Prabowo membuang pandangannya kearah persawahan didepan rumah besar miliknya, berharap masih bisa melihat dan mengenali orang yang telah membuntuti dirinya dan Asih tadi.
Namun percuma. Sepanjang mata memandang hanyalah kegelapan yang menyelimuti. Kalaupun orang yang dicari Prabowo masih bersembunyi diantara tingginya batang-batang padi yang mulai berisi, namun tetap saja tidak akan terlihat jelas oleh Prabowo.
"Besok aku akan selidiki siapa orang yang telah membuntuti kita tadi. Kamu juga Asih, perhatikan gelagat Ibrahim. Barangkali saja tebakanmu benar kalau orang itu adalah Ibrahim," ujar Prabowo tanpa menjawab pertanyaan Asih.
Asih memalingkan wajahnya. Walaupun dirinya juga sangat ingin tau siapa orang yang telah membuntuti dan mengintip dirinya dan Prabowo, tapi sikap Prabowo yang seolah mengalihkan permbicaraan mereka ke siapa orang yang membuntuti mereka membuat Asih merasa diabaikan.
"Mas, jawab dulu pertanyaanku. Bodo amat siapa orang yang mengintip kita tadi. Aku nggak perduli. Yang aku perdulikan adalah Mas menepati janji Mas dulu untuk menikahiku setelah Mas kembali ke kampung ini,!!" sergah Asih dengan wajah masam.
"Asih, tolong saat ini kesampingkan masalah janji kita dulu. Identitas orang itu lebih penting bagiku karena jika hubungan kita ini tercium oleh keluargaku dan ketahuan Masyarakat akan berakibat fatal bagi kedudukanku sebagai camat di daerah ini. Aku bisa saja kehilangan segalanya!!" dalih Prabowo dengan wajah memerah.
"Baguslah kalau begitu. Aku lebih suka kamu hancur daripada kehilangan kamu!!" sahut Asih tak perduli.
"Egois kamu Sih..keterlaluan. Seharusnya kamu paham kalau kita ketahuan justru aku terancam tidak akan bisa bersatu denganmu. Kamu pikir keluargaku akan membiarkan aku menikahi perempuan yang sudah bersuami dan ketahuan berselingkuh denganku saat statusku adalah suami dari Dewi Istriku ..Hah..!?" Prabowo mulai tersulut emosinya.
"Lalu bagaimana dengan aku Mas, bagaimana dengan janji kita..dan juga nasib putrimu Ulfa!?" teriak Asih. "Kamu jangan egois Mas. Jangan mau menang sendiri. Disini aku Mass...Aakuu korbannya. Bukan kamu!!" ucap Asih disela isak tangisnya.
Prabowo mengatupkan rahangnya. Kini laki-laki itu mulai gelisah. Baru saja dirinya tiba di kampung ini, sudah dihadapkan pada masalah baru yang tidak diduganya.
Aku pikir dengan bertemu Asih, dia tidak akan menuntut apapun. Tapi ternyata Asih benar-benar menekanku batin Prabowo menyesali keputusannya memberi ruang kepada Asih.
Saat melihat Asih tadi diantara kerumunan orang-orang, Prabowo kemudian menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk mengikuti Asih dan menyampaikan pesan Prabowo.
Merekapun berjanji untuk bertemu malam ini.
Prabowo menatap Asih dengan sorot mata tajam. Sedikit bergidik Asih oleh tatapan Prabowo.
"Dengar aku Asih. Untuk saat ini ikuti perintahku dan jangan membantah. Kita akan mencari tau dulu siapa laki-laki yang membuntuti dan mengintip kita barusan, apa motiv laki-laki itu dan disuruh siapa dia?" ujar Prabowo lantang. "Aku ingin tau siapa yang ada dibalik laki-laki itu. Bisa saja dia adalah lawan politikku..atau..atau orang yang tidak suka dengan kedudukanku saat ini,"
Asih melengos dan menunjukkan sikap protesnya. Namun perempuan itu tau saat ini Prabowo tidak mau dibantah.
"Terserah kamu Mas, terserah apa yang mau kamu perbuat. Aku akan membantu kamu mencari tau siapa laki-laki pengintip itu. Namun jika aku bisa menemukan siapa orang itu, maka Mas harus segera menikahiku!!" tegas Asih tak mau kalah.
Prabowo terlihat tak perduli. Namun ancaman Asih selanjutnya akhirnya membuat laki-laki itu menyetujui syarat Asih.
"Ingat Mas, aku punya Ulfa...anak kandung kamu. Kalaupun kamu meragukan dia, aku tidak takut untuk melakukan tes DNA kapanpun dan dimanapun untuk membuktikan kalau Ulfa itu putri kandung kamu!!"
