Zeela berjalan ke arah saklar lampu di ruang tamu rumahnya, atau jika tidak dinyalakan, dia bisa menabrak semua yang ada.
Clek
Semuanya menjadi terang benderang, dan Zeela tidak akan takut lagi saat ini. Sudah hampir pukul setengah sepuluh malam, dia tidak mau lama-lama lagi, langsung mandi kemudian tidur.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Zeela langsung membanting tubuhnya di tempat tidur empuk miliknya.
"Nulis surat ga, ya?" gumamnya.
Zeela menggeleng lalu bangun dan mengambil buku diary dan pulpennya, tapi rasa kantuknya tidak bisa dilawan, berkali-kali ia menguap saat membuka bukunya. Dari pada ketiduran di meja belajar, itu sama sekali tidak lucu, kan? Jadi Zeela memutuskan untuk langsung tidur. Biarkan saja, lagipula ia masih kesal dengan Devans yang membawa pergi Arzoo secara tiba-tiba, seolah dunia ini adalah miliknya dan ia hanyalah mengontrak.
"Malam, Zeela. Mimpi indah." Ucapnya pada diri sendiri dan mulai memejamkan matanya.
-
-
-
Tepat tengah malam, Zeela terbangun karena merasa kamarnya sangat gerah dan panas. Perasaan ia sudah mengatur suhunya dengan benar, dan tidak berubah, lalu kenapa bisa ssgerah ini?
Sambil mengucek mata, Zeela mencari-cari remot AC. Entah ditaruh dimana benda itu, dari tadi tidak ketemu. Terpaksa ia harus bangun dan berkeliling kamar mencari benda satu itu.
Oh ya, satu hal lagi, Zeela tidak bisa tidur dengan keadaan gelap alias lampu dimatikan. Jadi, kamarnya selalu terang entah dia dalam keadaan tidur maupun bangun. Bagi Zeela, kamar gelap itu panas dan sesak, ia tidak bisa bernafas rasanya.
"Sial," makinya.
Ia lalu keluar untuk mengambil air minum, tepat saat berjalan di tangga, lampu rumahnya malah padam semua. Lengkap sudah penderitaannya malam ini.
Tok tok tok
Tok tok tok
Tok tok tok
Glek
Mendadak salivanya seperti keras untuk ditelan, siapa yang datang tengah malam begini? Apalagi dengan keadaan mati lampu. Bulu kuduk Zeela otomatis berdiri, mungkin sudah bosan rebahan terus. Tidak tidak, dia takut, bagaimana kalau itu orang jahat atau hantu, secara ini tengah malam, apalagi dalam keadaan dirumah sendirian. Siapa yang tidak akan takut?
Tok tok tok
Ketukan semakin keras. Ketakutan Zeela semakin besar. Tamu itu sepertinya tidak sabaran.
"Sebentar!" teriaknya dengan sedikit bergetar.
Sampai di depan pintu, Zeela memejamkan mata sembari menengadahkan tangannya—berdoa, "ya Allah, semoga bukan penjahat, pocong, tante kunti, atau teman-temannya, aamiin."
Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Zeela memegang knop pintu, membuka kuncinya dan menariknya pelan-pelan.
Seseorang dengan pakaian serba hitam bertopeng dengan cepat membekap mulut Zeela dengan tangannya dan mendorong gadis itu ke dalam. Zeela berteriak dan meronta, tapi itu sulit karena tenaga makhluk itu tak sebanding dengannya. Jauh lebih kuat dari dirinya.
"Mmmmmm..!!" berontak Zeela, tapi terlambat. Makhluk itu sudah mendorongnya masuk ke dalam, bahkan saat ini tubuhnya sudah terbentur kursi ruang makan.
Dengan cekalan satu tangan, makhluk yang sepertinya adalah seorang pria itu mengeluarkan tambang dari dalam tas ransel yang dibawanya, kemudian mengikat kuat Zeela disana.
Dengan sehelai kain, pria itu juga menutup mata Zeela, lalu membungkam mulutnya juga dengan sapu tangan. Zeela tak bisa berbuat banyak, kecuali hanya menjerit walau pelan dan berontak—sekuat tenaganya.
"Diam, diam!" titah pria itu.
Pria itu menoleh sekitarnya, lalu seperti mengisyaratkan sesuatu pada seseorang di depan pintu sana.
"Hmmmmm... Mmmmmmm!!!" teriak Zeela yang tidak bisa mengatakan apapun kecuali hanya 'hmmmm'-an saja.
"Diam!" teriak pria itu lagi.
Karena Zeela terus berontak dan berteriak, pria itu membuka bungkaman pada mulut Zeela.
"Hei, apa maumu? Kenapa menyekapku begini? Mau menculikku? Ku katakan sebaiknya jangan, aku ini sangat rewel, makanku banyak, daripada nanti kau repot mengurusku, sebaiknya lepaskan aku. Oh ya, atau kau mungkin adalah pencuri, ku beritahu lagi, disini hanya ada tumpukan buku. Para pencuri sepertimu tidak mungkin membutuhkan itu, kan? Maka pergilah saja, culik wanita lain saja. Ah tidak tidak, jangan culik siapapun, ah tidak tidak, terserah padamu saja." oceh Zeela yang membuat pria itu melongo, dia tadi menangis takut, dan sekarang malah seperti melawak.
