“Ah, kenyangnya.” Jeesany mengusap perutnya yang sudah penuh terisi. Ia beranjak dari duduknya ingin membayar makanannya ke Ibu Kantin.
“Sudah di bayar sama Pak Dika,” ucap Ibu Kantin.
“Benarkah?” Jeesany merasa tidak percaya karena Dosen yang terkenal killer ternyata mempunyai sisi baik juga.
Ibu Kantin menganggukkan kepalanya, lalu Jeesany segera pamit.
Jeesany menghubungi keponakannya agar menjemputnya di kampus. Ia menunggu di halte bus yang letaknya tidak jauh dari kampusnya.
“Kenapa habis makan jadi mengantuk ya?” Jeesany menguap beberapa kali, dan tidak berselang lama ada mobil mewah berhenti di depannya.
“Ayo, buruan masuk!” seru Pemuda dari dalam mobil
“Lama banget sih!” Jeesany menggerutu kesal sambil memasuki mobil mewah itu.
“Bawel! Masih mending gue mau jemput lo!” jawab Pemuda tersebut tidak kalah kesal, laku segera melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan Ibu Kota pada sore hari itu.
“Iya, makasih,” jawab Jeesany.
“Mau mampir ke rumah Mami Melisa,” ucap Jeesany, membuat keponakannya itu mengumpat kesal.
“Lo ngeselin banget sih! Kenapa nggak dari tadi ngomongnya?! Ini kita harus putar balik jauh.”
“Matteo, gue nggak peduli!” jawab Jeesany.
“Kalau bukan saudara, gue cekik lo!” geram Matteo, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, membuat Jeesany berteriak ketakutan.
*
*
“Sory, Sat. Aku tidak bisa,” ucap Langit kepada temannya yang sedang meneleponnya.
“Lang, kerjamu bagus. Masa kamu mau berhenti begitu saja,” ucap Satria dari ujung telepon. “Apalagi Tante Meri bilang sangat puas dengan servismu,” lanjut Satria.
Langit memejamkan kedua matanya dengan erat saat mendengar kalimat terakhir Satria.
“Cukup kemarin saja, Sat. Aku tidak ingin terjerumus lebih dalam lagi,” jawab Langit dengan nada pelan, ia menoleh ke kiri dan ke kanan, takut jika Dosen lain yang mendengarnya.
“Aku tidak memaksa, Lang. Tapi, jika kamu butuh uang atau pekerjaan bisa hubungi aku,” ucap Satria, ia tahu sikap temannya yang mempunyai pendirian yang teguh dan tidak mudah goyah.
“Oke,” jawab Langit lalu segera menutup panggilan tersebut.
Langit menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia segera membereskan mejanya karena sudah tidak ada kegiatan mengajar lagi, dan ia akan segera ke rumah sakit untuk menjaga ibunya.
Langit termenung untuk beberapa saat, memikirkan kesalahan yang sudah ia buat.
“Rasanya aku ingin mengubur diri ke inti bumi.” Langit bergumam, saat sekelebat bayangan malam panas bersama Tante Meri yang cantik dan Hot. Ia menggeleng pelan, dan segera mengenyahkan semua ingatan pada malam panas itu.
“Aduh, otakku,” ucap Langit memukul kepalanya sendiri, lalu segera berjalan keluar dari ruangan dosen, menuju parkiran mobil.
Seperti biasa, ia mengendarai mobil bututnya menuju rumah sakit. Setelah menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya ia sampai ke tempat yang di tuju.
Langit memasuki ruang rawat ibunya dengan pelan, ia tersenyum saat melihat sang ibu sudah bisa tersenyum dan tidak sepucat beberapa hari yang lalu.
“Kakak sudah pulang,” ucap Bulan kepada Langit yang menatap dua wanita yang di sayanginya.
“Iya, hari ini tidak mengajar sampai malam,” jawab Langit, mendekati ibunya yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur pasien, tapi kondisinya sudah lebih baik.
“Maaf, ibu menyusahkan kamu, Nakk.
“Tidak sama sekali, Bu. Ini sudah kewajiban kami untuk merawat Ibu,” jawab Langit, lalu mencium punggung tangan ibunya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
***
Belas kasihannya dong kasih Vote-nya 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
LizhayaGARR
upah ngoreksi soal plus dikasih bonus senyum bapake🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈
2023-08-15
1
Lisna mulyani
kalo matteo itu kn anaknya ansel ya bukan keponakan atuh, seppu paling
2023-01-27
6
Maria Dyoyodihardjo
sudah ku vote ya kak othor
2023-01-02
2