," ucap Arzoo sambil mengusap dadanya.

"Kenapa?" bingung Devans.

"Kalau bunda dokter teman Papa, itu artinya kita jadi bisa sering bertemu. Kan kalian teman. Juga ... minta bunda dokter ke sini lagi ya nanti malam, kita makan malam bertiga," jelas Arzoo, tak lupa ia tersenyum semanis mungkin agar papanya menurut.

"Arzoo mau tinggal di sini terus? Nggak mau pulang ke rumah?"

Arzoo mengangguk semangat. "Kalau Arzoo pulang, berarti Arzoo nggak diurus bunda dokter lagi, Arzoo nggak mau, Pa. Biarin Arzoo tinggal di sini, sama bunda dokter. Atau kalau Papa maksa Arzoo pulang, Papa bawa bunda dokter juga, ya .... Minta bunda dokter tinggal sama kita, di rumah kita, " ucap Arzoo dengan polos, kedua mata bulatnya yang lucu menatap Devans.

"Nggak bisa gitu, Sayang. Bunda Dokter kan bukan siapa-siapa kita, jadi tidak bisa tinggal bareng sama kita," jelas Devans sambil mengelus lembut rambut hitam milik Arzoo.

"Kenapa? Kok di rumah sakit boleh? Mereka saudaraan? Dokter sama suster itu saudara?" tanya Arzoo, kali ini lebih polos.

"Kan rumah sakit tempatnya orang sakit, dokter sama suster yang merawat mereka orang sakit."

"Kan aku juga sakit, dan bunda dokter kan juga dokter, jadi kenapa bunda dokter nggak boleh tinggal sama kita?"

Skakmat, Devans bingung mau menjawab apa pertanyaan anak kecil itu.

"Pa, kok diem, sih? Kenapa?" Arzoo mengguncang bahu Devans.

"Mm .... Coba Arzoo tanya sama bunda dokter." Sepertinya tidak ada jawaban lain yang lebih baik daripada itu.

"Oke. Mana ponsel Papa?"

Devans menyerahkan ponselnya pada Arzoo, biar saja putrinya itu menelfon Zeela sendiri. Tapi ... dari mana Arzoo dapat nomor ponsel Zeela?

"Halo, Bunda Dokter, " sapa Arzoo sambil melambaikan tangannya, padahal dia sedang tidak video call.

"Arzoo, ada apa?" tanya Zeela dari seberang sana dengan suara serak, ya, terlalu banyak menangis.

"Bunda dokter mau 'kan datang ke sini nanti malam? Kita makan bersama, sama Papa, sama Bunda Dokter, kita makan bertiga, mau?"

"Malam ini?"

"Iya, bunda dokter mau, ya? Pliss..."

"Maaf, Arzoo. Bunda dokter sedang tidak sehat, bunda dokter tidak bisa keluar dulu kemana-mana."

"Yahh .... Kok gitu?"

"Sekali lagi maaf, Arzoo. Bunda Dokter ga bisa datang."

Tutt

Sambungan diputus sebelah pihak. Tepatnya dari Zeela.

"Pa ... " rengek Arzoo.

"Kenapa?"

"Bunda dokter lagi sakit," rengeknya lagi.

"Hah? Kok bisa?"

Arzoo menatap aneh papanya, "Bisalah, Pa. Kan papa sendiri yang bilang sakit itu bukan kemauan kita," ucapnya.

Devans garuk-garuk tak gatal kepalanya, "hehe, iya lupa."

***

Arzoo dan Devans saat ini tengah berdiri di depan pintu rumah Zeela. Karena Zeela tidak bisa datang, jadi Arzoo dan Devans yang datang ke rumah Zeela. Tentu atas permintaan Arzoo.

Ting

Ting

Tok tok tok

"Iya sebentar!"

Cklek

"Assalamualaikum, Bibi."

"Waalaikum salam. Cari siapa, ya?"

"Bunda dokter," jawab Arzoo dengan semangat, lalu menerobos masuk ke dalam sambil terus memanggil-manggil bunda dokter-nya.

"Hei ... Arzoo ... " Devans meringis.

"Sebenarnya kami ingin bertemu dokter Zeela, dan dia Arzoo, putriku sekaligus pasiennya dokter Zeela," ucapnya.

Di sudut lain, Arzoo menoleh kesana kemari sambil terus berjalan dan memanggil Zeela.

"Bunda Dokter ... Bunda Dokter di mana? Bunda Dokter ... " panggilnya terus-menerus.

"Aaaaa!!!" teriak Arzoo dan Aryan bersamaan ketika tidak sengaja bertabrakan.

"Siapa kau?" tanya Arzoo—menatap tajam Aryan.

"Kau sendiri siapa?" balas Aryan tak mau kalah.

"Aku kesayangannya bunda dokter," jawab Zeela angkuh.

"Siapa bunda dokter?"

"Bunda dokter ya bunda dokter. Sudahlah, kau tak penting. Katakan di mana bunda dokter!"

Aryan melongo menatap anak kecil ini, anak siapa ini, pikirnya.

"Ayo katakan, di mana bunda dokter?" teriak Arzoo.

"Di kamarnya," jawab Aryan yang masih menatap aneh Arzoo.

"Terima kasih," Arzoo beranjak meninggalkan Aryan.

"Tunggu!"

Arzoo berbalik, "apa?"

"Kau tahu di mana kamar bunda doktermu?"

Arzoo menggeleng sambil meringis, " tidak, " jawabnya.

"Naik ke sana, lurus saja sampai ujung. Lalu ketemu kamar yang pintunya ada bintangnya, nah itu kamar bunda doktermu," papar Aryan.

"Oke, terima kasih lagi." Arzoo berlari-lari ke arah tangga agar cepat sampai di kamar bunda dokternya.

"Tunggu!" teriak Aryan lagi.

"Apa lagi?" Arzoo menoleh, tapi tetap di atas tangga dan tidak turun.

"Dengan siapa kau ke sini?" tanya Aryan.

"Papa, " jawab Arzoo, sedetik kemudian berlari lagi ka lantai atas.

Arzoo melihat-lihat pintu di sekitarnya, di sana memang terdapat beberapa kamar. Dan kamar yang paling ujung adalah kamar Zeela. Seperti yang Aryan katakan, ada tanda bintangnya di pintu kamar Zeela.

"Itu bintang!" seru Arzoo.

Tok tok tok

"Bunda ... Bunda Dokter ... Buka pintunya ... Bunda Dokter ... Bunda

.. Buka pintunya ... " teriak Arzoo yang tangannya tidak bisa berhenti menggedor-gedor pintu.

Di dalam, Zeela duduk di pagar balkon, menatap langit malam yang tanpa bintang. Sepi, seperti hatinya.

"Bunda Dokter ... Bunda ada di dalam, kan? Buka pintunya...!" teriak Arzoo lagi.

Zeela mengernyit, apa dia sedang bermimpi dalam keadaan mata terbuka? Kenapa dia mendengar teriakan Arzoo di rumahnya? Apa dia sudah benar-benar gila?

Masa bodoh, Zeela menganggap itu semua halusinasi belaka. Mana mungkin ada Arzoo. Bukankah Arzoo sedang makan malam bersama papanya sekarang? Dan mungkin dengan mamanya juga.

Sebenarnya Zeela tidaklah sakit fisiknya, hanya hatinya yang terlalu lelah. Dan dia berencana menghindari Arzoo maupun Devans. Selain hatinya bertambah sakit jika melihat Arzoo, Zeela tidak bercita-cita merebut pasangan orang lain.

Ya, hati Zeela sakit saat melihat Arzoo. Arzoo adalah putri Devans dengan wanita lain. Seperti wujud pengkhianatan—mungkin. Dengan wujud Arzoo, Zeela seperti melihat segalanya. Kisah Devans dengan wanita yang menjadi ibu kandung Arzoo.

Dan semakin diabaikan, ketukan dan teriakan itu terdengar semakin jelas. Itu artinya ... Arzoo benar-benar datang?

Zeela turun dari duduknya di atas pagar balkon, mengusap lelehan bening yang masih setia mengalir di pipi tirusnya itu. Berjalan ke arah pintu memastikan dia salah dengar.

"Bunda Dokter ... Buka pintunya ... Ini Arzoo ... Bunda Dokter ada di dalam, kan? Ayo buka pintunya ... "

Kedua mata Zeela mendadak melotot, jadi benar itu Arzoo? Kenapa dia bisa sampai sini, siapa yang mengajaknya ke sini?

"Iya sebentar, Arzoo" ucap Zeela setengah berteriak.

Zeela menatap bayangannya di cermin, tampak sangat kacau. Rambutnya acak-acakan tidak karuan, ditambah wajah sembapnya yang menyedihkan. Persis seperti penyihir jahat.