"Apa kau tidak bisa diam?" teriak pria itu dengan suara diseram-seramkan.
"Tunggu sebentar, aku sepertinya pernah mendengar suaramu, tapi dimana? Apa kau ini artis? Atau....pernah jadi pasienku?" tanya Zeela.
"Diam kau, atau--"
"Apa? Mau memukulku? Kau bisa masuk penjara," kata Zeela santai.
"Yasudah, tidak jadi." pria itu menurut.
"Lalu? Mau apa? Kenapa kau ini bodoh sekali? Membuka penutup mulutku, tapi tidak dengan penutup mataku, mau mengajak bermain petak umpet?" cerocos Zeela lagi.
Pria itu menepuk keningnya, wanita seperti Zeela bisa sekonyol ini?
"Hei, kenapa diam? Masih ada disitu, kan?"
"Tunggu tengah malam." jawabnya.
"Oh," Zeela manggut-manggut dan diam.
Pria itu melihat ke arah jam dinding, masih pukul 23.50, ia lalu menoleh ke arah pintu, seseorang memelototinya disana.
Pria itu mengangguk kikuk, lalu mengangkat tubuh tinggi Zeela dalam gendongannya.
"Hei hei, mau kau apakan aku?" panik Zeela.
"Diam, aku akan memakanmu."
Zeela menelan susah salivanya, apa katanya? Memakannya?
"Lepas! Lepaskan aku!" Zeela menggerak-gerakkan kakinya keras, membuat pria itu kewalahan, jika saja tubuhnya tidak lebih besar dari Zeela, sudah pasti Zeela akan jatuh.
"Lepas kataku! Lepas!!" Zeela semakin berontak, tapi tangannya yang terikat berpegangan melingkar dileher pria itu, tentu saja agar tidak jatuh.
Zeela merasa pria itu menaiki tangga, mati dia, mau apa ke atas? Sekarang sifat konyolnya tadi memudar berganti jadi panik tidak karuan.
"Aku mohon, lepaskan aku.. Pliss..." mohonnya dengan sangat memelas.
Tapi tidak, keduanya telah sampai di sebuah kamar, dengan keras pria itu menendang pintunya lalu masuk dan membanting Zeela di tempat tidur.
"Hei, kau mau apa! Pergi dari sini!" teriak Zeela sambil mundur perlahan.
Tempat tidurnya bergerak, pria itu mulai mendekat.
"Tidak tidak, pergi yang jauh sana! Pergi!" teriak Zeela.
Namun dia tidak menurut, bahkan terus mendekati Zeela yang sudah membentur tembok.
"Jangan jangan, jangan, ku mohon jangan. Ambil saja apapun, tapi lepaskan aku.."
Pria itu tetap seperti tidak mendengar, dia mendekat... terus mendekat... Dan...
"Happy bithday to you.. Happy birthday to you.. Happy birthday happy birthday.. Happy birthday to you.."
"Happy birthday, Zeela..!"
Pria yang tadi menyekap dan membawanya ke kamar ini sudah membuka penutup matanya, lalu menaik turunkan alisnya menatapnya.
"Devans? Kalian...??? Kurang ajar,"
Zeela melengos tak percaya akan pemandangan di hadapannya, ada ibunya, Aryan, Tara, bibinya, pamannya, ibu Devans, bibi Maria, dan Devans yang berperan jadi penculik tadi.
"Bunda Dokter," Arzoo datang dengan sebuah kue dengan lilin menyala menghampirinya.
"Happy birthday, bunda dokter.. Happy birthday, bunda dokter.. Happy birthday happy birthday happy birthday, bunda dokter.. Selamat ulang tahun, Bunda Dokter. Doaku yang terbaik untukmu. Ayo tiup lilinnya,"
Zeela mengusap lembut pipi Arzoo, terharu.
"Eitt.. make a wish dulu."
Zeela tersenyum lalu memejamkan matanya, setelah itu meniupnya dan disambut tepuk tangan meriah dari semua orang.
Kue lalu dipotong, suapan pertama untuk Arzoo, baru ibunya, tante Naina,bibi, paman, bibi Maria, kemudian Aryan dan Devans yang makan sendiri. Zeela tidak mau menyuapi kedua manusia menyebalkan itu.
"Terima kasih semuanya," Zeela tersenyum bahagia, kejutan kali ini sungguh diluar dugaannya. Tepat pukul 00.01, di hari ulang tahunnya.
"Sayang, panjang umur, semoga kau selalu bahagia, semua harapan dan impianmu menjadi kenyataan." ibu Devans—Naina memberikan sebuah kado berukuran sedang pada Zeela.
"Terima kasih, tante." ucap Zeela.
Berganti ibunya, ibunya memberikan kotak kecil yang entah berisi apa.
