Setelah benar-benar yakin Ulfa putriku telah tertidur nyenyak, akupun berjingkrak dengan hati-hati meninggalkan kamar Ulfa.
Sepi diluar rumah. Hanya terdengar suara tokek di depan rumah membuat malam terasa semakin mencekam.
Kecurigaanku terhadap Asih istriku membuat aku penasaran dan mencoba mengintip kedalam kamar Asih.
Betapa terkejutnya aku ketika dengan jelas kulihat Asih membungkus tubuhnya dengan kain besar dan secara diam-diam keluar melalui jendela kamar.
Buru-buru aku menuju pintu depan dan samar-samar diantara gelapnya malam kulihat seseorang dengan motornya sedang parkir tak jauh dari rumah itu.
"Prabowo ?." bisikku sembari mengucek-kucek mataku.
Tak yakin jika orang yang kulihat dari kejauhan itu benar-benar adalah Prabowo sahabatku.
Aku memutuskan untuk menunggu.
Saat kulihat Asih istriku mendekati pengemudi moge tersebut, akupun semakin yakin bahwa aku memang tidak salah lihat.
Itu Asih dan Prabowo...
Jantungku berdegub kencang. Diantara rasa cemburu dan tidak percaya, akupun memutuskan untuk mengikuti Prabowo dan istriku Asih.
"Aku harus tau, mau kemana mereka malam-malam begini," bathiku sambil mengendap-endap keluar rumah melalui pintu belakang dan mengambil sepeda kumbang milik Bapak yang diparkir di dapur rumah itu.
Perlahan kupacu sepeda kumbang Bapak dengan hati-hati agar tidak diketahui Prabowo dan Asih.
Suasana malam yang sepi membuat Prabowo tak menyadari jika dirinya sedang kuikuti.
Melihat Asih yang memeluk erat pinggang Prabowo membuat darahku bergejolak. Tidak salah lagi. Prabowo dan istriku jelas berselingkuh.
Aku mengepalkan kedua tanganku dengan keras. Gerahangku menegang. Darahku mulai mendidih melihat kedua penghianat itu menuju rumah lama keluarga Prabowo.
"Apa yang akan mereka lakukan di rumah kosong itu ?" aku menggigit bibirku membayangkan apa yang akan dilakukan oleh istriku dan Prabowo.
Agar tidak menimbulkan kecurigaan, sengaja kuparkir sepeda Bapak agak jauh ditengah persawahan yang gelap gulita. Dengan begitu Asih dan Prabowo tidak akan curiga jika sedang kubuntuti dan aku sendiri bisa melarikan diri sewaktu-waktu tanpa terlihat oleh mereka berdua.
Kulihat Prabowo sedang memeriksa situasi sekitar rumah kosong miliknya sebelum akhirnya dia masuk, menarik tangan Asih istriku sambil mencumbuinya dengan membabi buta.
Aku menunduk, bersembunyi diantara rimbunnya pokok padi yang mulai menguning.
Darahku tiba-tiba bergejolak hebat. Debar di jantungku semakin tak beraturan.
Hatiku sakit melihat pemandangan yang diciptakan Prabowo dan Asih didepan mataku.
Ingin rasanya aku mendekati kedua manusia terkutuk itu dan menghabisi mereka berdua dengan tanganku sendiri. Namun akal sehatku masih bekerja dengan dangan normal.
Walaupun prediksiku ternyata benar bahwa Asih dan Prabowo bakal berhubungan kembali, namun aku tak percaya akan terjadi secepat ini.
Setelah Asih dan Prabowo tidak terlihat lagi, akupun perlahan mengendap-endap ke rumah itu. Perkiraanku, Prabowo dan Asih akan menuntaskan hasrat mereka di ruang tamu karena dari kejauhan terlihat bayangan keduanya dari luar jendela.
Dan prediksiku benar. Kedua manusia durjana itu tak bisa menunda waktu lebih lama lagi untuk menuntaskan hasrat iblis mereka.
Walau dalam bayangan malam, namun mataku masih bisa melihat dengan sangat jelas adegan di ruang tamu rumah itu.
Bahkan desahan kedua penghianat itu jelas terdengar ditelingaku seolah sembilu yang menyayat-nyayat hatiku.
"BANGSAAAT..BIADAAAB "umpatku geram dalam hati.
Selama perkawinan kami, Asih tak pernah ingin kusentuh. Rupanya dia menyimpan hasratnya hanya untuk Prabowo, laki-laki yang dicintainya sejak dahulu.
Aku menarik napas berat. Ada sesuatu seolah sebuah batu yang maha berat menindih hatiku...sakit tapi tak berdarah.
Kukui, sulit bagiku untuk memiliki Asih seutuhnya. Pernikahan kami hanyalah sebuah perjanjian yang sama sekali tidak didasari oleh rasa cinta. Tidak sedikitpun...
Walaupun menyesalkan perilaku Asih, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"SIAPA ITU...!!?" tiba-tiba terdengar teriakan Prabowo dari dalam rumah membuatku terkejut setengah mati.
Rupanya terangnya rembulan dimalam itu memantulkan bayanganku hingga terlihat oleh Prabowo.
Buru-buru aku melarikan diri, menyusuri tepian persawahan dan bersembunyi disana.
Kulihat Prabowo keluar dari rumahnya diikuti Asih yang hanya berselimutkan kain tipis yang dibawanya dari rumah tadi.
Aku menahan napas dan mematung. Tak ingin terlihat apalagi terdengar oleh kedua orang itu.
Tak berselang lama, Prabowo dan Asih akhirnya kembali ke dalam rumah. Walaupun Prabowo terlihat masih penasaran, namun laki-laki itu akhirnya mengikuti ajakan Asih untuk masuk.
Aku menghela napas lega.
Setelah merasa yakin bahwa kedua orang itu tidak akan keluar dan memergoki aku, tanpa.menunggu lebih lama lagi akupun mengendap perlahan mendekati sepeda kumbang Bapak yang kuletakkan tak jauh dari tempatku bersembunyi.
Aku memutuskan untuk menunggu sesaat sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu.
"Daripada nanti aku ketangkap basah oleh mereka atau Asih curiga karena tidak mendapati aku di kamar putriku, mending aku pulang duluan," putusku kemudian.
Perlahan kukayuh sepeda kumbang Bapak menuju rumah. Malam semakin larut dan jalanan semakin sepi.
Aku melihat kearah jam tanganku. Sebentar lagi waktu subuh tiba. Asih dan Prabowo tak mungkin menunggu subuh untuk pulang.
Kupercepat laju sepeda menuju bagian belakang rumah Bapak. Dan dengan hati-hati aku memasukkan sepeda kumbang Bapak ke dapur.
Sepeda kumbang Bapak kuparkir tanpa menimbulkan sedikitpun bunyi.
Setelah yakin semuanya aman, akupun perlahan masuk ke kamar Ulfa putriku dan berbaring disampingnya.
"Maafkan Bapakmu ini sayang.." bisikku perlahan.
Kubelai wajah mungil yang kini bersandar dipelukanku.
Ulfa memang bukan darah dagingku, tapi entah kenapa kasih sayangku kepada gadis kecil itu melebihi segalanya.
Ulfa adalah alasanku menikahi Asih
Ulfa pula alasanku untuk bertahan hingga saat ini dengan harapan suatu saat nanti Asih akan menerima dan mencintaiku dengan seutuhnya.
Aku menghela napasku. Dadaku terasa sesak. Mataku memanas namun tak mengeluarkan air mata.
Aku terlampau mencintai Asih hingga mengabaikan perasaanku sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara motor tak jauh dari rumah itu. Bergegas aku mendekati jendela dan mengintip keluar.
Samar-samar kulihat Prabowo menghentikan motornya tak jauh dari rumah itu.
Terlihat Asih membungkus tubuhnya dengan kain besar yang dibawanya tadi sambil menengok kesana kemari untuk memastikan situasi aman untuknya pulang.
Dan sebelum berpisah, kembali Asih dan Prabowo menunjukkan kemesraan mereka tanpa menyadari kalau ada sepasang mata yang melihat dengan geram dibalik gorden jendela rumah didepan mereka.
"Sebaiknya aku bergegas sebelum Asih menyadari keberadaanku," putusku kemudian secepatnya meninggalkan tempatku berdiri dan menuju kamar Ulfa.
Tak berselang lama kudengar samar bunyi motor Prabowo meninggalkan tempat itu.
Aku memejamkan mataku berpura-pura tidur.
Tak lama kemudian kudengar seseorang membuka pintu kamar Ulfa.
"Itu pasti dia," batinku pelan.
Aku menahan napasku dan menariknya lega ketika kulihat Asih kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.
"Syukurlah...tampaknya dia tidak curiga sedikitpun kalau tadi kubuntuti," pikirku lega.
Akupun bisa bernapas lega. Namun kelegaanku tak membuat mataku terpejam apalagi terlelap.
Akhirnya kuputuskan untuk keluar kamar dan berwudhu kemudian melakukan sholat malam sambil menunggu waktu Subuh tiba _______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments