Episode 11. Menagih Janji Prabowo.

Suara nafas yang memburu, rintihan serta erangan dari dalam rumah lama Prabowo seolah berjuta cambuk yang menghantam tubuh dan perasaan laki-laki yang berdiri tepat diluar jendela besar rumah itu.

Perasaannya terluka. Harga dirinya terkoyak.

Ibrahim, laki-laki yang berdiri tegang dibalik jendela rumah besar Prabowo melihat tiap detik istri dan sahabatnya melepaskan hasrat birahi mereka

Ibrahim tak mampu berbuat apa-apa. Bibirnya terkatup rapat dan lidahnya kelu. Namun sorot matanya menggambarkan luka yang mendalam.

Asih tidak pernah seperti itu saat bersamanya. Seolah menyetubuhi sebuah patung yang hanya diam membisu menerima setiap sentuhan Ibrahim.

Namun bersama Prabowo, Asih bagai singa betina yang liar dan tak terkendali. Begitupun Prabowo yang tak membiarkan malam berlalu percuma begitu saja.

Sejak pagi tadi saat Prabowo dan rombongannya datang ke kampung itu, Ibrahim telah melihat gelagat mencurigakan yang ditunjukkan Asih, memperhatikan setiap gerak-gerik Asih dan mengikuti secara diam-diam kemanapun Asih pergi.

Sampai akhirnya saat Ibrahim melihat Asih keluar secara diam-diam untuk menemui Prabowo, laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka hingga sampai dirumah lama milik keluarga Prabowo yang dituju Asih dan Prabowo.

Beberapa jampun berlalu sampai saat kedua insan beda jenis didalam rumah itu menuntaskan hasrat mereka.

Asih terbaring kelelahan disamping Prabowo tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Sementara Prabowo berbaring disamping tubuh Asih dengan kepala bertumpu pada kedua tangannya.

Seolah ada yang berbisik di telinganya, sontak Prabowo memalingkan wajahnya ke arah jendela besar yang ada disamping pintu rumahnya.

Sekelebat terlihat oleh Prabowo bayangan seorang laki-laki yang mengintip dirinya dan Asih dari balik jendela.

Saat menyadari kalau dirinya kepergok Prabowo, laki-laki itupun akhirnya ambil langkah seribu dan memilih pergi serta menghilang diantara gelapnya malam.

Prabowo buru-buru berdiri, mengenakan pakaiannya dan secepat kilat meloncat dari tempatnya berbaring, hendak mengejar orang itu. Namun terlambat, laki-laki itu telah menghilang dan tidak terkejar oleh Prabowo.

Asih yang telah mengenakan pakaiannya kemuduan menyusul Prabowo.

"Ada apa..siapa yang kamu kejar Mas ?" tanya Asih sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka. Hanya kegelapan yang terlihat oleh Asih. Tak ada siapapun ditempat itu selain dirinya dan Prabowo.

"Ada orang yang mengikuti dan mengintip kita sejak tadi," jawab Prabowo. Sorot matanya masih mencari keberadaan orang yang dilihatnya tadi.

"Ah..mungkin itu hanya gambaran perasaanmu saja Mas. Buktinya tidak ada siapapun ditempat ini selain kita berdua,"

"Aku yakin Asih.. sangat yakin melihat orang itu. Aku jadi penasaran, siapa sebenarnya orang itu. Memgapa dia mengikuti kita hingga ketempat ini.?" tanya Prabowo. Dirinya mulai merasa khawatir.

"Apa mungkin dia.....,!?" tanya Asih mencoba menebak.

Terlintas dibenaknya nama seseorang. Mungkinkah dia orangnya yang dikejar Prabowo tadi.

"Siapa..??"tanya Prabowo penasaran.

"Ibrahim...," jawab Asih ragu-ragu.

"Ibrahim...!!?" ulang Prabowo menyebut nama Ibrahim. "Nggak mungkin !!"

"Waktu kamu keluar rumah tadi, si Ibrahim ada nggak?"

"Eeum..nggak tau juga. Dia nggak ada di kamarku tadi. Mungkin tidur di kamar Ulfa, nemenin Ulfa tidur,"

"Apaa !!?" .Prabowo terkejut. "Berarti kemungkinan kamu bener..orang tadi adalah Ibrahim!!"

"Ahh..biarkan saja Mas. Ibrahim...nggak bisa berbuat apa-apa. Sejak awal dia tau bagaimana hubungan kita. Kalau dia marah atau kecewa saat ini, itu resiko dia. Siapa suruh mau aja disuruh nikahin aku!!" ujar Asih kesal dan nggak perduli.

"Kamu beneran nggak mencintai Ibrahim Asih " tanya Prabowo penasaran.

"Nggak Mas...aku tidak pernah mencintai Ibrahim,"sahut Asih sewot.

"Lalu kenapa kalian bisa punya Ulfa kalau emang nggak ada cinta diantara kamu dan Ibrahim!?" tanya Prabowo penasaran.

"Ulfa...?"