"Doa mama, semoga cepat menikah." ujar Neha.
"Paman juga," tambah pamannya.
"Bibi juga, semoga kau dan Aryan sama-sama cepat bertemu jodoh kalian." kata bibinya.
"Oh my best best best friend Zeela, happy happy happy birthday. Doa gue juga sama, semoga cepet nikah."
Untuk doa dari orang kali ini, Zeela menatapnya datar, tapi memeluknya sedetik kemudian.
"Maaf ya, gue keterlaluan tadi. Ini semua rencanaya pasien elu, noh," Tara melepas pelukannya dan melirik Arzoo yang meringis.
"My Anu... Happy birthday.. Doa paling berbeda diantara mereka semua, semoga lu cepet ketemu jodoh, cepet nikah, tapi kalau bisa jangan tinggalin gue deh." Aryan mengedipkan sebelah matanya, lalu mengusapkan krim kue diwajah Zeela.
"Sudah sudah, sekarang ayo keluar. Kita rayakan diluar." ucap Neha.
Mereka semuan pun keluar bersama-sama, tinggal Zeela dan Devans yang masih disana.
"Mmm.. Zeela, maaf ya. Ini rencana Arzoo, jadi aku harus nurut. O iya, selamat ulang tahun, semoga dengan bertambahmya usiamu, bertambah pula kebahagiaanmu, dan semua mimpimu jadi nyata. Maaf, cuma bisa kasih ini." Devans memberikan sebuah kotak kecil pada Zeela, dari ukurannya mungkin sebuah liontin?
"Makasih." Zeela tersenyum manis menerimanya.
Sedetik kemudian keduanya keluar bersama yang lainnya, duduk-duduk sambil mengobrol dan makan.
Aryan dan Tara sedang melihat sesuatu dari ponsel Tara sambil tertawa dengan begitu bahagianya.
"Lihat apa?" Zeela menghampiri mereka dan duduk disebelahnya.
"Ini nih, prince and princess naik tangga," bisik Tara lalu tertawa terbahak-bahak.
"Eh eh, kok lu rekam sih?" protes Zeela.
Itu adalah video dirinya dan Devans tadi, saat ia disekap, sampai dibawa masuk ke kamar.
"Jelas dong, momen kek gini, wajib hukumnya di dokumentasikan!" seru Tara.
"Betul tuh, yakali ga direkam, sia-sia kita rencanain semua ini." balas Aryan.
"Jadi, ini semua..?" tanya Zeela.
"Ideku, Bunda Dokter," sahut Arzoo.
Arzoo menceritakan segalanya, saat itu ia terbangun ketika adzan subuh berkumandang, kebetulan disampingnya ada kalender yang tanggalnya dilingkari merah, dengan tulisan 'my birthday'.
Bertepatan keesokan hari itu, Arzoo langsung turun untuk sholat subuh dan menemui papanya memberitahu rencananya tentang ulang tahun Zeela yang akan ia rayakan.
Devans setuju, tapi ia bingung akan bagaimana merayakannya, lalu Aryan datang dan memberikan ide konyol itu. Pura-pura menjadi penjahat dan menyekap Zeela, sedang ide semua orang tidak ada di rumah dan Tara bersikap aneh adalah ide Arzoo. Mereka menggabungkan kedua idenya dan menjalankannya hari itu juga. Untuk penculiknya, Aryan yang meminta Devans berperan sebagai penculik karena jika dirinya, Zeela akan tahu dengan mudah.
"Bagaimana, kerenkan?" Arzoo menaik turunkan kedua alisnya, lalu saling toss dengan Aryan.
"Hmmm." cuek Zeela.
"Bunda Dokter, ini rencana paman Aryan yang nakal ini, bukan Arzoo." Arzoo menunjuk Aryan.
"Hei, katanya ini rencanamu." Aryan tak terima.
"Baiklah, ini rencana kita berdua." kata Arzoo.
Arzoo kemudian berdiri dan duduk di dekat neneknya, mengedipkan sebelah matanya seperti meminta sesuatu.
"Sekarang?"
Arzoo mengangguk.
"Baiklah. Zeela," panggilnya pada Zeela.
"Iya, ada apa tante?" jawab Zeela.
"Selain ini semua, kami ingin mengatakan sesuatu padamu." Ucap Naina.
"Apa, tante?"
"Jadi begini, Arzoo tidak mau Nandita menikah dengan Devans lagi dan tinggal bersamanya menjadi mamanya, jadi..." ucapannya menggantung.
'Lalu apa hubungannya denganku kalau Arzoo tidak mau Nandita jadi mamanya lagi, astaga, jangan bilang Tante Naina minta aku bujuk Arzoo buat nerima Nandita jadi mamanya?Tidak cukupkah semua yang ku lakukan?' batin Zeela.
"Zeela," Naina membuyarkan lamunan Zeela.
"Em, iya tante, maaf,"
"Jadi... Kamu mau jadi ibu untuk Arzoo? Dalam artian, menikah dengan Devans?"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Atoen Bumz Bums
aduh..lucu x zeela klo diculik
2022-02-27
1