Tidak menyia-nyiakan kesempatan

Sementara di tempat lain, Nafa dan Dion semakin terlihat mesra, Nafa menyandarkan kepalanya pada pundak sang majikan, dan sesekali Dion mencium kening sang pengasuh dengan lembut. Untuk sesaat Nafa terbuai dengan apa yang dilakukan oleh Dion. Tapi, saat dirinya melihat cincin pertunangannya melingkar pada jari manisnya, Ia pun segera menjauhi Dion dengan cepat, dan seolah Ia takut apa yang dilakukannya itu memanglah tidak pantas.

"Maaf Tuan! Saya benar-benar tidak bisa." Nafa menjauhkan badannya dari pria itu, Dion hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, hingga akhirnya mobil berhenti di depan kantor Dion. Pria itu turun dari mobil tanpa berkata apa-apa kepada Nafa.

Nafa melihat kepergian sang majikan, sungguh hatinya benar-benar dilema, antara Dion dan Rudi, keduanya benar-benar membuatnya resah.

Setelah Alaska gagal berbicara dengan Rudi untuk merelakan Nafa menjadi Ibunya, bocah itu memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat, Ia terlihat begitu bersedih, Alaska pergi ke sebuah taman dan di sana Ia meminta sopir untuk tidak memberi tahukan kepada sang Daddy jika Ia ada di sana.

"Tuan muda, ayo kita pulang! Ini sudah siang, Tuan muda belum makan. Bapak beliin makanan dulu, ya!" seru sang sopir yang merasa kasihan melihat Alaska.

"Nggak mau, Pak! Alaska mau disini saja." Alaska tampak duduk di sebuah kursi, anak itu sangat memikirkan bagaimana jadinya jika Nafa tidak menjadi Ibu sambungnya, sementara dirinya sudah terlanjur sayang kepada Nafa. Tentu saja sang sopir selalu setia menunggu Alaska, sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul empat sore.

"Tuan muda, ayo kita pulang! Sebentar lagi Daddy pasti pulang, lalu Mbak Nafa dan Oma pasti udah nungguin Tuan muda, ayo pulang yok!" ajak sang sopir yang terus berusaha membujuk Sang bocah.

"Nggak mau, Pak! Alaska bingung apa yang akan Alaska katakan pada Daddy, Alaska nggak bisa bujuk Om Rudi untuk melepaskan Mama Nafa, Alaska sedih Pak, Daddy pasti juga sedih." mendengar pengakuan dari sang bocah, sopir itupun tidak punya pilihan lain selain menghubungi Dion. Setelah sopir menghubungi Dion, kemudian ada telepon masuk dari Nafa yang menayangkan keberadaan Alaska.

Sang sopir pun mengatakan jika Alaska sedang berada di sebuah taman kota, tanpa pikir panjang Nafa pun segera meluncur ke taman kota untuk menjemput Alaska. Pun sama, Dion pun segera pergi meninggalkan kantor dan menuju ke tempat di mana putranya berada.

Baik Nafa maupun Dion sangat mencemaskan keadaan Alaska, mereka berdua tidak mengerti kenapa Alaska bisa ada di tempat itu sendirian, untung saja ada sang sopir selalu mendampingi Alaska.

Tak berselang lama, Dion datang dan langsung turun dari mobilnya, Ia terlihat panik dan khawatir dengan keadaan putranya, sementara itu Nafa pun juga sampai di tempat yang sama. Mereka berdua bertemu lagi setelah pagi ini berpisah. Dion tampak cuek dan segera menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh sang sopir.

Nafa pun mengikuti Dion dari belakang, Ia juga sangat khawatir dengan keadaan Alaska. Akhirnya setelah berjalan beberapa tapak, Dion berhenti di tempat di mana Alaska duduk dan menatap matahari senja.

Bocah itu terdengar mengatakan sesuatu yang membuat Dion dan Nafa semakin serba salah. "Ya Allah! Alaska hanya minta satu saja, tolong kabulkan doa Alaska, Alaska hanya ingin Mama Nafa menjadi Mama Alaska. Alaska pasti sangat sedih kalau nggak ada Mama Alaska. Mommy sudah pergi dari rumah, masa Alaska harus kehilangan Mama Nafa juga sih!" setelah mengatakan hal itu, Alaska menundukkan wajahnya. Nafa yang tak tega melihat sang bocah, Ia pun mulai mendekati Alaska dan duduk di samping bocah gembul itu.

"Alaska ngapain di sini?"

Seketika Alaska menoleh ke arah samping dan melihat Nafa yang sedang duduk di sampingnya.

"Mama Nafa!" seru sang bocah terkejut.

"Kalau mau jalan-jalan ke sini bilang sama Daddy dong! Jangan bikin kami panik." sahut Dion yang juga ikut duduk di samping Alaska.

"Daddy! Daddy di sini juga." seru Alaska yang juga tak kalah terkejutnya saat melihat Sang Ayah duduk di sampingnya. Dion tersenyum dan mengusap rambut anaknya.

"Alaska senang deh ada Mama dan Daddy di sini. Tapi ....!" Alaska kembali bersedih karena mengingat penolakan dari Rudi yang membuatnya menundukkan wajahnya.

"Alaska kenapa? Kok sedih gitu sih? Bukannya senang ada Mama di sini?" tanya Nafa sembari melihat wajah sang bocah yang jelas-jelas terlihat bersedih.

"Alaska sedih, Ma!" jawabnya lugu.

"Sedih? Memangnya apa yang Alaska sedih kan? Ngomong dong sama Daddy!" sahut Dion yang juga berusaha untuk menghibur putranya.

"Alaska sedih, karena Om Rudi nggak mau melepaskan Mama Nafa, Alaska sedih banget nggak bisa bersama Mama lagi nanti." jawab sang bocah sambil menangis. Tentu saja apa yang dikatakan oleh Alaska membuat Nafa dan Dion sangat terkejut.

"Alaska bertemu dengan Om Rudi?" tanya Nafa penasaran, Alaska pun menganggukkan kepalanya.

"Ya ampun Sayang! Ngapain Alaska harus bertemu dengan Om Rudi, darimana Alaska tahu alamat rumahnya?" Nafa tak habis pikir bagaimana bisa bocah sekecil itu menemukan alamat Rudi, sementara dirinya tidak pernah memberi tahukan alamat Rudi pada siapapun.

"Alaska ada Pak sopir yang bantuin Alaska cari alamat Om Rudi. Dan setelah Alaska menemukan alamatnya, Alaska langsung pergi ke rumah Om Rudi dan meminta Om Rudi untuk membatalkan pernikahannya dengan Mama. Tapi, Om Rudi menolaknya dan tidak mau melepaskan Mama Nafa, Alaska jadi sedih, Ma!" ungkap Alaska dengan gamblang.

Nafa pun segera memeluk sang Bocah dan berusaha untuk menghiburnya. "Alaska! Alaska nggak perlu melakukan itu semua, Sayang! Mama akan tetap ada untuk Alaska, Mama akan selalu datang ke rumah untuk mengajak Alaska jalan-jalan nantinya, hmm oke! Jadi Alaska nggak usah bersedih gitu, dong!" ucap Nafa sembari sesekali melirik ke arah sang majikan yang selalu mengerjakannya.

Kemudian Alaska melepaskan pelukan Nafa dan menatap wajah Nafa dengan serius.

"Tapi, Alaska nggak suka, Ma! Nanti jalan-jalannya bukan dengan Daddy dong, tapi sama Om Rudi, nggak mau ah. Alaska maunya Mama dan Daddy yang ngajak Alaska jalan-jalan, nggak mau yang lain. Pokoknya Mama dan Daddy harus menikah." seru sang Bocah yang memaksa Nafa untuk berkata, "Alaska! Itu nggak mungkin sayang ...!"

Mendengar jawaban dari Nafa, Alaska pun berlari menjauhi mereka dengan wajah kecewa dan semakin menangis sehingga membuat Nafa panik. Sementara itu Dion pun kesal kepada Nafa.

"Kamu tuh gimana sih, tinggal iyain aja apa susahnya. Tuh dia semakin nangis, tega kamu sama Alaska." seru Dion yang membuat Nafa merasa bersalah, akhirnya tidak ingin melihat Alaska menangis sesenggukan, Ia pun berpura-pura mesra dengan Dion. Agar Alaska bisa tenang dan diam.

Dengan cepat, Nafa menarik tangan Dion agar merangkul pundaknya, Ia berpura-pura mesra dengan Dion dihadapan Alaska, agar sang bocah berhenti menangis.

"Tuan jangan mengira Saya aneh-aneh, Saya melakukan ini untuk menghibur Alaska, nggak lebih. Jadi, jaga tangan Anda!" seru Nafa sembari mendekatkan dirinya kepada Dion.

Tentu saja apa yang dilakukan oleh Nafa seketika membuat Dion menyunggingkan senyumnya, Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini untuk mendekati Nafa. Pria itu pun mengeratkan tangannya sehingga Nafa tampak begitu dekat dengan duda tampan itu, seolah-olah debaran jantung Dion bisa terdengar di telinga Nafa.

"Aduuh Tuan Dion kok malah meluk gini sih, mana dia lihatin mulu lagi." batin Nafa saat melihat kedua bola mata Dion menatapnya begitu dalam.

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

Ok...lngsung k KUA sklian dion...🤗🤗👍👍

2023-03-06

1

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

😯😯😯😯🤦🤦🤦

2023-03-06

0

violet

violet

kesempatan dalam kesempitan 🤭

2023-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!