Prabowo terkejut mendengar ucapan Asih. Laki-laki itu terperangkap dalam perbuatannya sendiri.
"Baiklah..baiklah..aku janji akan segera menyelesaikan masalah kita setelah aku menemukan si pengintip tadi," ucap Prabowo mengalah.
Percuma aku berdebat dengan Asih. Perempuan itu terlalu keras kepala. Sebaiknya aku turuti saja apa maunya. Aku bisa mengulur-ulur waktu untuk tidak mengikuti kemauannya dengan alasan belum menemukan si pengintip tadi, batin Prabowo mengatur rencana liciknya.
Asih tersenyum puas, sementara Prabowo menatap Asih dengan sesungging senyum disudut bibirnya. Prabowo kemudian menutup pintu rumah besarnya dan kembali bergumul dengan Asih hingga suara tarhim terdengar di surau kampung itu.
"Pakai pakaianmu Asih. Kita pulang sekarang. Besok saat tengah malam kita akan bertemu lagi di tempat ini. Aku tidak akan menjemputmu seperti tadi. Kamu datang saja sendiri agar tidak ada yang mencurigaimu," ujar Prabowo sembari memakai pakaiannya.
Sementara Asih juga melakukan hal yang sama, memakai pakaiannya dan menutupi kepala hingga sebagian tubuhnya dengan kain persegi yang dibawanya tadi.
Saat pulang, Prabowo hanya mengantar Asih hingga ujung setapak menuju rumah Asih, khawatir Bapak Asih yang seorang Imam dan Ibrahim memergoki mereka di jalan.
Setelah Asih berhasil masuk kerumahnya melalui jendela kamar yang tidak terkunci, Prabowopun memacu motornya perlahan menuju rumah besar keluarganya.
#
ASIH...
Dengan berjingkrak, aku masuk melalui jendela kamar yang saat menemui Prabowo tadi sengaja tidak aku kunci.
Suasana kamar masih seperti saat kutinggalkankan tadi. pintu yang terkunci rapat dan suara musik yang sengaja kuputar dengan volume rendah seolah aku sedang tidur sambil mendengar lagu di ponselku.
Duh..untunglah nggak ada yang curiga. Pas banget Ibrahim memilih tidur dengan Ulfa malam ini. Jadi aku bebas menemui Mas Bowo, batinku lega.
Aku sama sekali tak menyangka kalau Mas Prabowo masih ingat padaku. Saat salah seorang pengawalnya memberikan secarik kertas pesan dari Mas Prabowo kepadaku tadi pagi yang isinya meminta agar aku menemuinya saat tengah malam nanti membuat perasaanku menjadi tidak karuan.
Berbagai usaha aku lakukan agar malam ini Ibrahim tidak tidur sekamar denganku. Dan usahaku berhasil.
Dengan membujuk putriku Ulfa agar meminta Ibrahim untuk mau menemani Ulfa tidur di kamarnya dengan iming-iming hadiah boneka barbie kesukaanya.
"Ayaaah..bobo," rengek Ulfa saat malam tiba.
"Ulfa udah ngantuk ya...ayoo, Ayah temenin Ulfa bobo," jawab ibrahim penuh sayang sembari menggendong tubuh Ulfa.
Aku yang memperhatikan adegan itu dari meja makan saat membereskan sisa makan malam kami tersenyum lega. Berhasil, batinku bersorak.
Aku sengaja berlama-lama di dapur, nyuci piring, nyapu dan lain-lain. Kuulur waktu hingga tengah malam tiba sekalian melihat situasi apakah Ulfa berhasil membuat Ibrahim tertidur atau tidak. Bapak serta Ibu sudah sejak tadi masuk ke kamar untuk beristirahat.
Acara penyambutan Camat yang baru benar-benar menguras tenaga dan perhatian seluruh masyarakat. Sisa-sisa perayaan tadi masih terlihat jelas dimana-mana. Semua orang kelelahan dan memilih beristirahat lebih awal.
Jalanan terlihat sepi dan lenggang saat aku memutuskan untuk segera menemui Prabowo.
Dengan kain besar yang kupakai menutupi sebagian besar tubuhku akupun melangkah perlahan meninggalkan rumah. Kamar kukunci dari luar dan kubiarkan radio dikamarku tetap hidup seolah-olah masih ada aku dikamar itu.
Sementara jendela kamar aku buka grendelnya dan kusenderkan agar tertlihat dikunci dari luar.
Setelah aku merasa sudah sepi dan aman, perlahan akupun keluar dari rumah untuk menemui Prabowo diujung gang.
\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments