KARMA POLIANDRI
Asih, perempuan cantik mantan bunga desa itu berlari dengan air mata berlinang. Rambutnya yang terurai hingga lututnya melambai tertiup angin malam. Sebagian wajah cantiknya kini mulai memudar dimakan usia. Gaun putih panjang yang dipakainya hingga menutupi kakinya membuat Asih seolah sedang melayang diudara.
Dari kejauhan terdengar teriakan orang-orang yang mengejarnya dengan marah. Sebagian dari orang-orang itu membawa beberapa benda tajam seperti parang, pisau, sabit dan lain-lain. Sementara sebagian lainnya berlari sambil memukul kentongan sekuat tenaga.
Suara riuh membuat Asih semakin ketakutan dan melayang menuju kompleks pekuburan di desa itu.
Sebuah kuburan yang masih terbuka liang lahatnya dituju Asih. Kemudian perempuan itu masuk ke liang lahat tersebut dan tanah kuburan itupun tertutup disertai suara gemuruh dan getaran hebat seperti gempa.
Orang-orang kampung yang telah tiba ditempat itupun mundur ketakutan. Ahmad, seorang juru kunci kuburan menyuruh orang-orang untuk menjauh karena hawa panas dari dalam kuburan Asih terasa begitu panas hingga membakar tetumbuhan yang ada disekitar makam Itu. Beberapa kali jilatan lidah api dan asap tebal yang mengepul terlihat masih keluar disela tanah kuburan Asih yang masih sedikit terbuka.
“Berikan paku kayu itu kepadaku,” titah Ahmad kepada salah seorang muridnya yang bernama Abdul.
Abdul kemudian maju dan memberikan dua buah paku kayu yang telah diberi ayat-ayat suci Al-Qur’an kepada Ahmad.
“Semua mundur. Biar aku yang akan mengunci perempuan laknat itu didalam kuburnya!!” teriak Ahmad membuat semua orang yang ada disitu mundur seketika. Suasana semakin mencekam.
Dengan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur-an dibantu semua warga yang ikut membaca, Ahmad kemudian menancapkan salah paku kayu tadi tepat dibatu nisan tempat nama Asih dipahat. Kemudian Ahmad beralih ke bagian kaki dan menancapkan paku kayu satunya lagi disitu.
"ARRRRRGGGGG....AAAMPUUUNN...JANGAN KUNCII AKUUUU....AMPUUUNNN..!!!” Terdengar teriakan Asih dari dalam kuburnya. Teriakan itu begitu pilu dan mengiris hati hingga membuat bulu kuduk setiap orang yang ada di area pekuburan itu merinding ketakutan.
Ahmad mengakhiri ritual penguncian kuburan Asih dengan menyiram air mawar yang dibawanya keatas tanah kuburan Asih.
Tiba-tiba suasana kembali hening seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Tidak terdengar lagi teriakan minta tolong Asih walaupun rumput liar, beberapa tanaman serta pepohonan disekitar area kuburan Asih terbakar, namun api itu telah menghilang seolah ditelan bumi.
"Alhamdulillah...!”ujar Ahmad lega sambil menyapu wajahnya yang basah karena peluh yang membanjiri wajah dan sekujur tubuhnya.
“Alhamdulillaaaahh...!” seru orang-orang yang ada disekitar kuburan itu ikut lega.
“Ayo kita pulang. In syaa Allah roh Asih tidak akan kembali dan mengganggu masyarakat kampung kita lagi...,” ucap Ahmad lega.
Aamiiinn...!!” sahut semua orang mengaminkan ucapan Ahmad.
“Ayo kita pulang,” ajak Ahmad sambil berjalan meninggalkan kuburan Asih yang masih menyisakan kepulan asap tipis diikuti semua orang yang ada di area pekuburan itu, kecuali salah seorang laki-laki paruh baya bernama Ibrahim dan anak perempuannya, Ulfa yang memutuskan untuk tidak ikut pulang meninggalkan kuburan Asih.
Setelah yakin semua orang telah pergi, Ibrahimpun mendekati kuburan Asih. Dengan wajah pucat pasi, Ulfa mengikuti langkah kaki Ayahnya.
“Asih..maafkan aku karena tak bisa menolongmu menghadapi semua ini,” ucap Ibrahim sendu. Laki-laki itu membungkuk di samping kuburan Asih sementara Ulfa berdiri dibelakang Ayahnya dengan ketakutan.
“Seharusnya kamu tidak melakukan perbuatan itu. Dan sekarang kamu harus menanggung semua akibatnya. Aku sudah seringkali memperingatkanmu Asih kalau Poliandri itu dosa besar. Seharusnya kamu mendengar kata-kataku!”
"Tapi jangan khawatirkan anak-anakmu. Aku akan menjaga mereka dengan seluruh jiwa dan ragaku. Kamu tenanglah disana. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu. Aku Ikhlas dan memaafkan semua kesalahanmu kepadaku” janji dan do’a Ibrahim sambil menghapus setitik bening disudut netranya.
Setelah membaca beberapa ayat suci Al Qur-an, Ibrahim dan Ulfa pun meninggalkan tanah pekuburan yang semakin sepi ditelan gelapnya malam.
#
Kilas balik...
Asih adalah gadis cantik bunga desa yang menjadi rebutan para lelaki di desanya karena berparas cantik dan berperawakan bak peragawati. Dari hari ke hari, diusianya yang masih remaja dan beranjak dewasa, Asih terlihat semakin cantik dan mempesona.
Dengan postur tubuh tinggi semampai, berkulit putih bersih dan senyum yang menawan membuat Asih seolah magnet yang tak bisa dihindari baik oleh lelaki bujangan, duda maupun yang lelaki beristri.
Ibrahim, seorang remaja tanggung yang sederhana, alim dan sopan telah jatuh cinta kepada Asih sejak pertama kali melihat gadia itu.
"Asiiih, ada yang mencarimu," teriak Mak dengan suaranya yang nyaring dan memekakkan telinga.
"Siapa Mak," teriak Asih tak kalah nyaring.
"Ibrahim. Sana temuin," jawab ibu Asih
Tak terdengar suara Asih menjawab perintah ibunya. Tiba-tiba terdengar lagi suara nyaring ibu yang semakin kencang memanggil nama Asih.
"ASIIIIIIH..!!" teriak Ibu. Kali ini lebih lantang dari sebelumnya.
Astaga Maaak. Bikin malu Asih aja, gerutu Asih dalam hati.
"Iyaaa..Iyaaa..Asih keluar nich," jawab Asih sambil melangkah malas ke ruang tamu.
Di ruang tamu dilihatnya Ibrahim sedang duduk menunggunya. Begitu melihat Asih, dengan wajah polosnya remaja laki-laki itu buru-buru berdiri dan menyambut Asih.
"Asih..kita ke sekolah bareng yuk," ajak Ibrahim sembari tertunduk malu, tak berani menatap wajah Asih yang cantik dan disukainya.
"Iiih, siapa juga yang nyuruh kamu kesini. Asih bisa ke sekolah sendiri, ga perlu kamu jemput. Emangnya Asih anak kecil?" jawab Asih kecut.
Bibirnya dimanyunkan namun tetap terlihat menarik dimata Ibrahim yang telah dibutakan oleh pesona cinta pertamanya itu.
"Udah Asih..jangan belagu. Sana, kesekolah bareng Ibrahim. Orang udah nunggu kamu sejak tadi, masa kamu abaikan kayak gitu?" ucap Mak yang tiba-tiba telah berdiri dibelakang Asih.
"Ogah akh Mak..Ibrahim culun soalnya. Bikin Asih malu aja," bisik Asih di telinga Mak.
"Eeh..jangan gitu. Ibrahim anak yang baik, soleh dan sopan. Jarang lho ada remaja zaman sekarang yang seperti Ibrahim," bela Mak membuat Asih gerah.
"Tapi Mak..Asih nggak suka kalau jalan bareng Ibrahim. Asih malu digodain teman-teman. Katanya Asih pacaran sama si culun Ibrahim. Iih..Asih jadi malu Mak," rajuk Asih sembari menghentakkan kakinya.
"Kasian Ibrahim Asih. udah sana..bareng Ibrahin ke sekolah. Nanti Bapak tambahin uang jajan kamu," ujar Bapak yang tiba-tiba nongol dari balik pintu dapur.
Rupanya Bapak mendengar perdebatan putri dan istrinya membuat lelaki paruh baya itu memutuskan untuk keluar dan ikut campur menengahi perdebatan istri dan putrinya.
"Beneran Pak, uang jajan Asih mau ditambahin?" tanya Asih tak percaya.
"Iya, asal Asih ke sekolahnya bareng Ibrahim!" seru Bapak menyebutkan syarat yang harus dipenuhi Asih.
Dengan terpaksa Asih mengiyakan permintaan Bapak, demi tambahan jatah uang jajan yang dijanjikan Bapak.
Ibrahim tersenyum senang. Merekapun berboncengan ke sekolah dengan menggunakan sepeda kumbang milik Ibrahim.
\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dhaken
thanks say
2024-12-03
0
Lina Zascia Amandia
Runyam bgt ya layak kehidupan yg dijalani Asih. Keren Kak, setiap kata2 yg ditulis Kk Dhaken, ngalir bagai air. Kata2nya ngalir dan ceritanya menarik. Tinggal rajin up date sm promo.
2022-12-17
1
Lina Zascia Amandia
Karya br Kak Dhaken, like dulu n fav sbb Diana jg blm kelar bacanya.... yg ini nyusul ya.... sukses Kakkk
2022-12-16
1