Ibrahim beranjak meninggalkan kamar Asih, tak perlu menunggu namanya dipanggil dua kali oleh Bapak.
Sementara Mak telah selesai berbenah dan kini duduk disamping Bapak.
"Mana Istrimu ?" tanya Mak sembari melongok ke kamar Asih. Dahinya berkerut "Belum bangun juga si Asih ?"
"Sudah Mak," jawab Ibrahim.
"Udah jam segini masih tidur aja. Bukannya bangun pagi-pagi nyiapin keperluan laki !?" omel Mak.
"Sedikit lagi dia keluar Mak. Katanya mau beberes kamar dan mandi dulu," jawab Ibrahim beralasan.
Bapak hanya diam. Tak menanggapi omelan Istrinya. Sebatang rokok kretek disela jari jemari Bapak mulai habis. Namun Bapak tak ingin membuangnya.
Tiba-tiba pintu kamar Ulfa terbuka. Gadis kecil putri semata wayang Asih dan Prabowo itu keluar sambil mengucek-kucek matanya.
"Ayaaah..," Ulfa memanggil Ibrahim. Sesekali mulutnya menguap lebar membuat Ayah, kakek dan nininya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
"Sini sayang..," panggil Ibrahim.
"Ulfa cuci muka dan sikat gigi dulu yaa. Tuuh, Nini udah nyiapin sarapan buat Ulfa!" seru Mak setibanya Ulfa yang langsung menghambur dipelukan Ibrahim.
Ulfa mengangguk dan berlalu menuju kamar mandi.
"Mak, temani Ulfa sarapan di kamarnya. Bapak mau bicara dengan Ibrahim dan Asih," ujar Bapak begitu melihat Asih keluar dari kamar.
Mak mengangguk dan berdiri hendak menyusul Ulfa. Tak lupa Mak membawa serta segelas susu hangat dan pisang goreng buat sarapan Ulfa.
Asih yang keluar dari kamarnya terlihat cantik dan rapi. Rambutnya yang panjang dan sedikit basah dibiarkan terurai. Tercium aroma melati dari tubuh Asih. Tak seperti biasanya, perempuan itu akhir-akhir ini semakin rajin berdandan.
Ibrahim tau, perubahan Asih bukan untuk dirinya, tapi karena Prabowo.
"Duduk Asih !!" perintah Bapak saat melihat Asih hendak ke dapur.
Asih yang mendapati tatapan tak biasa dimata Bapaknya menghentikan langkahnya.
Dia tau, Bapak sedang marah entah karena apa. Tapi pertemuannya semalam dengan Prabowo masih begitu lekat di benaknya membuat perempuan itu tanpa sadar senyum-senyum sendiri.
"ASIH..!!" teriakan Bapak mengagetkan Ibrahim dan Asih.
Buru-buru Asih mendekat dan duduk di salah satu kursi di depan Bapak. Tak digubrisnya Ibrahim yang duduk diam disampingnya.
Ruangan itu sepi. Hanya terdengar tarikan napas Bapak yang berusaha menahan amarahnya. Jantung Ibrahim berdegub tak beraturan. Perasaannya mengatakan kalau Bapak tau soal semalam.
"Kemana kamu semalam..!?" tanya Bapak tiba-tiba membuat Ibrahim terkejut.
Kini Ibrahim benar-benar yakin jika Bapak tau soal keberadaan Asih semalam.
Asih tak kalah terkejutnya. Wajahnya pucat pasi. Walaupun Asih yakin, Bapak tidak sepenuhnya tau soal semalam, namun tak ayal Asih khawatir juga.
"Asih gak kemana-mana Pak," jawab Asih
"Jangan bohong kamu Asih!!" suara berat Bapak terdengar meninggi.
Asih terdiam. Kini dirinya mulai dilanda ketakutan. Bapak orangnya penyabar, tidak pernah marah jika kesalahan yang dibuat putrinya biasa-biasa saja.
Tapi kali ini, ada amarah yang berusaha ditahan Bapak dan Asih tau benar bagaimana Bapak jika sedang marah.
"Asih...Asih nggak kemana-mana Pak. Beneran..Asih dikamar semalaman bersama Ibrahim...ya kan Im!?" kini Asih beralih ke Ibrahim, meminta dukungan laki-laki itu.
Ibrahim yang tak biasa berbohong hanya tertegung, tak mampu menjawab sepatah katapun.
PRAAK...!!!
Tiba-tiba Bapak menggebrak meja didepannya, membuat Asih dan Ibrahim kaget bukan kepalang.
"BERANI KAMU MEMBOHONGI BAPAKMU ASIIIH..!!!?" suara Bapak menggelegar membuat Asih tercekat, tak berani buka suara.
Wajah Asih pucat pasi. Keringat dingin membasahi telapak tangannya. Sekujur tubuhnya gemetar.
"Aa..Asih..AAAWWW..!!!" Asih menjerit menahan sakit dipipinya.
Sebuah tamparan keras Bapak melayang ke pipi mulus putrinya, meninggalkan bekas memerah dan perih yang tak tertahankan.
Ujung bibir Asih berdarah.
Namun Bapak tak perduli. Kemarahan akibat kebohongan yang diucapkan Asih membuat Bapak jadi gelap mata.
"Bapak..!!" Ibrahim berdiri dan menghalangi Bapak yang hendak melayankan tamparannya ke wajah Asih sekali lagi.
"Istiqfar Bapak ..Istiqfar..!" seru Ibrahim mengingatkan Mertuanya. Sementara Asih hanya menangis menahan sakit di pipinya.
"Astaqfirullah...Astaqfirullah..Asiiih..Asiiih, kenapa kamu berbohong dan memaksa Suamimu untuk ikut berbohong!?" tanya Bapak, menyesali sikap Asih.
Asih hanya diam, tak berani menjawab pertanyaan Bapak.
"Bapak tau benar, semalaman kamu nggak ada di kamar bersama Ibrahim,!!!" ucap Bapak datar, tapi mampu mengejutkan Ibrahim dan Asih....
_________Dh_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments