Jeesany merenggangkan otot tubuhnya yang terasa pegal. Akhir ia sudah selesai mengerjakan tugasnya.
“Pak, saya sudah selesai,” ucap Jeesany.
Langit yang sedang mengerjakan tugas lain pun mendongak dan menatap Jeesany. “Ya sudah, silahkan pergi. Untuk apa masih di sini!”
Jeesany semakin sengit saja menatap Langit, kemudian ia beranjak dari duduknya dengan perasaan kesal dan marah. “Sudah minta bantuan, bukannya mengucapkan terima kasih, malah mengusir. Apakah dia tidak tahu, jika perutku sejak tadi keroncongan? Bahkan dia tidak menawarkan minum atau pun makanan. Dasar Dosen Killer menyebalkan! Mati saja sana!” dumel Jeesany dengan pelan, namun masih terdengar oleh Langit.
Langit menatap datar punggung Jeesany yang akan keluar dari ruangan dosen, kemudian ia tersenyum tipis.
*
*
“Ya ampun, lapar sekali,” kesal Jeesany yang kini berjalan menuju kantin kampus untuk mengisi perutnya.
“Bakso dua mangkok!” Jeesany memesan bakso kepada ibu kantin.
“Banyak sekali, memangnya habis?” tanya ibu kantin.
“Saya lagi lapar, Bu. Dari pada saya makan orang, lebih baik makan bakso dua mangkok!” Saat menjawab pertanyaan Ibu kantin, pandangan Jeesany mengarah kepada Langit yang berjalan ke arahnya.
“Mau apa si kaca mata itu!” umpat Jeesany di dalam hati.
“Baiklah, akan segera di buatkan pesanannya. Tapi, tahan laparnya dari pada saya nanti jadi korbannya,” ucap Ibu kantin menyahuti jawaban Jeesany dengan candaan.
Jeesany mengeluarkan ponselnya, ia membuka aplikasi chating berwarna hijau. Lalu ia mendengus kesal saat mendapatkan pesan dari kedua temannya yang mengatakan jika sudah pulang terlebih dahulu.
“Mereka tidak setia kawan!” gerutu Jeesany.
“Siapa yang tidak setia kawan?” tanya seorang pria yang tanpa permisi duduk di kursi berseberangan dengan Jeesany.
“Bapak untuk apa di sini?” Jeesany balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Langit.
“Menurutmu kalau orang datang ke kantin ini mau apa?” Langit menjawab pertaanyaan Jeesany.
“Ish!” Jeesany mencebikkan bibirnya kesal, dan memandang Langit dengan sengit.
Ibu Kantin mengantarkan pesanan Jeesany, dua mangkok bakso dan satu gelas es teh manis. “Terima kasih,” ucap Jeesany.
“Pak Dosen mau makan apa?” tanya Ibu Kantin dengan sopan dan ramah.
“Bakso dan teh manis,” jawab Langit tersenyum tipis kepada Ibu Kantin.
Jeesany menggigit sendoknya sampai penyok, ia tidak berkedip saat melihat Langit tersenyum, bahkan lubang hidungnya sampai melebar karena ia menahan nafas beberapa detik.
“Apa itu tadi? Manis sekali,” batin Jeesany, sungguh terkagum saat melihat senyuman Langit.
“Ada apa?” tanya Langit, menatap Jeesany sampai memiringkan kepalanya, karena mahasiswinya seperti terkena sawan. Mendadak diam, mematung.
“Ti-tidak,” jawab Jeesany gelagapan, lalu segera menarik sendok yang ia gigit itu, dan ia terkejut karena sendok tersebut menjadi penyok. Ia menutupi rasa malunya itu dengan segera memakan baksonya dengan tergesa hingga membuatnya tersedak.
“Uhuk ... uhuk ...” Jesanny terbatuk sampai mengeluarkan air matanya.
“Pelan-pelan,” ucap Langit.
Jeesany segera meminum es teh manisnya untuk meredakan rasa perih di tenggorokannya.
Ah, lega saat es teh manis tersebut membasahi tenggorokannya. Tapi, Jeesany tetap merutuki dirinya sendiri karena hanya karena melihat senyuman Langit yang muaniss membuat dirinya setengah gila.
“Aku sepertinya sudah tidak waras,” ucap Jeesany dengan suara pelan.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Langit, Jeesany menggeleng dengan cepat sebagai jawaban.
“Hanya saja Bapak membuat saya tidak merasa nyaman,” ucap Jeesany.
Langit segera beranjak dari duduknya, lalu berpindah ke meja lainnya.
“Dasar sok tampan!” kesal Jeesany.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
LizhayaGARR
memang tamvan jess, aq saksiny🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-08-15
2
Ely Dwi Yana
waduuhh kalo ada visual ekspresi kek gini gimana yaaa🤔🤔
2023-05-23
0
Dende Kesie
jangan sampai orang tahu Lang .. tapi apakah kamu tidak berpikir kalau hubungan semalam dg Sany akan membuat Sany hamil...
2022-12-29
5