"Iya...Ulfa,"

"Mas nggak pernah memperhatikan wajah Ulfa?"

"Nggak...emang kenapa?"

"Astaga...," seru Asih melongo.

"Kan aku baru nyampe di kampung ini tadi pagi. Mana sempat aku merhatiin orang lain, apalagi anak kecil kayak Ulfa,"

"Maaasss..Ulfa itu ...Ulfa itu anakmu,, bukan anak Ibrahim,"

"AP...APAAA!!?" tanya Prabowo terkejut. Wajah laki-laki itu seketika pias.

"Iya..bener. Ulfa itu anak kamu, bukan anak Ibrahim," ulang Asih membuat Prabowo terkesima.

"Ulfa...Anakku !?"tanya Prabowo tak percaya

"Iya Mas..Ulfa Anakmu. Kamu ingat, saat kita akan berpisah karena kamu akan nglanjutin kuliahmu?, kita sempat berhubungan intim. Itu hasilnya Mas. Ulfa..," jawab Asih mengingatkan Prabowo soal kisah masa lalu mereka.

"Kenapa kamu nggak ngabarin aku. Nggak ngomong terus terang ke aku!?" tanya Prabowo meminta penjelasan Asih.

"Aku sudah berusaha menghubungi kamu Mas. Bahkan Bapak sempat nelpon ke Bapakmu, dan minta pertanggungjawaban kamu untuk nikahin aku, tapi entah kenapa kabar kehamilanku nggak nyampe ke Mas. Bahkan nomor Mas akhirnya sama sekali nggak bisa aku hubungi sampai akhirnya aku mendengar dari mulut Ibrahim sendiri kalau Mas sudah dijodohkan Pak Camat dengan perempuan lain. Hatiku hancur Mas..aku terluka," jawab Asih panjang lebar.

"Lalu..karena nggak bisa menghubungi aku, akhirnya kamu dinikahkan dengan Ibrahim..begitu !?" tanya Prabowo sambil menatap Asih tajam.

"Iya..," jawab Asih singkat.

"Kenapa kamu terima dan mau menikah dengan Ibrahim?" tanya Prabowo lagi.

"Yaa..mau tidak mau Mas. Aku nggak punya pilihan lain karena aku hamil dan dari hari ke hari kandunganku semakin membesar. Keluargaku nggak mau malu dan nggak mau melakukan dosa baru dengan menggugurkan kandunganku. Makanya aku akhirnya dinikahkan dengan Ibrahim," jawab Asih kemudian mendekati Prabowo dan memeluk laki-laki itu.

"Sekarang Mas sudah tau semuanya, tentang Ibrahim maupun tentang Ulfa. Aku saat ini hanya ingin tau, apa keputusan Mas soal ini," tanya Asih sambil memainkan bulu-bulu halus didada Prabowo.

Prabowo terdiam. Pikirannya kacau setelah mendengar penuturan Asih barusan.

Saat ini hubungannya dengan Asih sangat tidak mungkin bisa dilanjutkan lagi. Selain karena dirinya sudah menikahi Dewi, putri tunggal salah seorang kolega bisnis Bapaknya, juga karena statusnya saat ini sebagai Camat muda yang disegani dan dihormati, tidak mungkin baginya untuk memenuhi janjinya kepada Asih untuk menikahinya.

Ibarat makan buah simalakama, Prabowo dihadapkan pada pilihan yang sulit. Masalah baru yang tidak diduganya saat datang ke kampung ini dan bertemu kembali dengan Asih kini harus dihadapinya.

"Asih..dengarkan aku. Dengan status dan kedudukanku saat ini, tidak mungkin bagiku untuk menikahi kamu. Karena hal itu pasti akan menghancurkan reputasiku sebagai pejabat penting di daerah ini," ujar Prabowo tegas.

"Tapi kamu sudah berjanji Mas, dan janji harus ditepati. Kamu ingaat sumpah kamu saat merenggut kehormatanku kan Mas!?" ucap Asih mengingatkan kembali kisah masa lalunya kepada Prabowo.

"Ya..aku ingat Asih...tapi...,!!"

"Sumpah itu masih jelas terngiang di telingaku Mas bahwa Mas tidak akan bahagia dengan siapapun kecuali denganku...ingat!?" tanya Asih lagi.

Prabowo tertunduk. laki-laki itu masih ingat bagaimana dirinya bersumpah didepan Asih. Bahkan sumpah itu disertai coretan bertintakan darah Asih dan Prabowo diatas pahatan nama Asih dan Prabowo dikulit pohon besar belakang sekolah mereka dulu.

"Sekarang aku sudah punya Ulfa, putri kandungmu dan kamu juga sudah menyelesaikan kuliahmu dan menduduki posisi penting sebagai pejabat pemerintah di daerah ini. Jadi Mas..Aku menuntut janjimu padaku saat itu Mas!!" tegas Asih menuntut janji Prabowo kepadanya dulu.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Apakah Prabowo akan menikahi Asih sesuai janjinya dulu ??

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!