Episode 2. Bertemu Teman Masa Kecil

Asih yang diboncengi Ibrahim menutupi wajahnya ketika sepeda kumbang yang mereka tumpangi hendak memasuki halaman sekolah.

"Aku turun disini aja!" seru Asih sambil menepuk pundak Ibrahim, menyuruhnya untuk berhenti.

"Lho Asih, ntar kamu jalannya kejauhan ke sekolah. Udah ..aku antar sampai di gerbang sekolah aja ya!?" tawar Ibrahim sambil hendak mengayuh sepedanya.

"Eeeehhh..kalo aku bilang berhenti ya berhenti..jangan ngeyel kamu. Malu aku kalau ada yang lihat aku ke sekolah bareng kamu!!!" ujar Asih, marah..

Tanpa menunggu persetujuan Ibrahim, Asih langsung meloncat dari boncengan Ibrahim.

"Asiiih..nanti kamu jatuh!!!" seru Ibrahim yang terkejut melihat aksi berani Asih.

"Bodooo'..!!" umpat Asih sambil berlalu meninggalkan Ibrahim yang masih bengong di atas sepedanya.

Dari kejauhan terlihat sebuah mobil sedan putih memasuki halaman Sekolah. Ibrahim yang berdiri tak jauh dari pintu gerbang sekolahnya memicingkan matanya untuk melihat siapa yang berada didalam mobil sedan mewah itu.

"Ahh..mungkin ada pejabat yang berkunjung ke sekolah ini," guman Ibrahim menerka. Dipandanginya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Sudah hampir masuk kelas. Aku harus buru-buru," ucap Ibrahim sambil mengayuh sepedanya memasuki halaman Sekolah.

Saat melewati ruang Kepala Sekolah, ekor mata Ibrahim menangkap dua sosok tamu di ruang Kepala Sekolah. Karena penasaran, Ibrahim memutuskan untuk mengintip melalui celah pintu yang agak terbuka.

Didalam ruang Kepala Sekolah terlihat seorang laki-laki berpakaian parlente dan remaja laki-laki seusia Ibrahim sedang berbincang dengan Kepala Sekolah.

Wajah remaja laki-laki itu tak jelas terlihat oleh Ibrahim karena letak duduknya yang membelakangi pintu tempat Ibrahim mengintip.

Karena tak bisa melihat dengan jelas siapa tamu Bapak Kepala Sekolah dan bel tanda masuk ke kelas telah berbunyi, akhirnya Ibrahim memutuskan untuk mengabaikan kehadiran laki-laki berpakaian parlente dan remaja laki-laki itu.

Ibrahim yang sekelas dengan Asih buru-buru memasuki ruangan kelasnya yang masih gaduh oleh ocehan teman-teman sekelasnya.

"Eh, tau gak. Tadi aku lihat ada mobil sedan mewah didepan sekolah. Penumpangnya Pak Camat dan anak laki-lakinya. Kamu tau nggak siapa nama anak Pak Camat itu?" tanya teman sebangku Ibrahim kepada salah seorang teman sekelasnya yang duduk di deretan kursi belakang.

Semua siswa yang mendengar cerita tentang Pak Camat dan anak laki-lakinya itu hanya menggeleng dan mengangkat bahu.

"Prabowo, iya nama anak laki-laki itu Prabowo. Dia baru saja kembali dari kota. Tapi aslinya dia emang berasal dari kampung kita," ucap remaja itu yakin.

Ibrahim mengernyitkan keningnya. Prabowo...??

Nama yang nggak asing ditelingaku. Apa mungkin itu dia. Si Bowo teman main masa kecilku dan Asih ?? batin Ibrahim ragu-ragu

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kelas. Kemudian masuklah Kepala Sekolah, Wali Kelas dan seorang remaja laki-laki yang tampan namun terlihat sinis.

"Anak-anak. Kenalkan, ini teman baru kalian dari kota yang akan bergabung dengan kalian di kelas ini. Namanya Prabowo. Ayo nak, perkenalkan dirimu," ucap Kepala Sekolah meminta Prabowo untuk memperkenalkan dirinya.

Asih yang sedang menulis sesuatu di bukunya tak memperhatikan ke depan kelas. Ketika remaja laki-laki itu mulai bersuara, tiba-tiba Asih terkejut dan sontak mengangkat wajahnya. Suara itu...!?

"Hai, nama saya Prabowo Dwi Raharjo, pindahan dari Jakarta. Panggil saya Dwi," anak baru itu memperkenalkan dirinya.

"Bowo..?" guman Asih terkejut. Matanya membulat, memandangi wajah anak baru itu.

