Jiwa petualangan yang sudah mendarah daging lebih dominan karena itu Lea memilih sekolah kejuruan yang menantang dan memiliki adrenalin tinggi walaupun menyalahi kodrat tapi ini jaman emansipasi baginya bukan halangan selama masih di koridor yang benar.
"Apa ga salah pilihan mu,cah ayu "
Tanya Romo pada saat akan menandatangani surat persetujuan pemilihan sekolah dan jurusan yang Lea pilih.
"Lea janji Romo akan mempertanggungjawabkan dan akan menjadi yang terbaik karena ini pilihan Lea "
Janji Lea saat akan menempuh pendidikan menengah atas dulu dan dengan berat hati Romo menyetujuinya walaupun sesudahnya mendapatkan protes dari sang anak selaku papi dari Lea.
"Aku tahu dia putri mu,tapi aku yang lebih tahu siapa Lea dan bagaimana kemampuan yang dimilikinya"
Dengan berat hati Deandra hanya bisa mempercayakan pilihan pada Lea dengan penjelasan yang Romo sampaikan, Deandra percaya dengan didikan Romo pada putrinya, sebagai bukti dirinya sukses seperti ini karena didikan Romo selama ini walaupun terlahir semata wayang tapi kemandirian yang Romo ajarkan pada dirinya.
Lea satu sekolah dengan bujang walaupun tidak satu angkatan Lea lebih muda dari bujang tapi secara otak Lea lebih menguasai apalagi di tunjang dengan sejumlah peralatan lengkap di pabrik milik Romo sebagai tempat praktek semakin Lea memiliki kemampuan.
Jurusan teknik mesin yang Lea pilih tapi otomotif yang menjadi hobi Lea geluti,bau oli dan bensin bukan hal baru baginya.
"Jenderal jadi ikut lomba di tingkat kabupaten?"
Tanya putih saat kumpul bersama selepas sholat isya di mushola tidak jauh dari kediaman Romo,kini mereka duduk di pos kamling yang jaraknya masih sekitar mushola.
"Insyaallah..bareng bujang kok put "
Lea menjelaskan kesibukannya saat ini yang padat untuk mengikuti lomba tapi tetap masih bisa kumpul bersama.
"Kamu kebagian pegang apa jenderal ?"
Melati penasaran tapi Lea bisa memakluminya karena Melati tidak bersekolah dengan dirinya,dia mengambil sekolah kejuruan yang berhubungan dengan menghitung uang,dia satu sekolah dengan gundul hanya bedah jurusan.
"Kapan kita mengerjakan misi lagi ?"
Tanya gundul yang datang bergabung dengan duduk bersila sedikit berjarak dengan keduanya.
"Kamu sudah kangen kita mengerjakan misi ya.."
Ucap bujang yang datang mengejutkan sebab tanpa ada pendahuluan,bujang datang tiba-tiba.
"Kamu bikin kaget saja.."
Ucap putih dengan mengusap dadanya yang masih gemetar karena terkejut dengan kedatangan bujang tiba-tiba yang langsung berucap.
"Kangen pasti,tapi ada yang lebih penting ada tugas dari sekolah yang berhubungan dengan multimedia..kalian bisa bantu kan "
Dengan cengengesan gundul meminta, mereka cukup paham karena mereka akan saling membantu dimana ada kesulitan teman.
"Kita tunggu pak yai dulu "
Yang ditunggu tidak lama datang dengan membawa sepiring singkong rebus yang dibawanya dari rumah.
"Misi kita bukan seperti waktu kita sekolah dasar lagi tapi misi kita membantu sesuai ilmu kita "
Dari kelima sekawan hanya Lea dan Lukman yang langsung terkoneksi, selebihnya masih mikir apa yang dimaksud Lukman.
"Maksud yai apa aku ga paham ?"
Gundul bertanya dengan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal tapi malu karena belum terlintas di otaknya.
"Ok..aku akan buka bengkel gratis dengan bujang,ehm..put kamu buka les gratis untuk anak-anak yang belajar berhitung bareng pak yai untuk membaca dan menggaji sedangkan gundul bagian dokumentasi yang akan di tayangkan untuk hiburan pada malam minggu untuk nonton film bareng..aku minta Romo untuk siapin layar lebarnya "
Mereka langsung paham dan panggilan Jenderal kancil memang pas untuk Lea yang selalu memiliki ide brilian.
