Episode 4. Kehamilan Asih..

PLAAAKK...

Sebuah tamparan keras melayang dipipi putih Asih menyisakan tanda merah memanjang yang tergambar begitu nyata.

Ibu Asih yang sedang duduk ditemani Ibrahim terlihat menangis sesenggukan , sementara Bapaknya Asih berdiri dengan wajah memerah karena marah.

"Kamu...Kamu telah mempermalukan keluarga ini Asiiiihhh..!!!" teriak Bapak dengan amarah yang sulit untuk dilukiskan. Namun laki-laki paruh baya itu berusaha menekan volume suaranya agar tidak terdemgar oleh tetangga disekitar rumah mereka.

Asih yang terduduk dilantai salah satu sudut rumah itu terlihat memegangi pipinya yang terasa perih dan sakit setelah ditampar Bapaknya tadi.

"Anak siapa itu Asih...JAWAAB..!!!" tanya Bapak tak bisa lagi menahan emosinya.

"Anak..a..a..anak..anak Mas Prabowo Pak..," terbata-bata Asih menjawab pertanyaan Bapaknya.

"AP...APAAAAA??" tanya Bapak tak percaya. Kini kesabarannya benar-benar telah habis.

Saat tangan laki-laki paruh baya itu terangkat hendak memukuli Asih lagi, tiba-tiba Ibu berdiri dan berlari memeluk Asih, melindungi anak perempuannya itu dari amukan Bapaknya.

"Cukup Pak...Cukup...jangan pukuli anak kita lagi," pinta Ibu dengan suara serak dan air mata berlinang.

"Dia telah mempermalukan keluarga kita Bu. Apa kata orang-orang nanti, Asih anak seorang pemuka agama di kampung ini hamil diluar nikah dengan laki-laki yang justru tidak lagi tinggal di kampung ini. Mau ditaruh dimana muka Bapaak Buuuu...!!!" teriak Bapak dengan suara serak.

"Sabar Pak, sabaaar. Kita selesaikan masalah ini baik-baik dengan keluarga Prabowo," ujar Ibu berusaha menenangkan suaminya.

"Apa ibu pikir, si Raharjo itu akan membiarkan putranya menikahi Asih!?" tanya Bapak dengan sorot mata tak yakin.

"Tapi mau bagaimana lagi Pak. Prabowo harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Asih," jawab Ibu pasti.

"Terserah kamu Bu. Tapi ingat, kalau laki-laki keparat itu tidak mau menikahi Asih, maka Asih harus mau dinikahi Ibrahim..!!!" tegas Bapak, sontak membuat ketiga orang yang ada di ruangan itu mendongak kaget.

Ibrahim tercekat, tak mampu berkata-kata. Asih melotot, tak percaya mendengar kata Bapaknya sementara Ibu hanya bisa mengelus dada.

Untuk saat ini, memang hanya itu yang bisa mereka lakukan seandainya Prabowo menolak menikahi Asih. Asih harus menikah dengan Ibrahim untuk menutupi aib kehamilannya dari penduduk kampung dan menyelamatkan nama baik keluarganya.

Asih menggeleng keras..

"TIDAK PAK...ASIH TIDAK MAU MENIKAH DENGAN IBRAHIM !!!" tegas asih tiba-tiba membuat Bapak kembali murka.

"Laluu..apa maumu sekarang Asiiiih!!?" tanya Bapak kehabisan akal.

"Kalau Prabowo tidak mau menikahi Asih maka Asih akan menggugurkan kandungan Asih..tapi Asih tidak akan menikah dengan Ibrahim,...!!!" tegas Asih membuat amarah Bapak kembali mencuat.

"APAAAAA....KAMU INGIN MEMBUAT DOSA BARU LAGI ASIIIIH...!!!" teriak Bapak dengan suara parau.

"Bapak tinggal pilih, menikahkan Asih dengan Prabowo atau melihat Asih MATIIII bersama anak yang ada di perut Asih..!!!" ucap Asih dingin, memberikan pilihan kepada kedua orangtuanya membuat semua orang didalam ruangan itu tersentak kaget dan merinding.

Wajah Bapak terlihat pucat pasi, sementara Ibu terduduk lemas mendengar apa yang baru saja diucapkan putri semata wayangnya itu.

Ibrahim berdiri kaku.

Asih benar-benar tidak memiliki rasa sama sekali kepadaku dan lebih memilih mati ketimbang menikah denganku. Apakah sebegitu jijiknya Asih denganku hingga dia lebih memilih kematian daripada hidup bersamaku?? Batin Ibrahim kecewa.

