Chapter 5. Pengeroyokan Franklin!

"Jadi, total berapa semua Paketku ini Andrian tersayang?" Tanya Franklin lagi dengan ada yang menghina ke arah Andrian.

Andrian hanya tersenyum menanggapi perkataan dari Franklin. Dengan sabar, Andrian menimbang paket yang ada, lalu mengukur ukuran paket tersebut agar tidak terjadi selisih antara kedua belah pihak.

"Totalnya Rp50.000 untuk 2 paket" Kata Andrian kepada Franklin.

Franklin mengeluarkan selembar uang 100.000 dan menyerahkannya kepada Adrian.

"Ambil saja kembaliannya Adrian tersayang.Anggap buat biaya makan malam nanti. Lumayan biar bisa menghemat uangmu itu." Franklin tidak henti-hentinya menghina Andrian.

Andriana hanya tersenyum dan mengambil uang kembalian untuk diserahkan kepada Franklin.

"Maaf Tuan Zeeling, Kami tidak menerima tips dalam bentuk apapun, simpan uang anda dan berikanlah kepada tunawisma di luar sana yang lebih membutuhkan. Itu kalau Anda masih mempunyai rasa kemanusiaan, Tuan Franklin Zeeling." Kata Andrian sembari meletakkan uang kembalian kepada Franklin.

"Ada yang bisa dibantu lagi, Tuan Zeeling?, ada antrian di belakang Anda, mohon bisa bergantian!" Sindir Andrian yang masih sopan dan halus.

Memang di belakang Franklin sudah ada beberapa orang yang menunggu untuk dilayani.

Franklin mengambil uang kembaliannya dengan rasa kesal yang kentara dan melangkah meninggalkan kantor ekspedisi JNOS dengan sedikit marah. Dalam hatinya,Franklin berjanji akan memberikan pelajaran kepada Andrian.

Entah kenapa, melihat raut muka Andrian yang datar saja saat menerima kata-kata hinaan dari mulutnya sendiri membuat Franklin tersulit amarah.

Ditambah dengan paras Andrian yang terlihat semakin rupawan meskipun hanya dalam balutan T-shirt berwarna merah, membuat Franklin semakin melayangkan kebencian kepada Andrian.

Setelah melayani semua pelanggan, Lucia melayangkan pandangan penuh tanya kepada Andrian.

"Jangan memandangku seperti itu Lucia. Aku tahu apa yang akan kamu katakan! " Kata Adrian.

Lucia hanya tersipu malu dengan tatapan melanjutkan apa yang ada dalam benaknya.

"Tidak apa-apa Lucia itu hal yang biasa untukku!" kata Andrian lagi.

"Selama dia tidak melukaiku, tidak masalah kalau hanya sekedar kata-kata saja, aku masih bisa menerimanya!" Kata Andrian menenangkan Lucia yang kelihatannya lebih marah daripada Andrian.

Menjelang senja, Andrian masuk ke dalam mobilnya setelah Melambaikan tangan kepada Lucia yang juga masuk ke dalam mobilnya sendiri.

Seperti biasa, Andrian melewati hutan kota yang memang agak sepi menjelang senja seperti saat ini. Namun, karena Andrian sudah terbiasa, maka tidak ada ketakutan sama sekali yang menghampirinya.

Sampai ketika akan dekat di ujung jalan, ada mobil yang melewatinya dan berhenti tepat di depan mobil Andrian.

Untung saja Andrian mengendarai mobilnya selalu dengan pelan-pelan, meskipun tetap saja benturan tidak dapat dihindarkan apalagi Andrian tidak melakukan pengereman tepat waktu.

Andrian memandang dengan tatapan tajam, ingin melihat siapa yang menghentikan mobilnya dengan sengaja.

Melihat tampilan mobil di depannya yang mewah, dan, mengkilat, dengan seri terbaru membuat Andrian sedikit menurunkan keningnya dan berpikir siapa yang mempunyai mobil seperti itu.

Barulah dia mengerti ketika melihat siapa yang keluar dari mobil di depannya.

Franklin melangkah keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil Andrian yang berada di belakangnya.

Dengan kesal, Franklin meminta Andrian untuk keluar. Sementara itu dari pintu yang mobil yang lain terlihat kawan-kawan Franklin bergegas untuk mengikuti Franklin

Andrian membuka pintu mobil dengan tatapan penuh heran.

"Franklin, apa yang kau lakukan di sini? kamu bisa membuat orang lain celaka!"