Asih berpaling kearah Ibrahim dan memberi isyarat dengan bibirnya menyebut nama Bowo. Ekor matanya mengerling kearah Prabowo yang masih berdiri di depan kelas.

Ibrahim mengangguk....

Kini mata Asih tak lepas memandangi Prabowo. Bowo..?. Dia masih setampan dulu. Astagaa. Tak kusangka, setelah pergi meninggalkan desa ini beberapa tahun lalu, akhirnya dia kembali juga..

Asih tersenyum. Matanya berbinar. Apakah Bowo masih mengingat aku dan Ibrahim, teman masa kecilnya ?. tiba-tiba Asih mulai ragu apakah Bowo masih mengingatnya dan masih memiliki perasaan suka pada dirinya.

"Silahkan duduk nak Dwi,' ucap pak Kepala Sekolah sambil menunjuk kearah salah satu kursi kosong tepat didepan tempat duduk Asih.

"Oh iya, Nak Dwi ini anaknya Pak Camat kita yang baru, Pak Camat Raharjo. Baiklah anak-anak, silahkan dilanjutkan belajarnya ya," pamit Kepala Sekolah sambil meninggalkan ruangan kelas itu.

Setelah Kepala Sekolah pergi, kelaspun dimulai.

Asih memandangi punggung Bowo yang duduk membelakanginya. Dirinya ingin menegur Bowo duluan, namun urung karena Bowo seperti tak mengenal dirinya.

Ibrahim, Prabowo dan Asih bersahabat sejak kecil. Prabowo yang dipanggil Bowo oleh Asih dan Ibrahim adalah anak Kepala Desa mereka. Saat lulus SD, masa jabatan Bapaknya Bowo selesai dan merekapun hijrah ke Jakarta.

Rupanya nasib baik masih menyertai keluarga Prabowo. Bapaknya terpilih sebagai Camat di daerah tempat tinggal Asih dan Ibrahim Takdir mempertemukan ketiga sahabat itu kembali.

Sejak kecil Asih sudah menyukai Bowo. Dibandingkan Ibrahim, Bowo memiliki semua kriteria yang diinginkan Asih.

Namun kepergian Bowo dan keluarganya dari desa itu memupuskan harapan dan cinta Asih kepada Bowo.

Dan kini, Bowo dan keluarganya kembali lagi. Apakah Bowo masih punya perasaan yang sama kepadanya seperti dulu ?.

Melihat sikap Bowo barusan yang seolah tidak mengenali Asih dan Ibrahim membuat Asih semakin ragu.

Kriiing.....

Bel istirahat pertama berbunyi. Semua siswa dikelas itu berhamburan keluar kelas, kecuali Asih, ibrahim, Prabowo dan beberapa gadis yang terlihat sedang mencoba menarik perhatian Bowo.

Gadis-gadis itu melirik malu-malu kearah Prabowo, saling berbisik kemudian tertawa cekikikan seolah sedang menebar pesona kepada Bowo.

Asih berdiri mendekati Bowo yang sedang membenahi buku-bukunya. Bowo yang menyadari kehadiran Asih tak bergeming dan bersikap seolah tak mengenali Asih.

"Wo..kamu Bowo kan. Teman masa kecil aku dan Ibrahim!?" tegur Asih.

Prabowo masih tak bergeming dari tempat duduknya.

"Wo...!" Asih mulai tak sabar.

"Panggil aku Dwi. Aku tau dan ingat siapa kamu dan anak laki-laki itu," ucap Bowo masih dengan sikap acuh tak acuhnya sambil menunjuk ke arah Ibrahim yang juga sedang memandangi mereka.

Asih tertegung, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kamu.....lalu kenapa kamu berlaku seolah tidak mengenali kami berdua Wo!?" tanya Asih.

"Sudah kubilang, panggil aku Dwi..nama panggilanku DWI, bukan BOWO..kampungan banget!!" sungut Prabowo marah sambil berdiri dan keluar meninggalkan Ibrahim dan Asih yang terbengong-bengong dengan sikap Prabowo barusan.

Asih memandangi Ibrahim dengan wajah bingung dan bibir membuka. Sementara brahim hanya diam dan mengangkat kedua bahunya.

Karena tidak puas, Asih memutuskan untuk menyusul Prabowo diikuti Ibrahim.

"Prabowo Dwi Raharjo..BERHENTIIII....Aku mau bicara!!!" teriak Asih ketika keluar dari kelasnya dan melihat Prabowo sedang berjalan menuju kantin Sekolah.

Prabowo yang mendengar teriakan Asih, berhenti sejenak kemudian berjalan lagi tanpa menoleh kearah Asih dan Ibrahim.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!