Jam kuliah sudah selesai. Tepat Jam 3 sore, Jeesany dan kedua temannya sudah meninggalkan area kampus.
"Sebentar lagi lo 'kan ulang tahun. Lo mau hadiah apa dari kita?" tanya Bela kepada Jeesany yang duduk di jok belakang.
"Apa ya?" Jeesany yang sedang menekuri layar ponselnya pun mendongak menatap Bela yang menoleh ke belakang.
"Atau lo mau cowok ganteng?" tanya Risya yang sedang menyetir mobil.
"Ngaco!" jawab Jeesany.
"Gue serius," jawab Risya, tertawa cekikikan.
"Lagi pula, lo ini cantik dan modis masa pacar saja nggak punya! Kudet banget, kayaknya jodoh lo itu Dosen Killer itu deh," ledek Bela kepada Jeesany yang memasang tampang horor.
"Hih! Amit-amit jabang orok!" pekik Jeesany dengan ekspresi wajah yang jijik.
"Lo lupa kalau teman kita ini adalah anak Bunda? Bibir atas dan bawahnya saja masih Virgin. Nggak kayak kita yang udah los dol," ucap Risya kepada Bela yang duduk di sampingnya.
"Nggak usah pada ngeledek deh kalian ini!" sungut Jeesany.
"Lo belum tahu rasanya sih. Beuh, bercinta dan berciuman itu rasanya sangat nikmat." ucapan Bela seperti bisikan syetan, dan berhasil membuat Jeesany sangat penasaran dengan rasanya berciuman dan bercinta. Namun, ia masih menahan diri untuk tidak melakukan hal gila yang di lakukan oleh kedua temannya, pada pecah perawaan saat masih semester awal dengan kekasihnya masing-masing.
Tidak terasa mobil yang di kendarai Risya sudah sampai di halaman rumah Jeesany.
Jeesany keluar dari mobil temannya itu. "Kalian tidak mampir?" tanya Jeesany.
"Nggak ah. Om Sean nggak ada di rumah sih," jawab Bela.
"Dasar sinting kalian!" umpat Jeesany dengan perasaan kesal.
"Ha ha ha ha." Bela dan Risya tertawa terbahak bersamaan, lalu Risya segera melajukan mobilnya lagi, dan Bela melambaikan salah satu tangannya kepada Jeesany yang memasang wajah merengut.
Jeesany memasuki rumah saat mobil temannya sudah tidak terlihat lagi.
"Tumben langsung pulang? Biasanya kelayapan dulu," ucap Irene yang menyambut kedatangan putrinya.
"Eh, ada Bunda cantik." Jeesany langsung mencium punggung tangan ibunya, lalu beralih memeluk ibunya dengan erat.
"Aku 'kan anak baik, Bun. Kelayapan kalau ada perlu saja untuk menghilangkan rasa penat," jawab Jeesany diiringi dengan senyuman manis.
"Ayah mana, Bun? Belum pulang?" tanya Jeesany.
"Belum. Kamu ke bengkel sana bantu Ayah," jawab Irene.
"Ih, Males. Masa Sany yang cantik seperti bidadari harus ke bengkel berperang dengan oli," jawab Jeesany, segera beranjak dari sana menuju kamarnya.
Irene menggelengkan kepalanya saat melihat putrinya yang mewarisi wajah dan sikap suaminya.
*
*
Sampai di dalam kamar, Jeesany segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Hanya membutuhkan 15 menit dirinya sudah keluar dari kamar mandi dan berpakaian lengkap. I memakai pakaian rajut lengan panjang berwarna pink, dan hotpant berwarna putih.
Gadis itu duduk di depan meja rias untuk memoleskan make-up ke wajahnya yang sangat cantik.
"Kamu adalah bidadari dari khayangan, sangat cantik dan sempurna." Jeesany mematut diri di depan cermin, memuji dirinya sendiri.
"Tapi sayang sekali, sudah cantik seperti ini tidak ada pria yang melirikku. Apakah aku kurang sexy?" tanya Jeesany kepada dirinya sendiri. Lalu bergaya di depan cermin meja rias layaknya seorang model papan atas.
"Huh, tidak ada yang salah dariku. Mata mereka saja yang tidak bisa melihat gadis secantik aku." Jeesany bergumam sendiri.
*
*
Sementara itu Langit saat ini sedang merasakan gugup yang luar biasa. Ia masih berada di rumahnya, belajar tentang gerakan pemersatu bangsa dari ponselnya. Dan apa saja yang harus ia lakukan saat melayani tamu pertamanya nanti. Maklum, ini adalah pengalaman pertamanya. Menjual perjakanya demi menyelamatkan nyawa ibunya.
Tidak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat. Langit segera berangkat menuju hotel mewah di mana tamunya menunggu di sana.
"Nomor 123," ucap Resionis hotel saat Langit menunjukkan kartu nama calon tamunya.
"Terima kasih," jawab Langit, lalu segera menuju kamar hotel yang di maksud menggunkan lift.
Sampai di depan pintu kamar yang di tuju, ia sempat ragu dan ingin mengurungkan niatnya. Namun ia mengingat keadaan ibunya yang sudah kritis membuatnya kembali membulatkan tekatnya. Di ketuk pintu kamar tersebut, sebelum ia memasukinya.
Langit menelan ludahnya dengan kasar saat melihat wanita cantik duduk di tepi ranjang hanya menggunkaan lingerie sexy, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.
Langit berpikir yang akan ia layani adalah wanita yang sudah tua dan berbadan subur, namun dugaannya salah. Wanita tersebut masih terlihat sangat cantik dan Sexy.
"Kenapa lama sekali? Tante sudah menunggu dari tadi," ucap Wanita tersebut dengan nada manja. Tatapan nakalnya menusuri postur tubuh Langit yang tinggi dan gagah.
Langit yang tidak memakai kaca mata dan perpenampilan modis pun terlihat sangat tampan, membuat Tante kurang belaian itu semakin tidak sabar untuk merasakan sensasi bercinta dengan pemuda yang ada di hadapannya ini.
"Ma-maaf, Tante. Ta-tadi macet," jawab Langit tergagap. Rasanya ia sesak nafas saat melihat pemandangan di hadapannya ini.
"Kemarilah. Bikin puas Tante Meri. Sudah gatal dan nggak tahan," ucap Tante tersebut sembari mengerling nakal.
Dengan langkah kaki yang gemetar dan penuh keraguan, ia mendekati wanita tersebut.
"Kok kaku begitu?" tanya Tante Meri.
Langit menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kedua telapak tangannya terasa dingin, dan jantungnya berdegup tidak karuan. "Sebenarnya ini pengalaman pertama aku, Tante," jawab Langit.
Tante Meri yang mendengarnya pun melebarkan kedua matanya, terkejut pastinya.
"Masih perjaka?" tanya Tanye Meri, Langit mengangguk kepelan.
"Aduh, sini duduk di samping, Tante," ucap Tante Meri menepuk sisi sebelahnya yang kosong. Tanpa di suruh dua kali, Langit segera duduk di samping Tante Meri yang cantik dan Sexy itu.
"Jangan tegang, dong. Alasan kamu menjual diri kenapa?" Tante Meri tentu saja sudah menebak jika pemuda di dekatnya ini pasti terlilit ekonomi yang buruk. Namun ia bertanya seperti itu hanya untuk basa-basi saja.
"Butuh uang, Tante, buat biaya operasi, Ibu," jawab Langit.
"Ibu kamu pasti beruntung sekali karena sudah mempunyai putra yang berbakti seperti kamu," puji Tante Meri.
"Lalu berapa yang kamu butuhkan?" tanya Tante Meri lagi.
"200 juta," jawab Langit.
"Tante akan memberikan uang yang kamu butuhkan. Asalkan puaskan Tante sampai lemas. Dan aku akan mengajarimu cara bercinta dengan baik dan benar," ucap Tante Meri sembari meraba dada bidang Langit.
"Aku akan berusaha semampuku, Tante," jawab Langit dengan suara yang bergetar.
"Bagus," jawab Tante Meri sembari menarik salah satu tangan Langit dan meletakkan di atas dadanya yang bulat dan kenyal.
Langit menelan ludahnya dengan kasar saat merasakan benda bulat dan kenyal itu.
"Remass dengan pelan, dan cium bibirku," bisik Tante Meri dengan sensual.
Dan selanjutnya ...
***
Jangan lupa subscribe, like, komentar, vote dan kasih Gift seikhlasnya❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ade Syafira
semangat nulisnya jgn dengerin apa kata org💪🏻
2024-02-28
3
Mei Prw
aq pengagum karyamu Thor...do the best💪💪💪❤️
2024-01-05
0
🌹🌺gemini🌺🌹
pdhal q berharpx perjakax sama Sany loh,,
2023-12-26
0