Episode 7. Ultimatun Bapak

Beberapa bulan setelah Asih melahirkan bayinya, perempuan itu masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya kini bersuamikan Ibrahim dan tetap berharap Prabowo segera menyelesaikan pendidikannya dan kembali kepadanya.

Seolah tak perduli dengan sikap istrinya, Ibrahim tetap memperlakukan Asih dan putrinya dengan baik dan penuh kasih sayang hingga Ulfa, putri Asih tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik mempesona.

Bagi Ibrahim, Ulfa adalah segalanya. Demikian pula dengan Ulfa yang menyayangi Ibrahim dan sangat dekat dengan laki-laki yang dipanggilnya Ayah itu.

Beberapa tahunpun berlalu. Selama itu Asih tidak pernah mendengar berita apapun tentang Prabowo. Tapi perempuan itu tidak perduli. Cinta dan dendam yang dimilikinya untuk Prabowo seolah api yang tak pernah padam walau saat itu dirinya telah memiliki Ibrahim dan Ulfa didalam kehidupannya.

Hingga suatu saat terbersit kabar angin kalau Prabowo akan kembali dan menempati posisi camat di daerah tempat tinggal mereka menggantikan bapaknya.

Asih berdebar menerima kabar angin itu. Namun perasaan kecewa tiba-tiba membuncah dihati Asih ketika mendengar berita kalau Prabowo telah menikah dengan seorang perempuan kota yang dijodohkan pak Camat dengannya.

Ada bara dihati Asih. Namun perempuan itu berusaha tenang dan tidak menampakkan perasaanya kepada keluarganya.

Tekadnya sudah bulat, akan menuntut janji dan pertanggung jawaban Prabowo untuk menikahinya.

Ibrahim yang tau betul bagaimana perasaan Asih terhadap Prabowo dan semua kisah cinta mereka hanya bisa pasrah. Jujur, Ibrahim tak ingin melepaskan Asih dan Ulfa. Namun setelah sekian tahun hidup bersama Asih, Ibrahim masih tak mampu menggantikan posisi Prabowo dihati Asih.

Beberapa minggupun berlalu. Kabar kepulangan Prabowo semakin santer terdengar. Asih berdebar saat mengetahui hal itu.

Sampai suatu malam setelah sholat Isya, Asih dan Ibrahim dipanggil Bapak dan Ibu ke ruang tamu rumah mereka.

Rupanya berita kepulangan Prabowo ke kampung itu juga telah sampai ke telinga kedua orangtua Asih.

"Duduk Ibrahim....Asih...ada yang Bapak dan Ibu perlu omongin," ucap Bapak mengawali permbicaraan mereka malam itu ketika Ibrahim dan Asih telah duduk dihadapan Bapak.

"Ada apa Pak?" tanya Asih dan Ibrahim serempak.

Bapak menyulut rokok kretek miliknya kemudian menghisapnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

"Buatkan kopi Bu buat Bapak dan Ibrahim," perintah Bapak kepada Ibu.

Ibu mengangguk kemudian melangkah pergi ke dapur untuk membuat dua gelas kopi untuk suami dan menantunya.

Asih yang hendak menyusul ibunya dicegah Bapak. "Duduklah Asih. Biar ibumu saja," ucap Bapak membuat Asih menghentikan langkahnya dan kembali duduk.

Ibrahim yang melihat hal itu hanya diam dan menunggu. Ibrahim yakin berita kepulangan Prabowo telah sampai ketelinga Bapak.

Setelah Ibu kembali dengan dua gelas kopi ditangannya, meletakkan kopi yang dibawanya diatas meja kemudian perempuan paruh baya itu kembali duduk disamping Bapak.

Sepi..tak seorangpun berani angkat suara.

"Prabowo akan pulang ke kampung kita..Bapak yakin kalian semua sudah mendengar rumor itu," dengan suara berat Bapak mulai bicara.

Ibrahim diam, Asih mempermainkan ujung bajunya dan ibu memandangi wajah Bapak. Semua menunggu kelanjutan ucapan Bapak.

"Sejak dulu Bapak tak pernah sejalan dengan si Raharjo, Bapaknya Prabowo. Orangnya sombong, sok berkuasa dan nganggap remeh orang. Puncak kemarahan Bapak adalah saat si sombong itu menolak menikahkan anaknya dengan Asih!!" geram suara Bapak dengan mata yang memerah karena menahan amarahnya.

Asih mengangkat kepalanya mendengar ucapan Bapak yang berapi-api.

Sebenarnya Bapak dan Raharjo dulunya adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Hingga saat lulus SMA, hubungan kedua sahabat itu mulai merenggang akibat keduanya jatuh cinta pada seorang perempuan yang sama.

Maryam, perempuan tercantik di kampung mereka lebih memilih Bapak yang soleh ketimbang Raharjo yang pintar. Raharjo marah dan berjanji akan membalas Bapak.

Saat menjadi kepala desa, Raharjo sempat nekat mendekati Maryam. Namun perempuan cantik yang solehah itu bukanlah perempuan yang gampang digoda laki-laki lain. Apalagi saat itu dirinya telah berstatus istrinya Bapak dan memiliki satu orang putri cantik..Asih.

Saat Ibrahim dan Asih mulai bersahabat dengan Prabowo, Bapak sempat tidak setuju dan melarang Asih dan Ibrahim untuk bertemankan Prabowo.

Namun diluar dugaan Bapak, Prabowo dan Asih justru saling jatuh cinta. Sementara Bapak lebih setuju putrinya berhubungan dengan Ibrahim yang soleh.

Hingga saat Asih ketahuan dihamili Prabowo dan mengandung anaknya, Bapak marah besar walau akhirnya legowo meminta Raharjo untuk menikahkan Prabowo dengan Asih.

Penolakan Raharjo merupakan pukulan terberat bagi Bapak. Satu langkah pembalasan dendam Raharjo sudah dimulai.

Bapak yang malu besar akhirnya menikahkan Asih dengan Ibrahim demi menutupi aib terbesar didalam hidupnya, kehamilan Asih.

"Bapak ingatkan kamu Asih. Saat ini suamimu adalah Ibrahim. Jika Prabowo kembali lagi ke kampung kita, dia juga akan membawa istri dan anaknya. Berhenti mengejar Prabowo. Ingat..Ulfa jangan sampai tau kalau Prabowo adalah Ayah biologisnya," tegas Bapak memandang tajam putri semata wayangnya.

Asih tak berani membalas tatapan mata Bapak, namun hatinya berontak, tidak menyetujui perintah Bapak. Bagaimana mungkin Asih menutupi keberadaan Ulfa, putri kandung Parabowo.

Ulfa adalah senjata terampuh Asih untuk menuntut Prabowo agar segera menikahinya.

"Tapi Pak, Prabowo adalah Ayah biologis Ulfa. Nggak mungkin kita menyimpan rahasia besar ini selamanya dari Prabowo. Dia harus tau Ulfa adalah putri kandungnya," timpal Ibrahim memberanikan diri bersuara didepan kedua mertuanya.

Asih lega, apa yang ingin diucapkannya akhirnya disampaikan sendiri oleh Ibrahim.

Bapak menghela nafas berat. Dipandanginya wajah Ibrahim, menantu kesayangannya.

"Im, kamu tau hukum agama kita. Bagaimana status Ulfa saat ini, kamu paham betul gimana hak-hak Ulfa atas Ayahnya. Ulfa tidak lagi memiliki hak apapun atas Ayahnya, baik hak waris maupun hak walinya," ucap Bapak menatap tajam wajah menantunya.

Ibrahim tersentak, menyadari kebenaran dalam ucapan mertuanya. "Tapi Pak, dalam darah Ulfa mengalir darah Ibrahim. Dia berhak tau," ujar Ibrahim lagi sambil menundukkan wajahnya.

"Benar...soal itu kamu benar Im. Tapi apa yang kalian harapkan dari Prabowo setelah mengetahui soal Ulfa!?" tanya Bapak mengedarkan pandangannya ke seluruh anggota keluarganya yang ada di ruangan itu.

Semua terdiam. Bapak benar, apa yang mereka harapkan dari Prabowo ?. Saat ini Asih telah menikah dengan Ibrahim. Prabowopun demikian, telah menikahi perempuan lain. Lantas untuk apa memberitahukan Prabowo soal Ulfa ?.

Asih meremas jemarinya yang mulai berkeringat. Wajahnya pucat pasi. Ultimatun Bapak adalah harga mati yang tak bisa dibantah oleh siapapun.

Setelah pembicaraan malam itu, Asih lebih banyak mengurung dirinya di kamar. Prabowo adalah cinta pertamanya dan yang pertama pula.menanam benih dalam rahimnya.

Bagaimana mungkin aku membiarkan Prabowo menjadi milik perempuan lain ??..TIDAK..itu tidak akan pernah terjadi , batin Asih

Perempuan itu gelisah diatas ranjangnya. Beberapa kali Asih mencoba memejamkan matanya namun gagal. Bayangan Prabowo seolah belenggu yang mengikat kebebasan Asih. Hingga pagi menjelang, barulah Asih bisa tidur sejenak.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Typo; darah Ibrahim = darah Prabowo.

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!