"Tolong! Sekali lagi saya minta, jangan hubungi saya lagi, Tuan! Saya ingin hidup tenang. Dan biarkan Saya memilih jalan hidup saya sendiri, Saya sangat menyayangi putra Anda, sangat menyayanginya. Tapi keadaan tidak memungkinkan Alaska dekat dengan Saya. Jadi, Saya harap Tuan Dion bisa mengerti. Selamat tinggal!"
Nafa menutup ponselnya dengan segera, air matanya tak dapat terbendung lagi, kebahagiaan menjelang pernikahan seharusnya Nafa rasakan. Namun, tidak dengan hari ini. Hatinya benar-benar sedih, terpaksa Ia harus mengorbankan perasaannya hanya untuk sebuah janji. Janji yang harus Ia tepati.
Dion menjatuhkan ponselnya sampai tergeletak di atas lantai, pria yang biasa terkenal dengan sifatnya yang dingin dan angkuh. Kini, Ia seperti dedaunan yang terbang melayang karena hembusan angin, kemudian terjatuh pada sembarang tempat.
Ia duduk bersimpuh dengan menundukkan kepalanya, sungguh pria yang terkenal tegas itu, mendadak lemah dan mengeluarkan air mata yang selama ini belum pernah Ia tampakkan. baru kali ini hatinya tersentuh oleh seorang gadis setelah sekian purnama Ia kecewa dengan makhluk yang namanya perempuan. Pengkhianatan istrinya menjadikan Dion sosok yang sinis, angkuh dan dingin. Namun, setelah mengenal pengasuh sang anak, Dion berubah seratus delapan puluh derajat.
Dion mengepalkan tangannya kuat, Ia harus bisa mendapatkan Nafa, mungkin ini memang egois. Tapi, Dion tidak bisa seperti ini terus, apalagi saat melihat putranya sering menyebut nama Nafa di setiap doanya. Itulah yang menjadikan Dion harus tegar dan semangat untuk mendapatkan Nafa.
Malam itu juga Dion bangkit dan mengusap air matanya. Pria itu langsung mengambil kunci mobil dan segera pergi ke rumah Nafa. Mommy Rima melihat sang anak yang tengah berjalan keluar rumah. Ia pun mengikuti Dion pergi dan menanyakan kemana sang anak malam-malam begini.
"Dion! Kamu mau kemana?" tanya Mommy Rima.
"Dion akan membawa Nafa, Ma!" jawabnya singkat. Kemudian Ia pun segera melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah. Mommy Rima tidak bisa menghalangi niat putranya. Karena bagaimanapun juga bukan hanya Dion yang membutuhkan seorang Nafa, tapi Alaska juga.
"Entahlah! Mungkin ini memang jahat, tapi Aku berharap Dion bisa membujuk Nafa dan membawanya pulang ke rumah ini. Ya Tuhan! Bagaimana bisa aku berpikiran seperti itu. Nafa ... kembalilah ke rumah ini, rumah ini seolah tidak ada nyawanya jika tidak ada kehadiranmu." Mommy Rima terlihat sangat berharap agar Nafa kembali bersama mereka dan menjadi Ibunya Alaska.
Sementara itu, Nafa yang saat itu hendak merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tiba-tiba saja ia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Nafa sangat mengenal sekali suara mobil itu. Ia pun bangun dan segera melihat keluar jendela, Ia merasa seperti suara mobil Dion yang berhenti tepat di depan rumahnya.
Nafa berjalan menuju ke jendela, sungguh apa yang disangkanya ternyata benar, itu adalah mobil Dion yang berhenti, dan pria itu pun turun dari mobil.
"Tuan Dion! Ngapain dia ke sini? batin Nafa yang sangat terkejut saat melihat Dion berada di luar rumah. Ia pun dengan segera menutup kelambu jendela, berharap Dion tidak melihatnya, karena letak kamar Nafa terlihat dari depan, sehingga dengan mudah Dion mengetahui jika ada seseorang yang sedang mengintip di balik tirai jendela kamar.
Dion melangkahkan kakinya untuk mengetuk pintu rumah Nafa. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tentu saja itu bukanlah waktu yang tepat untuk bertamu ke rumah orang. Tapi, demi untuk meyakinkan Nafa, Dion tidak perduli, hari itu juga Ia harus berbicara secara langsung dengan Nafa.
Bel pintu pun mulai berbunyi, Nafa semakin gugup, ternyata Dion senekat itu datang ke rumahnya. Ia pun segera pergi keluar dan menemui Dion sebelum Adik dan Ibu tirinya bangun dan membukakan pintu untuk Dion.
Setelah dua kali Dion memencet bel pintu, tak berselang lama pintu terbuka dan apa yang diharapkan Dion terwujud. Ia melihat wajah sang gadis pujaan hatinya tengah berada di depannya.
"Nafa! Aku tahu pasti kamu merasakan kedatanganku, ayo ikut aku, Nafa! Ayo kita pergi, Aku tahu kamu pasti juga tersiksa sepertiku, dan Aku tahu sebenarnya pernikahan ini sangat tidak membahagiakan mu, bukan? Kamu jangan bohong, Nafa! Katakan jika kamu tidak bahagia, katakan jika kamu mencintaiku, demi Alaska. Ikutlah bersamaku, Aku mohon! Ikutlah denganku!" Dion berkata memohon dengan sangat kepada Nafa, hingga pria itu rela menundukkan wajahnya di depan Nafa.
Nafa menghela nafasnya dalam-dalam, Ia pun harus tegas dalam situasi ini, karena bagaimanapun juga Nafa tidak ingin menjadi pengkhianat, meskipun tak bisa dipungkiri, Nafa mencintai Duda itu.
Dengan mengumpulkan keberanian untuk memutuskan persoalan ini. Nafa pun mulai angkat bicara. "Saya sudah bilang kepada Tuan, Saya akan tetap menikah dengan Mas Rudi, dan sekali lagi saya minta. Tuan pergilah dari hidup saya! Biarkan Saya hidup bahagia bersama Mas Rudi, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan pernah hubungi saya lagi."
Kata terakhir yang Nafa ucapkan sebelum Ia menutup pintu. Dion hanya termangu, tatapan matanya kosong. Untuk yang terakhir kalinya, Ia ditolak oleh Nafa, tak ada lagi harapan untuk Dion, semuanya sirna. Kakinya lemas untuk melangkah. Sementara itu, di balik pintu. Nafa menangis sejadi-jadinya, Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya, ingin rasanya ia mengatakan jika dirinya sangat mencintai Dion. Tapi apalah daya, semua ini sudah terlanjur. Tidak mungkin Ia bisa mundur dari pernikahan yang sudah Ia rencanakan dengan Rudi.
Hujan pun mulai turun di tengah malam itu. Cukup lama Dion berdiri di depan pintu, berharap Nafa akan membukakan pintu untuknya. Namun, tak jua Nafa membukanya. Dan itu menunjukkan jika sang pengasuh benar-benar ingin melupakannya. Dion pun beranjak pergi dari rumah Nafa. Ia keluar dengan tatapan kekecewaan, cintanya telah kandas. Dion menerjang hujan yang sangat deras itu, tubuhnya basah kuyup oleh guyuran hujan. Sesekali Ia menggigil kedinginan sesekali ia menoleh ke arah pintu.
Untuk sejenak Dion berdiri di tengah halaman rumah Nafa, dan untuk terakhir kalinya Ia meminta Nafa untuk melihatnya sekali lagi, sebelum akhirnya Ia akan pergi untuk selamanya dari kehidupan Nafa. Dion berkata sembari berteriak. "Nafa ... Aku mohon padamu! Lihatlah Aku sekali saja, Aku berjanji setelah ini Aku akan pergi dari sini dan dari kehidupanmu, tapi Aku mohon! Tolong peluklah aku sekali saja!"
Mendengar teriakan Dion, Nafa pun segera bangkit dan membuka pintu rumah, Ia melihat Dion yang tengah berdiri di tengah derasnya hujan dan angin, Nafa melihat Dion semakin bersedih, ya Tuhan begini kah penderitaan karena cinta.
Dion merentangkan kedua tangannya dan berharap Nafa datang untuk memeluknya. Cinta tidak bisa dibohongi, perlahan kaki Nafa bergerak maju dan berjalan menghampiri Dion. Hingga tak sadar jika kaki Nafa mulai bergerak lebih cepat, Ia berlari di tengah terpaan hujan dan angin kencang. Dengan jarak sekitar 10 meter. Nafa pun dengan cepat tiba di depan Dion tengah menunggu pelukan terakhirnya.
Nafa tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Dengan cepat Nafa memeluk Dion dengan uraian air mata. Gadis itu memeluknya dengan erat. Pun sama Dion pun memeluknya semakin erat.
"Saya cinta sama Tuan, Saya sayang sama Tuan!" kata-kata itu terdengar begitu merdu di telinga Dion. Pria itu semakin mendekap tubuh Nafa.
Sementara di dalam rumah, tampak dua pasang mata melihat kejadian di tengah derasnya hujan malam itu. Anne tersenyum smirk. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan.
...BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
violet
lanjut
2023-01-10
0
Rahmi Miraie
untuk saat ini aku dukung usaha kamu anne untuk menjauhkan dan menggagalakn pernikahan rudi dgn nafa
2022-12-26
0
k⃟K⃠ B⃟ƈ ɳυɾ 👏🥀⃞༄𝑓𝑠𝑝⍟𝓜§
yah lakukan lah rencana jahat mu 😁😁😁
baru kali ini ada ulet keket malah di dukung 😂😂😂😂😂
2022-12-26
0