Asih berlari cepat kearah Prabowo diikuti Ibrahim. Gadis itu kemudian mencegat langkah Prabowo dengan merentangkan kedua tangannya didepan Prabowo.
Prabowo terkejut dengan langkah berani Asih mencegatnya. "Apa-apaan kamu Asih. Jangan malui-maluin aku. Aku tunggu kamu dan Ibrahim di halaman belakang sekolah," bisik Prabowo sambil menepis tangan Asih.
Asih menurunkan kedua tangannya. Wajahnya kebingungan, tak mengerti ada apa dengan Prabowo.
Ibrahin yang sudah berada didepan Asih kemudian menepuk pundak gadis itu membuat Asih tersadar dari lamunannya.
"Dia masih ingat kita Im..dia bahkan menyebut namaku dan namamu tadi. Tapi kenapa di kelas dia bersikap seolah tidak mengenali kita " tanya Asih tak mengerti.
"Mungkin Bowo punya alasan tersendiri Asih. Kita nggak tau apa yang dialami Bowo sejak hijrah ke Ibukota beberapa tahun yang lalu," jawab Ibrahim
Asih menarik nafasnya. "Oh iya, tadi Bowo..eh si Dwi bilang pengen ketemu kita di halaman belakang sekolah. Kita kesana yuk. Aku jadi penasaran," ajak Asih kemudian berjalan mendahului Ibrahim menuju halaman belakang.
Melihat itu, Ibrahim kemudian buru-buru berjalan mengikuti langkah Asih menuju halaman belakang sekolah dengan pertanyaan yang sama di otaknya.
Setibanya di halaman belakang, Asih dan Ibrahim semakin dibuat terkejut dengan sikap Prabowo yang berubah 180 derajat. Dengan senyuman khasnya. Prabowo menyambut Asih dan Ibrahim kemudian merentangkan kedua tangannya kearah sahabat-sahabatnya itu...
"Kalian nggak ingin memelukku !?" tanya Prabowo dengan wajah tanpa dosa.
"Brengsek..apa-apan sich kamu Wo!!," umpat Asih tanpa mendekati Prabowo.
"Eiiit, panggil aku Dwi..dan berhenti memanggilku dengan nama itu. Bowo itu masa laluku!" sergah Prabowo sambil melangkah mendekati Asih.
Dipeluknya gadis itu dengan senyum sumringah. "Kamu tidak merindukanku cantik?" tanya Prabowo menggoda Asih.
Netra gadis itu mulai mengembun. Sesungguhnya Asih sangat merindukan laki-laki yang kini sedang memeluknya itu.
"Kamu sudah berubah Wo...eeh, Dwi," Asih memukul lengan Prabowo pelan sambil menghapus setetes bening disudut netranya.
"Aku tidak berubah cantik. Aku masih tetap Prabowomu yang dulu," jawab Prabowo sembari melepaskan pelukannya dan beralih mendekati Ibrahim
"Apa kabar Im. Kamu semakin ganteng saja sekarang," sapa Prabowo sambil memeluk Ibrahim dan menepuk pundaknya.
"Ak..aku baik-baik saja Wo, eeeh...Dwi. Berarti yang aku lihat di kantor kepala sekolah tadi kamu dan pak Camat ya?" tanya Ibrahim disambut anggukan Prabowo.
"Aku minta maaf, tadi di kelas mengacuhkan kalian. Emang sengaja aku lakukan agar anak-anak yang lain tidak mengetahui hubungan kita bertiga," jawab Prabowo sambil duduk di atas akar besar yang menjulang dibawah pohon beringin tempat mereka berdiri.
Asih dan Ibrahim mengikuti langkah Prabowo dan duduk disampingnya.
"Saat ini aku sedang dipersiapkan Bapak untuk menjadi Kepala Desa termuda di kampung kita, kemudian menggantikan posisinya sebagai Camat. Setelah lulus nanti, aku akan dikuliahkan Bapak ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri di kota. Makanya aku diwanti-wanti Bapak untuk mulai menjaga sikap dan wibawaku, terutama kepada kalian berdua," cerita Prabowo membuat Asih dan Ibrahim tertegung.
"Tapi kenapa..apa alasan Bapakmu. Toh kami nggak akan menghalangi niat Bapakmu untuk menjadikanmu pejabat di daerah kita ini," sela Ibrahim disambut anggukan kepala Asih.
"Bapakku khawatir, keakraban kita bertiga akan berdampak buruk kepadaku. Beliau ingin aku menjadi orang yang bisa mengabaikan perasaan dan masa lalu demi ambisinya menjadikanku pejabat di tanah kelahirannya ini," jawab Prabowo.
Asih dan Ibrahim saling berpandangan tak mengerti. Itu artinya dengan kekuasaan dan pengaruh Bapaknya yang seorang Camat, Prabowo akan menjadi Kepala Desa termuda di daerah mereka setelah dia lulus nanti.
Suatu beban yang harus dipikul Prabowo diusianya yang masih sangat muda.
"Jangan khawatir. Kami berdua akan terus mendukungmu untuk menjadi Kepala Desa kemudian Camat di daerah kita ini, iya kan Im?" ujar Asih sambil meminta dukungan Ibrahim.
"Iya Wo...ehh, Dwi. Kita berdua pasti akan mendukungmu untuk mewujudkan cita-cita dan keinginan Bapakmu," jawab Ibrahin sambil menepuk pundak Prabowo.
Mereka bertigapun tersenyum dan saling berangkulan.
#
#
Beberapa bulan setelah kepulangan Prabowo, hubungan Asih dan Prabowo semakin dekat dan tak terpisahkan.
Sementara Ibrahim yang secara sembunyi-sembunyi mengagumi dan mencintai Asih tak bisa berbuat apa-apa. Ibrahim memilih memendam perasaannya yang semakin hari semakin besar kepada Asih demi persahabatan mereka bertiga.
Bahkan ketika tanpa sengaja Ibrahim memergoki Prabowo dan Asih yang sedang berasyik masyuk di kamar mewah milik Prabowo saat kedua orang tuanya sedang di luar kota mengurus bisnis mereka pun tak mampu berbuat apa-apa dan memilih diam, menyembunyikan rahasia Prabowo dan Asih.
Beberapa bulanpun berlalu dan mereka bertiga akhirnya lulus dari SMA tempat mereka menimba ilmu.
Prabowo yang telah dipersiapkan oleh Bapaknya untuk menggantikan dirinya menjadi pejabat sekaligus pengusaha besar di daerah itu akhirnya mengirim Prabowo untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri di kota S.
Asih yang merasa akan kehilangan Prabowo dalam waktu yang lama tak bisa berbuat apa-apa.
Namun sebelum keberangkatan Prabowo melanjutkan pendidikannya, mereka berdua memutuskan untuk saling mengikat hati dan janji untuk tetap setia satu sama lain sampai Prabowo kembali kelak.
Dan kamar penginapan di kecamatan menjadi saksi bisu kedua sejoli itu memadu kasih dan cinta yang semakin menggebu.
Setelah melepas hasrat muda mereka, Prabowo kemudian memeluk tubuh Asih yang menangis sesenggukan dan membelai rambut hitamnya yang terurai indah.
"Aku janji, akan selalu setia kepada cinta kita berdua Asih. Dan aku berharap kamupun melakukan hal yang sama. Setelah selesai sekolah nanti, aku akan datang untuk melamar dan menikahimu," ucap Prabowo sambil membalikkan tubuh Asih.
"Benar kamu tidak akan mengingkari janjimu Mas?" tanya Asih disela tangisannya.
"Ya..benar. Percayalah kepadaku Asih. Kamu pegang janji aku. Jika nanti aku tidak menepati janjiku maka hidupku tidak akan pernah bahagia dan aku akan selalu tertimpa sial seumur hidupku," jani Prabowo membuat Asih terperangah dan menutup mulut Prabowo.
"Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak akan bisa kamu penuhi Mas," ucap Asih mengingatkan kekasihnya itu.
"Tidak Asih. Janji sudah terucap dan pantang untuk aku tarik kembali," lantang jawab Prabowo.
Asih membenamkan wajahnya di pelukan Prabowo dan merekapun kembali bermesraan tanpa menyadari ada sepasang mata yang melihat apa yang mereka lakukan dibalik pintu yang sedikit terbuka.
Sepasang mata itu milik Ibrahim, sahabat Asih dan Ibrahim. Hatinya hancur berkeping-keping melihat kenyataan bahwa dirinya tidak akan bisa lagi memiliki Asih seutuhnya.
Cinta Ibrahim kepada Asih hanya bertepuk sebelah tangan. Kini Asih benar-benar telah menjadi milik Prabowo meskipun kedua sejoli itu belum terikat hubungan pernikahan, tapi Ibrahim yakin apa yang dikhawatirkannya itu akan terjadi suatu saat nanti.
\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Kak, yg Tentara ku suamimu kok blm up?
2023-01-21
0