Sesampainya di sekolah Gea, aku lansung mencari keberadaan Gea, ternyata Gea sudah berada di depan kelas bersama teman nya, lalu aku menghampiri.
" Gea kita pulang yuk".
" Iya bu, tapi gimana dengan Aqila bu?". Aqila adalah anak tetanggaku lebih tepatnya anak mas Rangga.
"Loh biasanya Aqila di jemput nenek, nenek Qila mana? " tanyaku.
"Nenek sakit tante, Qila disuruh naik ojek, " kata Aqila.
" Eh jangan bahaya naik ojek kamu masih kecil, pulang bareng tante aja yuk, gini deh kamu hafal nomor papa kamu ngak, biar tante mintak izin papamu buat ngajak pulang bareng,"kataku.
"Hafal kok tante, ".
"Bagus nih hp tante ketik nomor nya ya, " Aqila lansung dengan cekatan mengetik nomor papanya, anak pinter.
" Ya udah tante kesana bentar nelfon papa kamu ya, Gea Qila tunggu sebentar ya, jangan kemana mana, ok," mereka dengan kompak mengangguk.
Tut
Tut
Tut
"Hallo ini siapa? Tanya mas Rangga di seberang sana.
" Aku Karmila,ibu nya Gea, mau ngajak Aqila pulang bareng, katanya neneknya sakit, "kataku.
"Oh ini nomornya Babe, "kata mas Rangga.
"Babe?? Babe apaan? " tanyaku heran.
" Iya si penampung baju bekas (babe)," ledek mas Rangga di seberang telfon sambil menahan tawa.
"Eh jomblo akut enak aja ngatain orang awas aja nanti tak jitak kepalamu, biar tau rasa, " kataku sambil menahan emosi karna di sekitarku banyak anak anak.
" Iya maaf maaf aku hanya becanda, tunggu tadi kamu bilang ibu aku sakit, perasaan tadi malam baik baik saja, ya udah aku mintak tolong ya ajak Aqila pulang bareng, nanti pas jam istirahat aku pulang ,bilang sama Aqila ya, " kata mas Rangga.
"Ya sudah kami pulang dulu, permisi, " aku memutuskan sambungan sepihak karna masih kesal sama Rangga yang ngatain aku penampung baju bekas, enak saja.
Aku pun menghampiri Gea dan Aqila.
" Yuk kita pulang yuk, tante sudah mintak izin papa kamu, nanti juga kata nya bakalan pulang pas jam istirahat kerja, "kataku.
"Iya tante ".
Aku melajukan motorku ke arah pulang sesampainya dirumah, aku mengantar Aqila ke depan rumah nya, setelah itu aku lansung kedapurku untuk memasak bubur, mungkin saja neneknya Qila belum makan, mudah mudahan setelah makan nenek Qila baikan.
"Idih kok masak bubur sih, aku mana suka, liatnya saja aku dah mual, " tiba tiba mbak Siska nongol lansung nyerocos.
" Eh mbak yang bikin bubur untuk mbak siapa? Ini buat tetangga sebelah dia lagi sakit dan juga lagi tidak orang dirumah,makanya aku bikinin ".
"Sok baik banget, jadi orang jangan sok dermawan deh, berhemat dong, nih malah bagi bagi makanan ke tetangga".
" Loh mbak ini kan cuma bubur mbak, udah deh mbak kalo mbak pelit pelit saja sendiri jangan ngajak ngajak orang, " kataku mulai kesal.
" Kamu bener bener ya ngak bisa di bilangin".
Mas Rido keluar dari kamar.
" Apaan lagi sih, kalian brisik amat, orang lagi istirahat jadi terganggu, " kata mas Rido dengan lantang.
" Ini si Mila sok bagi bagi makanan, kayak orang kaya saja, ". Kata mbak Siska.
"Apaan sih ini cuma bubur doang buat neneknya Aqila tetangga sebelah, dia lagi sakit, "Kataku juga tak mau kalah, ku lihat mas Rido menghela nafas.
"Sudah lah mbak biarin saja Karmila memberikan bubur itu, itu saja diributin, "
Mas Rido membelaku.
" Ya udah aku berangkat kerja lagi mau ngatar bos ke kantor cabang mungkin pulang agak telat, jangan lupa kunci semua pintu" kata mas Rido kepadaku, aku hanya mengangguk.
