Episode 15. Dewi Yang Otoriter

Suara Adzan Subuh terdengar dilantunkan Muadzin dari surau tak jauh dari rumah Asih. Merdu terdengar memecah malam yang hening dan sepi.

Beberapa laki-laki bersarung dan berkopiah serta perempuan-perempuan bermukenah putih tergopoh-gopoh menuju surau.

Ibrahim berdiri dari sholat malamnya kemudian berjalan keluar hendak menuju surau.

Di depan pintu, Ibrahim berpapasan dengan Bapak yang keluar dari kamar dan hendak berwudhu di belakang rumah.

"Bapak sholat Subuh di Surau juga?" tanya Ibrahim begitu Bapak kembali dari berwudhu.

"Iya...ayo!" jawab Bapak pendek, seraya mengajak Ibrahim untuk segera menuju surau.

Ibrahim merasakan perubahan di wajah dan kata-kata Bapak. Biasanya laki-laki tua itu tak pernah lepas senyum saat berbicara dengan Ibrahim.

Namun kali ini sikap Bapak agak berbeda. Entah kenapa...

Ibrahim tak.mau mengira-ngira. Namun rasa penasaran memenuhi pikiran Ibrahim.

Bapak kenapa ya ?, ahh..nanti saja sepulang dari surau aku tanyakan kenapa beliau bersikap agak lain kali ini, ucap Ibrahim dalam hati.

Merekapun berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju surau. Tak ada cerita atau obrolan yang biasa terjadi saat keduanya menuju surau.

Keduanya larut dalam fikirannya masing-masing.

Lantunan Adzan telah berakhir saat Bapak dan Ibrahim tiba di surau. Bapak adalah Imam tetap di surau itu.

Segera Bapak dan Ibrahim melaksanakan sholat Sunnah 2 roka'at.

Selesai melaksanakan sholat Sunnah, beberapa menit kemudian Bapak memimpin jamaah melaksanakan sholat Subuh.

______

Sementara itu di rumah Prabowo....

Saat adzan subuh berkumandang, saat itu pula Prabowo dan Dewi istrinya meninggalkan ruang kerja Prabowo menuju kamar pribadi mereka.

Tak menggubris seruan sholat Subuh dari toa surau, keduanya lantas melanjutkan tidur di kamar mereka.

"Sayang..," Prabowo berbisik memanggil istrinya.

"Hmm..?" jawab Dewi pelan.

"Mas haus. Tolong ambilkan minum," pinta Prabowo dengan suara agak serak.

"Ituu..ada di meja," jawab Dewi ..malas.

"Ooh..iya," jawab Prabowo, kemudian mengambil air putih diatas meja kecil disamping tempat tidur mereka dan menenggaknya hingga tandas tak bersisa.

"Hooaaam..aku ngantuk banget Mas. Tidur akh" suara Dewi kembali terdengar.

"Ya udah..tidur lagi," Prabowo menyuruh istrinya untuk kembali tidur

Keduanya melanjutkan tidur mereka hingga siang menjelang dan terik panas matahari mulai menyentuh kulit bumi.

Saat alarm di meja berdering keras, Prabowo terkejut dan terbangun dari tidurnya.

Sementara Dewi masih tidur nyenyak dalam buaian mimpi indahnya tentang pergulatan tadi subuh.

"Mih..udah siang. Ayo bangun!" Prabowo membangunkan Dewi.

Namun perempuan itu bukannya bangun malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan tidak menghiraukan panggilan suaminya.

"Miiih..bangun. Hari ini aku harus ke kantor pagi-pagi. Ini sudah siang banget," Prabowo mengingatkan istrinya sembari bangun dari tempat tidur dan menyibak tirai jendela kamar mereka.

Terik panas matahari menyerobot masuk melalui celah-celah gorden yang terbuka sebagian.

Bergegas Prabowo berlari ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri.

Sementara Dewi masih terhanyut dalam dekapan selimutnya yang hangat.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk seseorang.

"Tuaan..nyonya.... ini sarapan paginya sudah siap," ucap seorang perempuan dibalik pintu kamar Prabowo.

"Masuk Bi...pintunya nggak dikunci," jawab Dewi malas dan menyuruh si bibi untuk masuk.

Tergopoh-gopoh bibi pembantu rumah tangga Prabowo buru-buru masuk ke kamar membawa nampang berisi sarapan pagi Prabowo dan istrinya.

"Taruh diatas meja..!!" perintah Dewi dibalik selimutnya.

"Iya Nyonya.." jawab si bibi dengan suara pelan kemudian meletakkan nampang berisi sarapan di atas meja kamar.