"Ini mah sambil menyelam minum air ya..bener kan "
Ungkapan itu bener adanya untuk lima sekawan itu,Lea dan bujang bisa mengasah kemampuannya begitu juga dengan putih akan lebih cepat lagi dalam mengolah angka, untuk pak yai yang bersekolah di Aliyah makin menunjang untuk hafalan surat dan hadits, apalagi gundul makin terbantu untuk tugas sekolahnya.
Sebenarnya hidup itu mudah dan indah bila semuanya saling melengkapi,yang kurang di bantu dari yang lebih begitu pun yang lemah membutuhkan yang kuat,saling sadar diri aja jangan tutup mata dengan sekitar itu yang lima sekawan lakukan selama ini.
"Kapan misi kita bergerak?"
Tanya pak yai yang sepertinya tidak sabar melihat sekitar yang butuh bantuan mereka.
"Minggu depan deh..sebab minggu ini,final lomba mohon doanya ya.."
Lea sebagai penggerak perlu persiapan karena hanya dirinya yang memiliki kekuatan itu sebab mereka tahu siapa Lea yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Ok..kita juga perlu persiapan jenderal"
Ucap gundul sebagai pencetus awal, walaupun yang lebih memilih misi pak kyai tapi tetap saja keputusan mutlak Lea yang tentukan.
"Semoga lancar misi kita kali ini sebab,ini ga main-main loh "
Lukman menekankan karena misi yang akan mereka lakukan masa dengan kegiatan sosial untuk warga sekitar walaupun masih skala kecil hanya warga sekitar kita saja.
"Siap yai..aku akan pinjam alat-alat pabrik dari Romo dan bongkar tabungan untuk beli oli dan bensin gratis, insyaallah cukup untuk itu "
Mendengar kata tabungan diantara mereka hanya bisa diam, sebab mereka sadar siapa mereka.
"Kok di anggurin sih singkongnya..padahal umma udah capek masak loh"
Lea kembali menghangatkan suasana yang sempat dingin karena bahas tabungan,uang memang bikin orang sensitif.
"Pas banget ya..jadi teman ngobrol,umma memang top markotop "
Puji gundul yang mencaplok singkong dengan lahap, membuat tawa diantara mereka pecah karena kelakuan gundul.
"Bukan umma atau singkongnya yang top markotop tapi kamu yang lapar Dul "
Tegur bujang dengan menyentil jidat gundul yang hanya bisa meringis menahan sedikit sakit jidatnya, sedangkan yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah gundul.
"Kamu tahu aja kalau aku lapar,siang tadi belum sempat makan karena mikirin tugas"
Ungkap gundul dengan mulut masih terisi singkong rebus yang dibawa Lukman dari rumah.
"Dul..dul,kamu kan bukan anak kecil lagi yang kalau lapar harus di siapin,lapar ya makan..tugas ya dikerjain, memang kamu ga bisa bedain !"
Omel putih dengan menggelengkan kepalanya karena kesal dengan kelakuan gundul yang seperti bocah.
"Dul,kamu sudah berdosa dengan mendzolimi diri sendiri dengan tidak menjaga badan kamu yang di biarkan kelaparan"
Lukman kembali mengingatkan dijalan yang lurus dan untuk kebaikan, seperti biasa selalu saja ada yang menyelamatkan temannya yang salah jalan untuk kembali kejalan yang lurus.
"Maaf pak yai.."
Gundul merasa bersalah dan tidak sungkan untuk mengakuinya dengan meminta maaf.
"Bukan pada ku dul kamu minta maaf,tapi pada Allah dan badan mu yang telah kamu dzolimi "
Lukman memperjelas kepada siapa gundul harus meminta maaf karena telah berbuat dzalim.
Lea bersyukur di besarkan di lingkungan yang dikelilingi orang-orang yang baik secara akhlak maupun secara rohani, karena dirinya tidak akan bisa berdiri sendiri butuh orang lain di sekitarnya baik sadar atau pun tidak disadarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments