Episode 8. Mimpi Buruk Ibrahim tentang Asih

Ibrahim mempermainkan tasbih ditangannya. Bibirnya tak henti mengucap zikir, seolah ingin menghapus gelisah yang sejak semalam menggelayuti perasaanya.

Setelah pembicaraan semalam dengan kedua mertua dan istrinya, Ibrahim tak dapat tidur dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Masjid. Kegelisahan seolah enggan menjauhinya.

Yaa Allah, kupasrahkan hidup dan matiku hanya padaMU, bisik Ibrahim diantara doa-doanya malam itu.

Beberapa raka'at sholat tahajud dan istikharah dilakukan Ibrahim, berharap mendapatkan ketenangan dan petunjuk Robbnya.

Sesaat Ibrahim sempat tertidur hingga menjelang Subuh Ibrahim dikejutkan oleh suara Bapak yang membangunkannya.

"Im, Ibrahim. Bagunlah nak,!!" seru Bapak sembari menggoyang-goyang tubuh Ibrahim.

Ibrahim tersentak dari tidurnya. "Astaqfirullah," bisik Ibrahim pelan. Seluruh tubuhnya berpeluh, nafasnya memburu dan lisannya beristiqfar berulang kali.

Sejenak Ibrahim teringat, saat tertidur tadi dirinya sempat bermimpi. Didalam mimpinya itu Ibrahim merasa sedang berjalan disebuah lorong yang gelap dan tak berujung. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat sosok seorang perempuan yang membelakanginya. Seluruh pakaian perempuan itu berwarna hitam. Terlihat jelas ada jilatan api yang menyelimuti tubuh perempuan itu.

"Asih...," bisik Ibrahim parau.

""Kenapa Asih Im?" tanya Bapak tak mengerti. "Kenapa tidur disini Im. Kenapa kamu nggak tidur dirumah aja!?"

"Ibrahim nggak bisa tidur Pak. Makanya semalam Ibrahim memutuskan untuk menghabiskan malam di Masjid ini," jawab Ibrahim.

"Tadi kamu menyebut nama Asih saat Bapak bangunkan kamu. Ada apa...apa yang kamu mimpikan Im?" tanya Bapak penasaran.

Sejenak Ibrahim terdiam. Tidak mungkin baginya menceritakan perihal mimpinya tadi kepada Bapak. Ibrahim yakin apa yang baru saja dimimpikannya adalah petunjuk Allah tentang Asih hasil istikharahnya semalam.

"Nggak pak..nggak apa-apa. Tadi tiba-tiba saja Ibrahim ingat Asih," kelit Ibrahim.

"Kamu mendapatkan isyarat soal Asih dalam mimpimu Im?" tebak Bapak. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

"Tidak Pak...Ibrahim tidak memimpikan apapun," jawab Ibrahim pelan.

Walaupun yakin Ibrahim sedang berbohong, namun Bapak memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan menyuruh Ibrahim untuk bersiap-siap mengumandangkan adzan Subuh.

Ibrahim mengangguk kemudian melangkah menuju tempat wudhu untuk membersihkan diri dan berwudhu terlebih dahulu. Kemudian Ibrahim mengumandangkan adzan Subuh.

Usai melaksanakan sholat Subuh berjamaah diimami Bapak, Ibrahim dan Bapak kemudian pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang, Ibrahim lebih banyak diam.

Dibenaknya masih terbayang mimpi buruknya tadi.

Apa maksud mimpiku tadi. Apakah itu sebuah pertanda yang ditunjukkan Allah kepadaku, batin Ibrahim gelisah.

Tak lama kemudian, akhirnya Bapak dan Ibrahim tiba di rumah disambut Ibu dan Ulfa, putri Asih. Sementara Asih terlihat sedang duduk termenung di atas dipan didepan rumah.

"Assalaamualaikum," ucap Bapak dan Ibrahim berbarengan.

"Wa'alaikumsalaam. Bapak....Im. Kalian udah pulang?" sambut Ibu. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu menciumi punggung tangan suaminya.

Ibrahim mengambil tangan Ibu dan mencium punggung tangan ibu dengan takzim.

Ulfa yang berada digendongan Ibu meronta dan minta digendong Ibrahim. Bocah perempuan itu tertawa kegirangan ketika Ibrahim merentangkan tangan kearahnya. Kini Ulfa telah berpindah tangan ke pelukan Ibrahim.

Asih yang melihat adegan itu tak bereaksi. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Sesekali perempuan itu melirik kearah Ibrahim yang sedang melakukan hal yang sama, melirik kearah Asih.

"Ayok Pak, nak Ibrahim..sarapan dulu," ajak Ibu sambil mengambil alih Ulfa dari gendongan Ibrahim.

Bapak dan Ibrahim mengangguk berbarengan dan melangkah menuju ruang makan diikuti Ibu dan Ulfa.

"Asih..temani Bapak dan Suamimu sarapan. Ibu mau memandikan Ulfa," teriak Ibu membuyarkan lamunan Asih.