Zeela mengambil tali rambut dan menguncir rambutnya sekenanya, lalu memakai masker dan kaca mata. Tentu saja, Arzoo akan menanyainya macam-macam jika tahu keadaannya begini.

Cklek

Bruk

Arzoo langsung memeluk Zeela dengan erat, membenamkan wajahnya di perut Zeela, ya, karena tubuh Arzoo yang mungil tingginya hanya sampai perut Zeela.

Anak itu kelihatan sekali sangat khawatir dan menyayanginya. Bahkan lebih seperti seorang anak yang begitu merindukan ibunya setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

Arzoo mendongak menatap Zeela, "Bunda Dokter kenapa sakit? Bunda Dokter jangan sakit ya .... Arzoo tidak mau lihat Bunda Dokter sakit. Bunda Dokter harus cepat sembuh," ucapnya dengan tatapan sendu.

Zeela tertegun. Sampai hati dia menjauhkan dirinya dari anak ini? Anak kecil tak berdosa yang tidak tahu apa-apa. Tatapan polosnya yang manis dan penuh harapan menggetarkan hatinya. Arzoo benar-benar tidak bersalah dan tidak tahu menahu soal itu. Dia hanya hasil, hasil cinta Devans dan istrinya.

Zeela berjongkok, menyamakan tingginya dengan Arzoo yang saat ini tersenyum manis menatapnya, tentu dengan melepas masker dan kacamatanya. Biar saja Arzoo tahu dia menangis dan menanyakan hal macam-macam.

"Bunda Dokter, jangan sakit ya .... Cepat sembuh, Arzoo tidak mau lihat Bunda Dokter sakit lagi. Bunda Dokter harus cepat sembuh ya ... " ucap Arzoo.

Zeela memeluk erat gadis kecil itu, dia tidak peduli dan ingin melupakan niatnya menjauhi Arzoo. Sungguh, Zeela sangat menyayangi anak ini. Tidak peduli apa statusnya dan siapa dia. Bahkan juga mengabaikan hatinya yang tergores saat melihat wajah wanita lain dalam diri Arzoo, Zeela tidak peduli.

"Bunda Dokter jangan nangis, nanti Arzoo ikutan nangis loh," kata Arzoo, karena Zeela memang terisak saat mendekap Arzoo.

"Arzoo, maafkan Bunda Dokter ya ... " ucap Zeela.

Arzoo mengusap lelehan bening yang mengalir lagi di pipi Zeela.

"Bunda Dokter tidak perlu minta maaf, Papa bilang sakit bukan kemauan kita. Jadi, Bunda Dokter hanya harus sembuh. Nanti kita bisa bermain bersama lagi. Lihat, Arzoo saja sudah sembuh." Arzoo menunjuk keningnya yang sempat diperban kemarin. Yang anak kecil itu tahu, Zeela sakit fisiknya, dia tidak mengerti yang sakit adalah hati Zeela.

Zeela tersenyum, anak kecil yang sangat keras kepala kemarin ini benar-benar manis dan perhatian.

"Datang ke sini bersama siapa?" tanya Zeela.

"Papa, dan sekarang Papa sedang mengobrol dengan ibunya Bunda Dokter, " jelas Arzoo.

"Arzoo mau berdiri terus di sini atau masuk ke kamar Bunda Dokter?"

"Sebenarnya Arzoo lapar, hehe." Arzoo meringis memperlihatkan deretan gigi susunya yang putih dan rapi. Rambutnya hitam dan lebat, mata madu yang bulat, hidung mancung, kulit putih, dan senyum manis. Benar-benar sempurna.

"Kalau begitu ayo kita ke bawah," Zeela menuntun Arzoo untuk mengajaknya turun dan makan bersama di bawah.

"Bunda Dokter sudah sembuh?" tanya Arzoo.

"Sudah. Karena Bunda Dokter sudah bertemu denganmu," jawab Zeela tersenyum manis.

Satu yang menjadi pertanyaan Zeela, kemana ibu kandung Arzoo? Kenapa sekali saja tidak pernah muncul? Dan Arzoo, bahkan seperti seorang anak yang begitu merindukan sosok ibunya. Lalu, ke mana perginya wanita itu?

*****

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Atoen Bumz Bums

Atoen Bumz Bums

wahhh...gimana reaksi mama zeela tau yg dtg cem2an anaknya tp uda punya anak

2022-02-27

1

Hariasih

Hariasih

knp gak nanya ibunya kmn ?

2021-01-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!