Hening....

Tak terdengar suara siapapun diruangan itu. Semuanya diam. Ibarat makan buah simalakama, begitulah situasi yang dirasakan Bapak, Ibu dan Ibrahim saat itu.

"Saya setuju dengan saran Bapak dan bersedia menikahi Asih jika Prabowo tak mau menikahinya dan bertanggung jawab terhadap anak yang dikandung Asih!" tiba-tiba Ibrahim angkat suara.

Kini pandangan seisi ruangan itu beralih ke arah Ibrahim. Laki-laki yang sejak tadi hanya diam membisu di ruangan itu akhirnya angkat bicara.

Asih menoleh dan mendengus kesal. Wajahnya menunjukkan kalau dirinya tidak suka dengan nada bicara Ibrahim.

"Maksud kamu nak ?" tanya Bapak tak mengerti. "Apakah kamu mau menanggung aib yang dibuat Asih!?"

"Iya Pak. saya akan menikahi Asih jika Prabowo tidak bisa menikahinya karena masih terikat dengan pendidikannya saat ini. Tapi jika nanti Prabowo sudah menyelesaikan pendidikannya dan hendak menikahi Asih, maka saya akan menceraikan asih dengan ikhlas," ucap Ibrahim pasti membuat Bapak terksima, merasa kagum dengan kebesaran hati Ibrahim.

"Apaa..kamu gila Ibrahim. Bagaimana mungkin kamu tega menikahi kekasih sahabatmu sendiri!?" tanya Asih tak percaya.

"Daripada aku melihatmu mati percuma bersama anak yang kamu kandung dan membuat kedua orangtuamu bersedih, lebih baik kamu menikah denganku. Toh nantinya kamu akan kembali kepada Prabowo pada saatnya nanti. Kamu jangan khawatir, selama menikahimu, aku tidak akan menyentuhmu barang sedikitpun. Itu janjiku kepada kamu, Bapak dan Ibu," jawab Ibrahim.

Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam, tak terkecuali Asih yang akhirnya melunak dan mau menerima usulan Ibrahim.

"Tapi Bapak dan Ibu harus bicara dulu dengan Prabowo dan kedua orangtuanya. Jika mereka setuju maka aku akan menerima usulan Ibrahim untuk menikah dengannya,"

"Kamu tidak dalam posisi memberikan pendapat Asih," sahut Bapak sinis.

"Tapi ini hidup Asih Pak. Dan Asih berhak menentukan jalan hidup Asih,"

"Terserah apa maumu. Tapi ini solusi terbaik yang harus kamu patuhi. Terima kasih nak, kamu sudah begitu legowo mau membantu kami keluar dari masalah ini,"

"Nggak apa-apa Pak. Saya ikhlas melakukan semua ini demi Asih, satu-satunya perempuan yang saya cintai," jawab Ibrahim dengan mata berkaca-kaca.

Perasaan laki-laki itu terluka ketika ditolak dengan tegas oleh Asih. Namun akhirnya Ibrahim memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi suami Asih, perempuan yang sangat dicintainya itu.

Malampun semakin larut. Bapak dan Ibu yang tidak bisa tidur memutuskan untuk membahas masalah Asih di atas bale bambu depan rumah mereka.

"Aku akan nelpon Raharjo sekarang Bu, membahas masalah Asih dan Prabowo," ujar Bapak hendak mengambil ponselnya, namun dicegah oleh Ibu.

"Jangan Pak. jangan sekarang. Besok aja," sahut Ibu lembut. "Ibu buatin kopi ya biar Bapak lebih tenang,"

"Iya Bu," Bapak mengangguk setuju.

Tak lama berselang Ibu keluar dengan membawa segelas kopi hitam yang masih mengepul dan beberapa potong singkong rebus sisa tadi sore.

Bapak membakar sebatang rokok kretek kemudian menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya seolah ingin membuang penat dan gelisah yang tiba-tiba dirasakannya.

Raharjo, Camat sekaligus Bapaknya Prabowo bukanlah orang yang mudah untuk diajak kompromi, apalagi menyangkut masa depan putra semata wayangnya...Prabowo.

Bagaimana jika Raharjo menolak menikahkan putranya dengan anakku , apalagi saat ini Prabowo sedang sekolah camat di kota, batin Bapak mencoba menebak jawaban Raharjo ketika nanti ditelepon olehnya.\=\=\=\=

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!