"Iya Bu..,"sahut Asih pelan.

Dengan enggan Asih berdiri kemudian menyusul Bapak dan Ibrahim ke ruang makan keluarga.

Bapak dan Ibrahim sarapan pagi dilayani Asih. Tak terdengar suara seorangpun di ruangan itu, hening...hanya terdengar dentingan halus sendok yang beradu dengan piring di meja makan.

Setelah selesai sarapan, Bapak dan Ibrahim kemudian keluar menuju ruang tamu. Sementara Asih membereskan meja makan dan mempersiapkan sarapan untuk dirinya, ibu dan Ulfa.

Sudah menjadi tradisi dalam keluarga itu kalau kaum Pria akan makan terlebih dahulu. Setelah itu barulah giliran kaum wanita dan anak-anak.

Ibu yang telah selesai memandikan Ulfa kemudian bergabung dengan Asih untuk sarapan pagi. Sementara Ulfa didudukkan Ibu diatas meja makan untuk disuapi.

Setelah selesai sarapan pagi, kemudian Asih membereskan meja makan dari sisa-sisa makanan dan mencuci piring. Sementara Ibu melanjutkan menyuapi Ulfa.

Bapak dan Ibrahim terlibat pembicaraan yang serius. Saat Asih dan Ibu mendekati mereka, kedua laki-laki itu tiba-tiba terdiam dan mencoba merubah topik pembicaraan mereka.

"Lagi ngomongin apa sich Pak. Kok serius banget kelihatannya?" tanya ibu penasaran.

"Ah..nggak kok Bu. Bapak dan Ibrahim sedang diskusi soal kegiatan remaja masjid yang sudah mulai berkurang akhir-akhir ini," jawab Bapak sekenanya diikuti anggukan kepala Ibrahim.

Ibu mengerutkan keningnya.

"Ooh..kirain lagi ngebahas soal apa. Kalian berdua terlihat serius banget sampai nggak menyadari kehadiran Ibu,"

"Mari sini Bu. Ulfa biar aku yang gendong," Ibrahim mengambil Ulfa dari gendongan Ibu.

Bapak yang melihat keakraban Ibrahim dan Ulfa hanya tersenyum haru. Bagi Ibrahim, Ulfa adalah anak kandungnya. Bocah mungil yang cantik dan menggemaskan. Sejak isyu rencana kedatangan Prabowo merebak, Ibrahim merasa Ulfa dan Asih bakal direnggut darinya.

"Ibu masuk dulu. Mau ngelanjutin nyuci pakaian. Ulfa sama Ayah yaaa...main sama Ayah Ibrahim," seru ibu menitipkan Ulfa kepada Ibrahim.

Ibrahim mengangguk sementara Bapak hanya memandangi menantu dan cucunya itu. Cerita Ibrahim barusan sebelum kedatangan Ibu tadi mulai mengganggu pikiran Bapak.

Bapak yakin apa yang menjadi mimpi Ibrahim tadi subuh adalah isyarat yang diberikan Allah kepada Ibrahim sebagai jawaban sholat Istikharahnya.

Lorong yang gelap..?? Allah..apa maksud yang Engkau hadirkan dalam mimpi Ibrahim. Apakah itu pertanda nasib suram putriku kelak?? batin Bapak gelisah.

"Bapak akan kerumah Kiai sebentar malam Im untuk menanyakan arti mimpimu itu," ucap Bapak sepeninggal Ibu.

Ibrahim mengangguk setuju.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Bapak dan Ibrahim, Asih menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.

Ibrahim bermimpi tentang aku? tanya Asih pada dirinya sendiri.

Lorong gelap ?..akh, paling mimpi Ibrahim itu hanya bunga tidurnya saja , batin Asih yang terlihat tak percaya mendengar cerita mimpi Ibrahim tentangnya.

Asih berbalik dan buru-buru masuk ke kamarnya ketika melihat Bapak yang hendak berdiri meninggalkan Ibrahim dan Ulfa.

"Kamu serahkan saja Ulfa kepada ibunya dan tidurlah sejenak Im," saran Bapak sebelum masuk. "Bapak mau ke sawah sebentar, mau ngecek pekerjaan orang-orang yang Bapak sewa untuk menyemprot padi milik kita,"

"Baik Pak. Tapi Pak, tolong perihal mimpiku jangan Bapak ceritakan kepada Ibu maupun Asih. Ibrahim khawatir akan berakibat buruk bagi mereka Pak," pinta Ibrahim

"Baiklah Im. Jangan khawatir. Walaupun Bapak punya firasat buruk tentang Asih setelah mendengar cerita mimpimu, namun Bapak yakin ada yang bisa kita lakukan untuk menghindari Asih dari nasib buruknya," sahut Bapak kemudian berlalu meninggalkan Ibrahim dan Ulfa di teras depan rumah mereka.

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Ya Allah Asih, Asih dableg banget jadi orang.... ayo Kak smgt...

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!