Aku pun juga pergi meninggal kan mbak Siska sendirian di dapur sambil senyum sumbing kepadanya.
"Gea ibu sudah siapkan makanan di atas meja, kamu sama adikmu makan ya, ibu mau ke rumah neneknya Aqila, kalau ada yang kamu butuhkan nanti panggil ibu kerumah Aqila ya, "kataku kepada anakku Gea.
"Iya bu, " kata Gea.
Setelah menyiapkan makanan untuk anak anakku, akupun menuju rumah mas Rangga,benar saja ternyata buk Mirna sedang tertidur di temani Aqila di sampingnya.
" Qila nenek kamu sudah makan? " tanyaku.
" Belum tante".
" Ya sudah kita bangunin yuk, buk, buk Mirna, bangun buk, ayo makan dulu, " Buk Mirna membuka matanya lalu senyum kepadaku.
"Eh nak Mila jadi ngerepotin".
"Ibu makan dulu ya, biar aku suapin,"Buk Mirna mengangguk dan aku suapin sampai habis.
Tidak berapa lama Mas Rangga pulang, lansung mencari ibu nya, lalu memegang tangan ibunya, uhh aku jadi terharu andai aku masih punya ibu.
"Ibu sakit, kok ngak bilang kepadaku, maafin Rangga ya bu, " kata Mas Rangga dengan mata berkaca kaca.
"Ibu tidak apa apa nak cuma lagi ngak enak badan saja, untung ada Karmila bikinin ibu bubur, Mila pintar masak, buburnya enak, " Spontan mas Rangga melirik ku membuatku tersipu malu.
"Makasih ya Mila, " kata mas Rangga penuh ketulusan,dan aku mengangguk.
"Ibu mau makan apa lagi, apa ibu mau aku beliin masakan padang kesukaan ibu?" Ibu tersenyum sambil mengangguk.
" Ya sudah aku beliin sebentar ya".kata mas Rangga.
" Tunggu sebentar biar aku saja yang masakin, " spontan mas Rangga dan ibu Mirna melirikku.
"Memangnya kamu bisa masak masakan Padang? Aku ngak begitu yakin,"kata mas Rangga sedikit mengejek.
"Bisa dong, aku anak Minang asli keturunan Sumatra bagian Barat sangat ahli dalam memasak, ibu mau di masakin apa?
Aku bisa masak rendang,
gulai cubadak(gule nangka),
Samba lado
Gulai paku(gule pakis)
Gulai cancang
Gajebo dan lain lain, ibu mau makan apa?" Mas Rangga dan ibu nya lansung menganga spontan aku menutup mulutku karna terlalu bar bar, namun setelah itu mereka hanya tersenyum.
" Ya sudah ibu mau rendang saja, ibu ada stok daging juga ada santan dalam kemasan, ibu mintak tolong bikinin ya, pasti masakanmu enak, " kata ibu Mirna dan ku balas anggukkan.
Dengan lihai aku campurkan semua bumbu, setelah satu jam rendang pun siap karna aku tidak membuat terlalu banyak.
Mas rangga dan ibunya beserta Aqila dengan lahap memakan rendang buatan ku, sehingga aku mejadi terharu masih ada yang menghargai aku.
" Enak banget, kamu cocok menjadi mantu idaman, tapi sayang kamu sudah berkeluarga, " kata ibu Mirna.
" Tenang bu suatu saat nanti Karmila akan menjadi menantu ibu, " Aku melongo mendengar perkataan mas Rangga spontan aku mencubit lengan mas Rangga.
" auuuh sakit, " mas Rangga mengerang kesakitan.
" Rasain, " kata ku, bu Mirna hanya senyum sambil geleng geleng kepala melihat tingkah laku kami .
"Eh Karmila, jadi perempuan jangan kasar kasar dong, tambah jelek tau, "kata mas Rangga.
"Habis kamu sih bikin aku kesal, kamu juga jadi laki laki jangan ember, aku kan jadi malu sama ibumu, "Kata ku menahan kesal.
" Sudah sudah kalian jangan bertengkar, Rangga kamu harus sopan sama perempuan ngak boleh ngomong begitu, " kata bu Mirna juga mencubit lengan mas Rangga.
"Awwh sakit bu, kalian jahat," kami serentak tertawa karna merihat mas Rangga seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Airhujan
bagus ceritanya ka,, mampir juga di aku iya😊
2023-01-14
1