"Tentu saja kamu yang ingin aku buat celaka Andrian tersayang!" Kata Franklin dengan seringai liciknya.

"Tunggu, kenapa kau bisa dendam kepadaku Franklin? Aku tidak pernah berbuat salah kepadamu!".

"Tentu saja kamu salah Andrian. Wajahmu yang tampan tanpa emosi itu membuatku kesal. Ingin rasanya aku merobek mulut manismu itu!"

Sergah Franklin dengan kesal entah apa yang dilakukan Andrian sehingga kelihatannya Franklin memiliki dendam terpendam kepada dirinya.

"Aku tidak paham apa yang kamu maksud Franklin!" Kata Andrian sambil memandang sekitar, barangkali ada kendaraan yang lewat untuk bisa dimintai pertolongan.

Jalanan masih terlihat sepi, tidak nampak sebuah mobil pun yang melintas.

Menghadapi Franklin dan seorang temannya mungkin Andrian bisa. Namun Franklin membawa 3 orang temannya yang bisa dipastikan akan membuat Andrian kesulitan menghadapinya.

Andrian tidak takut mati, tetapi bukan dengan cara dikeroyok seperti ini. Sungguh bukan cara yang sangat Gentleman menghadapi kematian seperti ini bukan.

Namun Andrian masih akan mencoba apakah bisa mengatasi 4 orang ini atau tidak.

"Franklin, kita bisa bicarakan ini baik-baik kalau memang kamu ada masalah denganku. Tidak perlu main kasar dengan cara pengeroyokan seperti ini!"

"Kenapa, Andrian kamu takut?"

"Takut apa yang kamu maksud Franklin?" Ketika Andrian bertanya seperti itu, ketiga kawan Franklin sudah membentuk lingkaran mengelilinginya.

"Tidak usah banyak bicara kamu, Andrian!" Kata Franklin sambil bersama melayangkan pukulan ke wajah Andrian, yang bisa langsung terbaca oleh Andrian dan langsung menangkis serangan tersebut.

Selama ini Andrian tidak pernah mengasah kemampuan bela dirinya. Tentu saja kalau jumlah dengan dikeroyok oleh 4 orang.

Meskipun dia berusaha menangkis dan membalas serangan Andrian tetaplah kalah jumlah.

Alhasil pukulan bertubi-tubi menyerang wajahnya dan membuatnya jatuh ke aspal jalanan.

Pengeroyokan itu baru berhenti ketika ada truk frozen food yang lewat, lampu truk tersebut menyala dari kejauhan yang menyebabkan Franklin dan teman-temannya menghentikan aksi tersebut.

Sopir truk menghadirkan mobilnya ketika melihat Andrian yang terkapar di aspal.

"Kau tidak apa-apa, anak muda?" Tanya lelaki tersebut yang berusia sekitar 40 tahunan.

Adrian hanya bisa menggelengkan kepalanya untuk menyatakan dia baik-baik saja meskipun terdapat nyeri disekujur tubuhnya.

Lelaki tersebut membuka dompet Andrian untuk melihat alamat Andrian karena Andrian dengan lemah menolak untuk diantar ke rumah sakit.

Kebetulan lelaki itu mengemudikan truknya dengan anak lelakinya yang berusia 18 tahun. Paling tidak ada yang membawa mobil Andrian untuk dibawa pulang ke rumah.

Setelah tiba di alamat yang tertera di kartu identitas Andrian. John, nama penolong Andrian yang baik hati itu memapah Andrian untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Terima kasih Tuhan John, kalau tidak ada anda dan putra Anda aku bisa mati di hutan tadi!".

"Kita manusia harus saling tolong menolong. Santai, Andrian. Apa benar kamu tidak ingin melaporkan penganiayaan ini?" Tanya John lagi.

"Tidak, mereka kawanku, biasa kami berselisih paham Tadi!" Ujar Andrian masih membela Franklin dan tidak ingin memasang ini dibesarkan.

"Baiklah kalau begitu, Apa benar kamu tidak apa-apa tinggal sendiri. Biar aku saja di sini yang akan menjagamu!"

"Tidak perlu Tuan John. Saya bisa mengatasi luka kecil ini maaf mengganggu perjalanan Anda!" Andrian berkata dengan sungkan.

"Santai Andrian, kalau begitu ini kartu namaku, hubungi aku kapan pun kalau kamu memerlukan bantuan lagi!" Ucap John kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!