Hening sesaat. Tiba-tiba Prabowo keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk kecil yang menutupi tubuh bagian vitalnya

Si bibi kaget dan buru-buru keluar.

"Biiii...tolong bawakan jamu buat saya," teriak Dewi yang mengira pembantunya masih berada di kamar itu.

"Bibi udah keluar," Prabowo menjawab teriakan istrinya.

"Kalau begitu Mas aja yang ambil jamunya di dapur. Itu sudah dibuat si bibi. Suruh bibi panasin lagi dan bawa kesini!," perintah Dewi kepada Prabowo.

Prabowo tak menjawab, membuat Dewi membuka selimutnya dan menoleh kearah Prabowo yang sedang berpakaian.

"Mas..!?" Dewi memanggil suaminya dengan nada ketus dan kening mengkerut.

"Iyaa..iyaa..aku ambilin," seru Prabowo ngalah.

"Naaah...gitu dong. Itu baru namanya suami yang baik," ucap Dewi sambil kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

Prabowo menghela napas ..kesal.

Adalah hal biasa jika Dewi sering memerintah Prabowo untuk melakukan segala kemauannya.

Andil orang tua Dewi membesarkan nama Prabowo menjadi hutang budi yang membuat Dewi sering bersikap sewenang-wenang terhadap Prabowo.

"Kamu jangan pernah membantah aku..apalagi menduakan aku Mas. Nasibmu ada ditangan aku dan kedua orang tuaku. ingat itu ..!!!" itu kalimat yang sering diucapkan Dewi kepada Prabowo seolah mengingatkan Prabowo akan kedudukannya dimata Dewi dan keluarganya.

Walau kadang Prabowo merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Dewi, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dengan kekuasaan dan uang yang mereka miliki, mereka dapat mendepak Prabowo dari posisinya saat ini kapan saja mereka mau.

Dan Prabowo tak ingin itu terjadi.

Prabowo keluar. Sesaat kemudian kembali lagi ke kamar dengan membawa nampan kecil berisi jamu buat istrinya.

Semakin arogan saja perempuan ini , umpat Prabowo dalam hati.

Hmm..kenapa tak kuracuni saja perempuan ini biar mati sekalian dan tidak semena-mena lagi terhadap aku. Apalagi aku sudah punya perempuan simpanan yang lebih cantik, muda dan penuh gairah seperti Asih. Semakin kesini aku semakin muak dengan perempuan ini.

Prabowo meletakkan nampang berisi jamu istrinya diatas meja. Kemudian membangunkan Dewi yang masih tertidur.

"Mih...ayo bangun. Mandi dulu. Abis itu baru kita sarapan. Ingat Mih..hari ini jadwal kamu ketemu ibu-ibu PKK di kampung seberang," Prabowo mengingatkan Dewi soal jadwal mereka hari ini.

"Haah..aku masih ngantuk Mas. Kamu aja yang ketemu itu ibu-ibu kampung. Lagian nggak penting banget aku ketemu mereka Mas!!" Dewi menolak dengan malas dan ketus.

"Tapi Mih....,"

"Nggak ada tapi-tapi. Batalkan saja atau suruh orang lain mewakili aku untuk menemui mereka...gampang kan !?" Dewi berkata dengan sewot.

"Ya udah kalau itu mau mamih,"

"Gitu dong..kamu kan Camat di kota ini. Pergunakan kekuasaanmu untuk memerintah orang lain. Jangan aku yang kamu perintah!" tegas Dewi tanpa memperdulikan sikap dan kata-kata Prabowo.

Prabowo meletakkan nampang berisi saraoan pagi dan jamu di depan Dewi yang telah duduk di tempat tidurnya.

Tanpa mandi apalagi ucapan terima kasih, Dewi meminum jamu buatan bibi dan mulai sarapan.

"Kamu nggak sarapan?" tanya Dewi melihat Prabowo hanya berdiri tanpa menyentuh sarapan paginya.

"Nanti aja di kantor," ucap Prabowo menolak halus ajakan istrinya.

"Makan disini. Aku nggak suka kamu makan di kantor. Belum tentu makanannya sehat dan higienis," Dewi kembali memerintah.

Prabowo tak membantah dan langsung mengambil nampang berisi sarapan untuknya dan duduk disamping Dewi.

"Naah...begitu dong..manut sama istri!!" ucap Dewi.

Prabowo diam...namun hatinya dongkol bukan kepalang..

Perempuan sialan !!! Umpat Prabowo dalam hati.

___________

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!